Ruang ini begitu asing baginya. Ia sadar akan hal itu.
Ia berjalan dan terus menjalaninya hanya demi agar sama dengan yang lain.
Jika aku tanya, kamu sedang apa di sini?
Ia tak pernah sekalipun memberikan jawaban yang meyakinkan saat itu.
Ia selalu terlihat berpikir keras hanya untuk menjawab pertanyaan semacam itu.
Mungkin ia bodoh, masa pertanyaan semacam itu saja tah tahu jawabannya?!Atau yang lebih parah, ia tak tahu ada pertanyaan semacam itu di sini.
Aku kan bertanya, bukannya ia menjawab malah ia balik bertanya.
Kenapa aku bisa ada di sini ya?! Dengan kalemnya ia berucap.
Duh! Ingin rasanya aku mengetok pelindung kepalanya saat itu dan memaki dirinya,
"Hey! Kau ini sudah disekolahkan tapi tidak tahu etika berkomunikasi!"Tapi, tentu saja itu tidak kulakukan.
Masa aku melakukan hal tak berfaedah semacam itu.Aku kesal. Dan itu cukup bagiku.
Aku kemudian menjawab.
Lho, kan kamu yang ada di sini. Bukan kah itu artinya kamu pula yang harus tahu jawaban akan pertanyaan itu?!
Dia terdiam, dan terlihat berpikir lagi.Lucu sekali rasanya melihat dia semakin kebingunan dengan pertanyaanku itu. Padahal retroris. Aku ingin tertawa, tapi jika kulakukan itu hanya akan nampak seperti aku meremehkannya.
Tapi, benar lucu sekali rasanya melihat dia. Dia terus berjalan dengan begitu percaya dirinya, dengan kharismanya yang memancar dan memesona. Tapi, ia bahkan tidak tahu sedang apa di sini. Lucu kan?! Ironis...
Kemudian aku berusaha menahan diriku untuk tak terus memberikan pertanyaan-pertanyaan lanjutan padanya. Pikirku antara kasihan padanya yang semakin nampak saja bodohnya atau ya percuma saja aku bertanya kalau tidak ada jawabannya.
Tapi, keduanya salah.
Salah karena ternyata aku belum bisa menahan diriku sendiri.
Dia menatapku.
Tatapannya memelas.
Kemudian ia berujar,
Aku akan menjawab segala pertanyaan darimu. Tapi, sebelum itu, berikan aku jawaban atas pertanyaan yang hendak aku sampaikan. Bagaimana?Wow!
Itu wow!
Bagiku kalimatnya terdengar seperti kalimat yang sedang menantang. Bukan seperti kalimat memohon bantuan. Padahal tadi wajahnya memelas.
Rupanya selain bodoh ternyata dia juga kurang ajar!Aku menghela nafas dan menyiapkan diri.
Baiklah, apa pertanyaanmu?Kataku dengan tenang.
Bagaimana cara agar aku memiliki jawaban atas segala pertanyaan yang datang kepadaku?
.....
........
..Berhenti!
Wajahnya begitu penuh harap. Sama sekali tak seperti sedang menantangku.
Aku jadi berpikir, apakah ia sungguh-sungguh menantikan jawaban pertanyaan semacam itu dari diriku?!Aku masih diam.
Ruang ini menjadi hening.
***
Bagaimana cara agar aku memiliki jawaban atas segala pertanyaan yang datang kepadaku?
Sebuah pertanyaan..
Dan itu sebuah pertanyaan yang membuatku nampak sama dengannya.
YOU ARE READING
MorerandoM
RandomPatahan kata yang saling sambung menyambung menjadi kalimat. Kalimat-kalimat yang bergumul menjadi satuan paragraf. Kumpulan paragraf yang bahu membahu menjelaskan gagasan penulis. ** Peringatan Dini ** 1. Membaca itu meluangkan waktu 2. Waktu meman...