Prolog

112 24 1
                                    

London, 06 Maret 2018

Kenan Pov.

Jika—jika semua bisa ku ulangi lagi dari awal, dan kebohongan bodoh yang telah aku ciptakan untuk Dia. Seseorang yang telah lama aku kenal, tanpa dia sadari sedikitpun. Datang ke kehidupanku, mengisi setiap bab per bab dalam setiap detik hidupku, dia yang membuat diriku tetap bernapas sampai detik ini.

"Lo jahat, Kenapa lo sembunyiin ini semua dari gue?" aku benar benar tidak tega melihat dia menangis terisak-isak seperti itu, bahkan sekarang dia dihadapanku. Dia masih diambang pintu, tangannya menutup setengah dari wajahnya yang mungil—menggemaskan.

Tapi aku benar-benar tidak tega, karena dia menangis karena aku. Dia berjalan lemah kearahku, dengan mengenakan sweeter coklat tebal berbulu, dia tampak lebih kelihatan pendek dan seperti yang kubilang tadi, mungil.

Masih dengan isakannya, dia tampak menggumamkan sesuatu tanpa terdengar oleh telingaku. Ingin sekali rasanya mendekapnya, tapi tak bisa. Dia harus menjauh dariku, bahkan itulah sebabnya aku berbohong, untuk kebaikannya, iya untuk kebaikannya. Sebelum semua saatnya tiba.


Keyla Pov.

Bagaimana bisa—bagaimana bisa setiap senyuman yang muncul dibibir ini hanya didasarkan paksaan. Bagaimana bisa? Tapi entahlah, nyatanya aku bisa.

Orang melihat tentang diriku selama ini salah, mereka semua salah. Bahkan aku tidak pernah bahagia, tidak sedikitpun. Sebelum akhirnya aku menemukan seseorang yang—bahkan, aku sulit untuk menjelaskan semuanya tentang dia. Dia yang memenuhi segalanya, segalanya yang ada dihidupku sampai detik ini, dimana aku hampir kehilangan dia untuk yang kesekian kalinya.

Dia masih Kenan yang sama, bedanya hanya—dia lebih kelihatan kurus dan pucat. Sebenarnya aku tak ingin menangis didepannya, karena jika dia melihatku menangis, aku akan diejek habis-habisan olehnya. Oh, iya ngomong-ngomong aku kangen dengan ejekannya terhadapku.

Sekarang aku telah bersamanya, setelah sekian lama. Aku meminta penjelasan darinya, mengumpat dan bicara tanpa jeda. Berusaha agar semua pertanyaanku selama ini terjawab, alih-alih menggumamkan semua isi hatiku saat ini juga, tapi...

"Kenapa lo kesini?" ketus dan dingin, itu kalimat pertama Kenan yang aku dengar untuk pertama kalinya. "Apa lo kesini untuk merasakan Sakit Hati yang kesekian kalinya? Lo nggak capek, Key?" lanjutnya kemudian, suaranya terdengar bergetar.

Aku sedikit tidak memahami perkataannya barusan. Sedetik kemudian aku melangkah kearahnya, memeluk erat tubuh Kenan yang masih terbalut piama biru. Masih sama, selalu hangat dan menenangkan berada didekatnya, meskipun dulu aku menganggapnya begitu dingin dan kaku.

"Enggak, Ken. Kamu salah, semua bukan salah kamu, aku yang salah. Bahkan aku kesini untuk mendapatkan kebahagiaan untuk yang terakhir kalinya. Bukan—bukan yang terakhir, tapi awal kebahagiaan, bersama kamu, Kenan." aku bicara panjang lebar, tapi dia masih diam tanpa merespon atau pun menjawab pertanyaan dan pernyataan yang kulontarkan.

Tanpa kusadari, di ruangan yang cukup luas ini aku hanya mendengar dua suara. Suara jantungku, serta pendeteksi detak jantung yang berbunyi nyaring dan panjang, sebentar— jantung Kenan? Apa yang salah dengan jantungnya?

Seketika Aku panik. Aku mendongakkan wajah ke arah Kenan, serta ke arah alat pendeteksi itu, aku mendapati garis lurus. Tidak!, aku benar benar tidak menyukai ini.

Aku memanggil perawat serta dokter, tanganku bergetar ketika akan memencet tombol. Semua yang kulihat buram, rasanya pelupuk mataku kini sudah terasa berat, sialnya air mataku sudah tak tertahankan lagi.

Lagi-lagi aku menempelkan telingaku ke dada Kenan. Tetap, tak bersuara. Where are you now, Ken?
.
.
.

•••

Hallo guys, This is my first story😆, maapkan aku jika ceritanya gimana-gimana. Maksain harus publish karena sebenarnya akutuh nggak pede-an orangnya😂, semoga aja kalian suka ya😉.

Follow akun Wattpad ku  @sofhaana
Jangan lupa Vote & komennya kawan😉
Dukungan kalian berarti banget buat aku♥
Happy reading!!!

17-12-18

Kenan (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang