1

142 9 0
                                    

Dirga : Ta, ada yg pengen gw omongin.

Pesan dari Dirga membuat Arta jadi bingung.

Arta : ngomong apa ngetik? Wkwk

Sebisa mungkin Arta membuat chat yang -mungkin- akan berlanjut ini menjadi tidak terlalu serius. Pulang sekolah tadi, selepas mengantar Arta, Dirga memang tidak banyak bicara. Merespon seadanya jika Arta bicara padanya.

Dirga : gw serius Ta.

Wajah Arta yang tadinya senyum jahil berubah ketika membaca pesan lanjutan dari Dirga.

"Kok Perasaan gue jadi gak enak gini ya?"

Bimbang, sekaligus takut. Arta membaca pesan itu tanpa niat membalas nya. Arta sengaja. Ingin melihat seberapa pentingnya obrolan itu sampai Dirga seserius itu dalam mengirim pesan.

Selama ini, jika memang Dirga ingin mengatakan yang serius, ia langsung menelpon Arta. Atau jika memang penting, Dirga akan me-spam chat Arta agar di balas cepat oleh Arta.

Lima menit pertama Arta masih membiarkan ponsel nya menampilkan ruang obrolan antara ia dan Dirga. Tapi belum ada pesan lanjutan lagi dari Dirga. Lima menit selanjutnya juga belum ada pesan lanjutan dari Dirga.

Arta : mau tlpn atau cht aja?

Dirga : chat aja.

Arta : ohyauda. Lanjut deh kl gt

Dirga : gw mau putus

Seperti ada petir yang menyambar, Arta terdiam saat membaca pesan terakhir dari Dirga. Usia mereka pacaran memang tidak lama. Baru berjalan 6 bulan.

Arta : trs gw hrs bls apa dong?

Dirga : ya gw gatau. Gw cuma pengen kita putus.

Arta menghela napas pendek. Sore ini menjadi sore yang sangat tidak ia inginkan. Tapi dia juga sedikit lega setelah seminggu terakhir ia merasa bahwa Dirga sudah tidak terlalu peduli dengannya. Arta rasa, mungkin lebih baik begini. Daripada ia dan Dirga harus bertengkar hebat demi mempertahankan hubungan.

Pasalnya, tepat seminggu yang lalu Puput laporan padanya bahwa dia melihat Dirga jalan dengan Dara anak kelas sebelah. Tapi Arta tidak percaya. Besok malam nya giliran Giska dan Mona yang laporan bahwa Dirga pergi kerumah Dara.

Arta : lo bosan sama gw?

Dirga : gak jg. Seneng gw bs pacaran sama lo.

Arta : lah, trs? Ada hati yg lo jaga ya?

Dirga : mksd lo?

Arta : lo naksir sama dara ank kls sebelah?

Dirga : Ha? Dara kan sodara gw. Lagian bkn nya lo udh tau ya?

Arta : gw lupa. Jd putus ga?

Dirga : iya jadi. Tp gw putusin lo bukan krna gw ga syg lg sama lo ya.

Arta : gausah bikin baper pas mau putus. Dimana2 jg kalo putus ya putus aja. Gausah pake gombal.

Arta langsung membuka aplikasi lain untuk mengalihkan mood nya yang sudah terlanjur rusak ini. Setelah bosan, Arta memilih untuk tidur saja. Hitung-hitung hutang tidur siangnya.

***

Posisi Sam saat ini tengah diapit oleh dua perempuan yang berbaju minim. Tidak ada hal lain yang bisa di lakukan Sam saat masalah sedang menumpuk.

Sekarang sudah pukul 01.00 malam. Hampir dini hari. Tapi semakin lama tempat ini semakin ramai. Dan Sam masih tetap bertahan di sofa sudut club milik teman Dirga.

"Gue yang putus, malah lo yang mabuk. Bego lo" teriak Dirga.

"Udah putus lo dari si cewek kulkas?" tak kalah Ari memberikan teriakan yang cukup besar karna teredam oleh suara yang bergema di club ini.

"Bukan nya dia juga kulkas? Yhaaaa hahahhahahaha" Oki menambahkan.

"Kenapa lo putusin Arta? Bosen?"

Dirga menggelengkan kepala.

"Ada hati yang gue jaga perasaan nya"

"elaaah, kulkas kayak lo emang nya ngerti perasaan?"

"Yaah gue gak cinta. jadi untuk apa gue pertahanin"

Semua terdiam. Hanya musik yang mendominasi semuanya. Sam berbisik pada dua perempuan yang menempel di dekatnya itu, tak lama dua perempuan itu pergi setelah Sam memberikan lima lembar uang seratusan pada mereka masing-masing.

"Lo gak mikir konsekuensi nya kalo lo putusin Arta?"

"Engga"

Jawaban ringan yang keluar dari mulut Dirga membuat Sam diam. Kemudian berdiri dan langsung pergi dengan jalan yang agak sempoyongan. Beruntung seorang perempuan yang tadi menempel padanya memapah Sam hingga masuk ke dalam taksi.

Rehabilitas HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang