0.2 - Pendekatan

11 4 2
                                    

"Angga?" tanyaku sekali lagi

"Iyaa si Angga ngajakin gue jalan-jalan Rin. Ternyata dia tipe gue banget. Udah baik, gak pelit, romantis lagi. Terus dia bilang kulit gue itu halus, wangi, kesukaan dia katanya. Abis itu dia ngajakin gue dinner di restoran yang suasannya romantis abis. Parah sih, kalo lu ikut pasti lu bakal iri banget ngeliat gue dijadiin putri pada malam itu sama Angga"

"Hm."

"Udah gitu yaa abis dinner, pas gue pengen beli dress di mall eh dia nawarin buat beliin gue. Duh so swet banget kan. Gue jadi gak galau lagi Ran."

"Oh."

"Ran, lo dengerin gue cerita gak sih? Kok dari tadi jawaban lo cuman iya, he'em, oh. Lo tidur? " tanya kayla.

"Hampir." jawabku cuek.

"Ih Rina... gak asik banget sih! Yaudah ah, kayaknya lo bener-bener gak nyambung diajak ngobrol kalo ngantuk. Ok deh bye. Doain gue mimpiin Angga yaa? Hihi."

"Iyain deh, semoga lo mimpi dicium kambing ompong."balasku jengkel.

Kumatikan sambungan telpon si kayla. Kurebahkan tubuhku ketempat tidurku, kemudian kulihat jam diatas meja nakas.

Udah jam setengah sebelas. Ngantuk sih tapi masih kepikiran sesuatu. Apa ya?

Davin

Si cowok tengil tadi.

Cowo yang punya ekspresi wajah lucu. Aku tersenyum kecil mengingat bagaimana ekspresi wajahnya ketika menautkan kedua alis ke tengah dan dahi mengerut. Ditambah dengan seragam basketnya. Dasar cowok aneh. Ke kafe tapi gak ganti baju dulu.

"Eh tapi aku kan lagi kesel, seenaknya aja dia manggil aku berbi. Dasar laki-laki nyebelin!" Sungutku kesal.

Kemudian aku bangkit dari tempat tidur menuju ke arah cermin disudut kamar.

"Apa iya wajah aku kayak berbi!" Aku meneliti wajahku dari ujung dahi sampai ke dagu.

"Perasaan enggak kok. Cantik gini,kayak mbak-mbak customer service di Bank." Kupegang kedua pipiku.

Drrrtttt drrrtttt

Getaran ponsel mengalihkan perhatianku dari cermin. Aku menuju meja nakas meraih ponsel lalu kubuka pesan yang baru saja masuk.

"Nomor ini lagi?"

From : +628963422xxxx

Rina, apa kamu inget aku?

Karena penasaran, maka langsung ku balas pesan itu.

To : +628963422xxxx

Maaf, ini siapa yaa?

From : +628963422xxxx

Rin ini aku, Dimas.

Dimas?

To : +628963422xxxx

Oh Kak Dimas, ada apa yaa kak?

From : +628963422xxxx

Aku kangen kamu Rin. Kamu apa kabar?

Kutarik nafas panjang membaca pesannya kembali. Kenapa dia harus muncul lagi sih? Aku kan uda lupa, alias udah move on. Yakin Rin udah move on? Aihhh...

To : +628963422xxxx

Kabar aku baik kak. Gimana kuliahnya disana, lancar kan?

Ish Rinaaa kenapa sok basa basi sih? Aku mengerang kesal.

From : +628963422xxxx

Aku udah di Indonesia nih Rin.

I miss you so much. Aku pengen ketemuan sama kamu.

HAA? Kak Dimas udah di Indonesia? Minta ketemuan lagi. Idih males banget.

Oke Rin tenang. Jangan bales pesan dia lagi. Anggap aja gak ada pesan masuk. Okee.

***

"Mah, lagi masak apa?" tanyaku ketika pagi hari yang kudapati Mamah sedang masak didapur bersama Bi Ijah.

"Hai sayang, tumben kamu bangun pagi. Mamah lagi masak sayur asem nih sama pepes ikan makanan kesukaan kamu."

"Wah pasti enak" ujarku sambil melihat ke makanan yang hampir jadi.

Mamah tersenyum, "Kamu kuliah jam berapa sayang?"

"Aku hari ini gak kuliah mah" jawabku sambil menarik kursi di meja dapur.

"Emang libur kak? Kok tumben?" tanya mamah sambil mencicipi rasa masakannya.

Kubuka kulkas dengan mengambil air didalamnya. "Iyaa mah dosennya lagi gak bisa ngajar hari ini." jawabku sambil menuang air dari botol ke gelas.

"Terus rencana kamu hari ini ngapain? Dirumah aja?"

"Gatau sih mah, tapi rencananya aku mau ikut car free day nanti jam sembilan."

"Ke car free day atau ke pasar minggu?" tanya mamah menggodaku, yang ku balas dengan senyum lebar. "Tapi kamu hari ini masih banyak waktu senggangnya kan? Mamah minta tolong boleh yaa?" minta mamah padaku.

"Siap mah, emang mamah mau aku tolongin apa?"

"Nihh." mamah menyodorkan selembar kertas.

"Belanja ini semua mah? Dimana? Di pasar?"

"Gak usah, di supermarket aja karena pasti nanti kalau di pasar rame terus desek-desekan lagi, kasihan kamunya nanti." ujar mamah.

"Okee deh mah, yaudah aku mandi dulu yaa." balasku.

"Habis mandi langsung turun yaa kak, sebentar lagi sarapannya udah mau jadi nih."

"Okee mamahku sayang." jawabku sambil berlari kecil kearah tangga.

***
- Backing Soda
- Tepung Terigu 5 kg
- Vanilla bubuk
- Margarin
- Coklat batang
- Coklat putih
- Coklat bubuk
- Buah Stoberi
- Fernipan
- Krim cair 1L 3 kotak
- Susu full cream 1L 3 kotak
- Keju
- Jeruk kaleng
- Red cherry

udah.

"Sekarang cari telur dimana yaa?"

Sudah sekitar satu jam yang lalu saat aku sampai di supermarket. Dan disinilah aku sekarang yang sedang memilih bahan-bahan apa saja yang ada didaftar belanjaan pesenan mamah tadi.

"Ehm!" tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara demahan seorang laki-laki.

Ketika aku menoleh ke belakang.

"Kamu?!" kagetku saat melihat laki-laki itu lagi.

"Hai berbi mungil. Emang yah,kalau jodoh gak bakal kemana." ujarnya dengan cengiran super menjengkelkan di wajahnya.

"Ngapain kamu disisi?" tanya ku dengan kesal.

Dia berjalan mendekat kearahku sambil bersendekap. Benar-benar laki-laki nyebelin! Lihat gayanya aja udah sok cool gitu.

"Kalo alasan aku kesini cuman ngeliatin berbi mungilku belajan gimana? Soalnya dia sekarang bener-bener keliatan seksi." ujarnya dengan berbisik condong ditelingaku.

Kudorong dadanya pelan.

"Apaan sih kamu! Dav, tolong untuk sekarang jangan ganggu aku dulu deh! Apa kamu gak liat sekarang aku lagi sibuk? Lebih baik sekarang kamu pergi dari hadapanku."

"Wahh kamu masih inget namaku ternyata. Aku gak nyangka loh. Oh iyaa aku temenin belanja yaa? Kamu pilih aja belanjaannya, biar aku yang dorong trolinya." ucapnya sambil langsung mendorong troli belanjaanku.

Aku masih terpaku berdiri ditempatku sambil melihat betapa dominan sifatnya.

"Sayang apa yang kamu mau beli lagi?"

Tuhan, aku benar-benar ingin mendorongnya ke jurang sekarang juga!

-->lanjutan

Kisahku BersamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang