Sementara Kinan lagi asik ngelilingin toko buku dengan novel di tangan kirinya, berjalan menuju area binder. Kinan baru ingat kalo binder nya udah buruk rupa dirumah."Bagusan ijo tosca apa pink soft ya?"
"Ah, tapi muda banget. Magenta ajalah,"
Kinan mengambil binder pilihannya, dan beralih ke kertasnya.
"Mbak, ada kertas binder yang ukuran B5 yang titik-titik nggak ya?"
Mbak nya mengangguk dan memberikan kertas yang Kinan minta.
"Pembatesnya nggak sekalian, Kak?"
Kinan berpikir sejenak, "Boleh, deh,"
Setelah mendapat semua yang ia butuhkan, Kinan berjalan ke bagian brush pen.
Saat memilih brush pen yang diinginkan, Kinan mendengar suara kasak-kusuk berisik dari dua cowok disampingnya. Dua cowok itupun merasa ada yang merhatiin, menoleh.
"Lah, siapa ya? Kayak kenal, tapi gue nggak tau namanya," kata cowok yang tampangnya lebih tua dari yang satu lagi.
"Kocak dah lo, Bang. Itu kembarannya yang suka nganterin kue kerumah," jawab yang satunya sambil menoyor Abangnya.
"Dia punya nama, bego! Oh, kembarannya Keana?"
Kinan mengangguk sambil menatap cowok itu aneh.
Cowok itu mengulurkan tangannya, "Jevan, tetangga,"
Kinan menatap uluran tangan Jevan, dan memalingkan muka.
Jevan melongo, Kalsan tertawa terbahak-bahak, "Penolakan diawal bosquuu,"
"Jangan gitu dong, neng geulis. Kita tetangga, lagian juga belom kenalan. Jarang keluar kan lo nya. Keluar cuma buang sampah, sekolah, les sama jalan,"
Ya namanya juga usaha.
Kinan mendengus kesal dan menjabat tangan Jevan, "Kinan,"
Jevan ternganga.
Tiba-tiba ponsel Kinan berbunyi intro lagu La Vi En Rose. Nama Keana Adeline tertera disana.
"Kin, kamu udah selesai belom?"
"Udah, lo kesini aja. Gue di bagian brush pen,"
"Okay, tungguin ya. Aku bawain thai tea buat kamu,"
"Iya, makasih,"
Tuuuut..
Dan telfon ditutup. Jevan masih dengan tampang syoknya. Lebay sih emang.
"Lo sendirian, Kin?" tanya Jevan, sksd.
Kinan menggeleng, sambil mencoba beberapa brush pen. Dan akhirnya ia bingung milih antara 4 warna yang menurutnya bagus.
"Hmm, warna ungu muda sama biru bagus," kata Jevan.
Kinan berpikir, dan mengangguk, "Selera lo bagus juga,"
Jevan kembali ternganga.
"Kinan Adelaide!"
Ketiga orang itu sontak menoleh ke sumber suara. Keana yang awalnya lari menuju tempat Kinan, berhenti karena melihat keberadaan Jevan dan Kalsan disana.
"Lah, Bang Jev sama Kak Kalsan ngapain disini?" tanya Keana sambil mengasihi thai tea Kinan.
Jevan kembali ke alam sadarnya, "Loh, Keana? Tadi gue baru selesai keramas, eh tiba-tiba si Kalsan ngajakin gue nyari apa gitu buat tugas sekolahnya. Eh, pas nyampe sini barangnya nggak ada, jadi gapunya tujuan. Dan sekarang gue tau tujuan lain Kalsan apa kesini,"
Keana menatap Jevan bingung. Kalsan memutar bola matanya malas.
Jevan melanjutkan perkataannya, "Ternyata lo juga kesini,"
Keana terdiam, melihat kearah Kalsan yang sedang memperhatikannya sinis.
"Kin, takut..."
Kinan tertawa, "Eh, lo jangan sinis-sinis apa. Kasian adek gue ketakutan mulu,"
Kalsan melengos malas, dan menarik Jevan pergi dari tempat Keana dan Kinan.
"E..eh, apa-apaan sih, San?! Gue masih mau ngobrol sama Keana, main Tarik-Tarik aja!" Jevan menepis tangan Kalsan.
Kalsan berdecak, "Bacot bego lo, Bang. Fitnah-fitnah segala lagi,"
Jevan mengerutkan keningnya, lalu terbahak-bahak, "Lah, gue bercanda doang. Lo nganggep kenapa serius banget? Beneran demen, ya?!"
Kalsan mendengus kesal dan melihat Keana dan Kinan yang sudah selesai memilih brush pen.
Kalsan terdiam sejenak.
Gila aja gue suka. Pindah hati nggak semudah itu, San.
Jevan menabok pipi Kalsan, "Ye, malah bengong!"
"Ah, bacot banget si lo, Gunderuwo!" Kalsan berjalan meninggalkan Jevan yang masih ditempat mereka berhenti tadi.
"Et dah si goblok, sensitif banget kek kulit bayi!" gerutu Jevan sambil berlari menyusul Kalsan.
—tbc—
say hi to our Alma Ainsley!
say hi to our Deanda Avalee!
KAMU SEDANG MEMBACA
tetangga tsundere// 'hwall heejin
Fanfictionnamanya Kalsan Adalson. cowok gagal move on yang tsundere abis.