Prolog

135 70 49
                                    

"Xa tungguin gue napa?" pekik Karin sahabat Alexa seraya mengejar Alexa yang sudah mendahuluinya masuk gerbang sekolah.

Alexa yang merasa dirinya dipanggil pun memalingakan mukanya menatap sahabat yang menurutnya super ajaib tersebut. Menunggu Karin menyusul langkahnya.

Sejenak mereka berdua berhenti berjalan seraya menatap gedung sekolah yang dua tahun terakhir ini mengisi hari-hari mereka. Perlahan namun pasti senyum indah terpancar dari bibir mereka berdua.

Kejadian demi kejadian telah menjelma menjadi sebuah kenangan. Ya, kenangan yang akan selalu mereka ingat hingga akhir nanti. Canda,tawa,suka,dan duka telah mereka lewati bersama.

Perjalanan yang penuh dengan canda tawa dan air mata telah membawa mereka sampai pada akhir yang bahagia. Namun kisah mereka tidak hanya sampai disini, perjalanan yang akan mereka tempuh bukan semakin mudah.

Pada akhirnya badai hidup yang mereka hadapi akan membawa mereka menuju sang hujan agar sampai pada pelangi yang indah.

Kenangan yang tercipta bagaikan sebuah lukisan pada kanvas, berawal dari sebuah garis dan coretan tanpa arti hingga tercipatalah lukisan indah.

"Sekarang lo percaya kan bahwa akan tiba saatnya keajaiban terjadi?" Tanya Karin tetap menatap bangunan tua nan megah tersebut dengan senyuman yang tak luput dari bibir mungilnya

"Gue percaya" Balas Alexa mantap

"Kenangan yang tercipta disini gak bakal gue lupain,sumpah xa" ucap Karin lagi seraya mengangkat dua jarinya membentuk huruf V yang hanya dibalas dengan senyuman dan anggukan kepala oleh Alexa.

"Gue kangen dia Rin" ucap Alexa kembali berjalan menuju kelas barunya yang masih sepi. Ya, sepi seperti suasana hatinya satu tahun ini. Ingatannya kembali akan dua tahun lalu, dimana saat-saat suka-duka, sedih dan bahagia telah Ia lewati bersama.

Iya bersama, bersama orang yang begitu ia sayangi yang kini telah pergi, dan mungkin tak akan kembali.

Kepergian yang mengajarkan arti rindu sesungguhnya. Kepergian yang juga mengajarkan penyesalan yang sangat ia sesali sekarang.

Namun tanpa adanya perpisahan, tidak akan pertemuan dan tanpa pertemuan, tidak akan ada perjalanan dan keajaiban yang ia temukan dan alami dalam hidupnya.

Kakinya mulai melangkah memasuki ruang kelas barunya. Harum pewangi ruangan langsung menyapa indra penciumannya.

Masa liburan telah satu bulan ia jalani, dan kini saatnya ia kembali fokus belajar. Sejenak ia memejamkan matanya ,merasakan semilir angin yang dengan santainya menyapu wajah cantiknya seraya melupakan masalahnya sejenak.

Tanpa sadar bel masuk telah berbunyi. Ia kembali membuka matanya dan mengedarkan pandangan nya menatap suasana kelasnya yang kembali ramai seperti pasar setelah satu bulan libur sekolah.
Matanya menoleh pada Karin yang juga menatapnya seraya tersenyum. Senyum tulus yang ia yakini ada makna khusus dibaliknya.

"Thanks ya Rin, lo mau nemani gue selama ini, sorry kalau gue banyak ngecewain lo"

"sekarang bukan lebaran gak usah minta maaf"

"Gak asik lo Rin...udah pas juga suasananya"

"sebagai tanda trimakasih lo, gak muluk-muluk kok, gue mau lo traktir gue bakso mbak inem aja kok"

"Modus lo nyet"

Inilah yang disukai Lexa dari sahabatnya itu. Ada baik saat dia suka maupun duka,walau kadang-kadang suka merusak suasana seperti yang barusan Karin lakukan.

Melihat guru yang masuk ke kelasnya sekarang membuat ia dan teman sekelasnya menghembuskan nafas lelah saat mengetahui bahwa guru tersebut yang nantinya kan menjadi wali kelasnya selama satu tahun ini.

"kayaknya gue dapet karma deh karna ngejek lo dulu" ucapnya kembali mengingat perkataannya tahun lalu.

"wali kelas lo norak banget sih....nasib lo punya wali kelas kayak gitu"

Kini ia menyesali telah melontarkan kalimat keramat yang sekarang berbalik pada dirinya sendiri.

"Selamat pagi anak-anak. Nama nama bapak Hendra Wijoko dan kalian bisa panggil bapak pak Joko dan blabla~~" perkenalan pak Joko yang memakan waktu lima menit dengan logat batak nya yang kental membuat Alexa dan Karin lantas menelungkupkan kepalanya keatas meja dan mulai memasuki alam mimpi.

Kebiasaan buruk namun kompak yang mereka berdua lakukan dari awal berteman hingga sekarang ini.

Biasanya hari pertama memasuki awal semester baru para siswa hanya kebersihan atau mencatat jadwal pelajaran dan sebagainya yang pada intinya tidak belajar, namun ekspetasi dan realita tentu berbeda bukan?

Faktanya baik anak laki-laki maupun perempuan asik dengan kegiatan masing-masing. Mulai dari anak perempuan yang sibuk ngerumpi dan bergosip ria hingga anak laki-laki yang sibuk mojok di ujung kelas sambil ngegame.

Namun itulah suasana yang Alexa rindukan. Rasanya senang bisa kembali ke sekolah ini dan menyaksikan 1001 kelakuan aneh teman-temannya yang kocak dan ektrem.

Begitu mendengar bel istirahat berbunyi suasana kelas yg semula ribut malah jadi hening karena hampir seluruh murid jajan ke kantin. Begitu juga dengan Alexa dan Karin yang langsug ngacir le kantin dengan alasan 'kangen bakso mbak inem'.

Suasana kantin yang begitu ramai ditambah dengan angkatan siswa baru membuat para siswa harus berdesakan untuk mengantri makanan.

Brak

"awww..." rintih Lexa kesakitan karena terkena tumpahan kuah soto salah satu adek kelasnya yang notabenenya angkatan baru.

"maaf kak... Maaf kak, aku gak sengaja"

Bukannya merespon ucapan adek kelasnya itu, Alexa hanya diam sembari mengingat suatu moment dimana kejadian seperti ini terulang lagi namun dengan pemeran yang berbeda.

"Xa,lo nggak papa kan?" tanya Karin memecah lamunan Lexa

"nggak papa kok" balas Lexa tetap dengan pandangan kosong seraya kembali mengenang awal mulanya ia bertemu dengan nya dan awal mulanya ia merasakan yang namanya CINTA.

SEPENGGAL MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang