Si Perusak Suasana

10 4 2
                                    

05 Maret 2018.                        02.34 PM


Siang menjelang sore ini, di depan rumah Kirana terdengar sedikit berisik.

Kirana mengintip dari jendela besar kamarnya. Terlihat di bawah sana barang-barang seperti sofa, lemari, dan kasur diangkut dari truk ke dalam rumah depan yang sudah sekitar 3 bulan kosong.

"Oh, rupanya bakal punya tetangga baru," gumam Kirana pada dirinya sendiri. "Cepat banget lakunya." tambahnya. Kemudian kembali lagi ke atas kasur dan bermain ponsel kembali.

"Naaa!!!" Seseorang mendobrak pintu kamar Kirana, dan membuatnya terkejut.

"Eee, Tai. Kaget gue." Umpat Kirana

"Nggak sopan lo sama abang sendiri." Bima menjitak kepala adik sematawayangnya.

"Iss, sakittt..." keluh Kirana. "Apaan sih, ahh." Kirana sewot, melempari abangnya dengan guling.

"Temen gue, Kein, baru pindah rumah." Seru Bima terlampau berlebihan.

"Penting?!" Kirana menatap datar. "Sana, sana lo. Nggak penting banget, kain, kin, atau apalah itu."

"Monyet lo. Adek gak sopan. Gue kutuk lo jadi Tai, tau.

Bima kemudian pergi, tapi tidak begitu saja, dia lebih dulu menoyor kepala Kirana kebelakang.

Kirana hanya memberenggut saja.

***

Bel pintu rumah Kirana berbunyi. Sungguh Kirana sangat mager membukakan pintu. Sementara si penekan bel terkesan tidak sabaran.

"Sana bukain." Bima memerintahkan.

"Lo aja, mager gue." Tolak Kirana.

"Gue lagi serius ini. Jangan ganggu konsentrasi dong."

Kali ini Kirana mengalah. Maka dia yang berjalan membukakan pintu.

"Makan tu game." Kata Kirana sembari mencabut colokan kabel PlayStation sebelum dia beranjak menuju pintu.

"Babi..." Umpat Bima hampir saja melempar stick PS-nya. Kirana langsung mempercepat langkahnya dan tertawa puas.

Sementara bel terus berbunyi tanpa henti. Membuat si pemilik rumah tampak kesal mendengarnya.

"Sabar apa. Nggak sabaran banget jadi orang," teriak Kirana.

Begitulah Kirana. Blak-blakan dan jutek. Dia mengutarakan apa yang dia tidak suka.

"SABAR WOI..." teriak Kirana. "Bikin kesal aja."

Dan Kirana pun membuka pintu.

"Syaloom..." Andreas mengucapkan salam.

Kirana benar-benar tidak bisa menyembunyikan kekagetannya.

"Ngapain?" tanyanya malah terkesan aneh.

Detik berikutnya Kirana merutuki kebodohannya. Malu.

"Di balas balek dong, dek." Tegur Andreas. "Malah nanya ngapain."

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang