Different

9 5 5
                                    

10.57 PM

Sonia masih sibuk melihat-lihat dan scrolling feed instagramnya. Matanya masih sedikit mengantuk.

Tak sengaja saat sedang asyik-asyiknya, ia menemukan akun instagram seseorang di saran pertemanan, yang sudah lama ia cari dan stalk, karena kebetulan akun tersebut tidak private.

Dari kemarin Sonia ingin memfollow akun tersebut, tapi ia masih ragu dan gengsi.

Tapi sekarang ia sudah yakin. Tanpa menunggu lagi ia langsung mengklik follow yang tertulis disana.

Tak disangka-sangka, rupanya tak sampai 3 menit kemudian, orang tersebut sudah mengikuti kembali akun instagram Sonia.

Tak tau mengapa, Sonia senang sekali dan ia jingkrak-jingkrak kegirangan.

***

KAMIS, 11.45 AM

Jam pelajaran Kimia masih tersisa 15 menit lagi, dan Sonia tidak tahan lagi, matanya tinggal memiliki daya 5 watt dan perutnya sudah keroncongan.

Parahnya, ia duduk di kursi paling depan, tepat di depan meja guru. Berbagai cara sudah ia lakukan agar matanya kembali bersemangat dan mendengarkan penjelasan Bu Ratna. Agar perutnya tidak berbunyi lagi.

Mulai dari membasahi tisu dan menempelkannya di mata saat fokus bu Ratna ke arah papan tulis. Menggigit kertas dan memakan permen.

Ia juga sudah meneguk habis air minum yang ia bawa dari rumah dan masih banyak cara ekstrim lain.

Habislah riwayatnya kalau saja ibu Ratna melihat Sonia dengan mata yang sebentar lagi akan tertutup.

Tetapi, sepertinya dewi Fortuna sedang berpihak kepada dirinya.

Bel berbunyi, menandakan istirahat makan siang.

Akhirnya lima belas menit tersisa bisa ia lewati. Lucunya, sekarang matanya sudah memiliki daya 10 kali lipat dari yang sebelumnya. Segar kembali.

"Baiklah anak-anak, sampai disini dulu pelajaran kita. Materi bab ini sudah habis. Dan minggu depan kita ulangan." Pesan bu Ratna sembari memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Yahhhh...." Seisi kelas mengeluh karena mendengar kata ulangan.

" Minggu depannya lagi lah bu." Pinta Sari, si bendahara kelas.

"Minggu depan. Titik " Tegas bu Ratna tanpa perlu dibantah. Kemudian beliau berjalan keluar dari kelas.

"Aduh, besok ulangan. Ahh, pusing gue." keluh Arif, dipanggil Luci, si manusia dua jenis kelamin yang invisible, alias banci.

"Bukan besok woi, tapi minggu depan." Koreksi Sari.

"Iya, gue tau, ih. Ngegas banget. Males,ihh." balas Arif kemudian pergi.

Sonia geleng-geleng kepala. Bisa-bisanya dia punya teman sekelas yang seperti itu.

"Ada yang mau ke kantin gak we?" tanyanya pada teman sekelas.

Tak ada yang merespon.

(Aku suka kasihan lihat yang beginian. Dikacangin waktu ngomong di depan. Padahal niat baik mau ngajak teman jajan plus biar ada yang nemenin. Kalau misalnya sudah pulang dari kantin, pasti ada teman yang ngomong, "kok nggak ngajak, sih." Padahal pita suara sudah mau keluar waktu teriak di depan ngajak jajan. Laknat banget, memang)

"Nggak ada kan?" tanya Sonia sekali lagi memastikan.

Tetap tak ada yang merespon.

Sekedar bilang, "Nggak." pun tidak ada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang