Semesta nampak menyambutku ketika aku menemukan warna dalam gelap.
Semesta nampak tersenyum dan ikut merasa senang ketika aku tertawa karena warna itu.
Semesta memberi selamat padaku yang akirnya keluar dari kebosananku.
Tapi Semesta napak khawatir dengan warna yang kutemukan.
Ketika kutanya apa yang membuatnya khawatir, ia menjawab....
"Warna itu terlalu terang untukmu, warna itu bisa menjadi meredup jika terus menerangimu."
"Hebat! Ini mengagumkan.. lalu apakah yang kamu sebut warna itu.... Minho?" Lee Taemin terdiam, memikirkan sesuatu ketika laki-laki bermata kucing yang duduk didepannya menanyakan hal yang tak ia duga.
"Kurasa iya." Jawabnya dengan nada biasa, tanpa embel-embel rasa malu ataupun tersipu. Datar seperti biasa. Suatu hal yang tak mungkin untuk Lee Taemin membuat sebuah ekspresi semacam itu. Taemin adalah anak laki-laki yang tidak banyak berekspresi bahkan untuk sekedar merasa terkejut akan sesuatu.
"Aku terkejut ketika Minho memintaku menjadi editormu, aku tak menyangka kamu menjalin hubungan dengannya, kamu semakin dekat dengan semua orang digedung ini ya Taemin?" Taemin hanya mengangguk polos, ia tak menyadari juga sejauh itu ia melangkah demi namanya yang ingin terpampang didalam novel.
Taemin ingat pertama kali ia datang kegedung ini untuk menyerahkan naskah pertamanya, seorang perempuan berpakaian mini berwarna merah menyala yang menjadi editor kala itu membuang naskannya didepan kedua mata Taemin ketika ia baru membaca judulnya.
Taemin mulai menjajal menulis lagi setelah sebulan ia terpuruk, tapi lagi-lagi perempuan yang sama yang menjadi editornya, ia mengeram marah saat tahu itu, ia ingin kembali keluar gedung saat perempuan itu meminta naskahnya, ia hanya ingin menyelamatkan naskahnya supaya tak dibuang untuk yang kedua kalinya.
Namun ...
Lagi-lagi perempuan itu membuangnya.
Taemin mengigit bibir, ia merasa terhina untuk yang kedua kalinya, namun setelah itu ia justru kebal dengan pemandangan dibuangnya naskah yang membuatnya mendapatkan kantung mata dikedua matanya.
Ia baru akan menyerah ketika editornya menadadak berganti orang, laki-laki tegap dengan urat leher yang luar biasa terlihat ketika ia mengeluarkan cacian dan makian.
Ini lebih dari putus asa ketimbang ia menghadapi perempuan yang hanya diam membuang naskahnya tanpa bicara, sedangkan laki-laki tegap itu? Sebelum ia meletakan naskahnya dikardus (setidaknya tidak dibuang) ia sempatkan dirinya untuk mengeluarkan puluhan sumpah serapah padanya. Menghina idenya yang terlalu kekanan dan mencaci cara menulisnya yang terlalu banyak narasi.
Tapi sialnya itu justru membuat semangat Taemin menjadi lebih berkobar dari sebelumnya, ia bahkan berani memanggil editornya itu dengan nama Minho! Hanya Minho! Tapi pada akirnya laki-laki tegap itu mengancam akan merobek naskahnya jika ia masih berani memanggilnya dengan nama saja.
"Kalau begitu, aku terima plologmu ini, kamu baru boleh datang jika naskahmu benar-benar siap untuk terbit, tapi ingat.... belum tentu juga aku mau menerbitkannya jika hasilnya tak seperti yang kuharapkan."
"Aku tahu, kamu pikir aku baru pertama datang kesini? Aku hanya meminta pendapatmu tentang awal cerita yang nanti akan kubuat, aku belum memulai menyerahkan naskahku." Key menganga, seorang Taemin... bocah ini berani bicara tidak formal padanya?
"Hey! Kamu... " Taemin menatapnya polos, sangat polos seperti ia tak pernah mengatakan apapun sebelum ini.
"Apa?" tanyanya datar. Mungkin karena sejak kecil Taemin selalu berbicara dengan orang tuanya dengan cara yang berbeda, Taemin menjadi keliru dan merasa bingung bagaimana mengekspresikan cara dengan benar bericara dengan orang lain.

YOU ARE READING
LOVE MANUSCRIPT
Romanceberawal dari ambisi seorang Lee Taemin, mahasiswa sastra yang ingin menerbitkan novelnya sendiri, lantas mendadak mendapatkan kekasih tak terduga. Lee Taemin yang polos dan Choi Minho yang mempunyai tekanan darah tinggi. mereka menjalin hubungan ka...