(Deg...)
Terbangun dari mimpi tentangmu, membuat sekujur tubuhku bersaksi, bahwa aku sudah sadar. Kini ku bingung, masih dini hari, kau sudah membuat mataku tajam menatap gelapnya malam."Huft... Untung saja dirimu sayang... Misalkan setan yang membangunkanku, sadarku pasti tak tenang, hmm"
Jam 02 tepat, diriku terbangun dari tempat tidurku, dan keluar dari sekat-sekat kamarku, mengambil sabun dan sikat, lalu menuju kamar mandi tuk segera membersihkan bau tubuhku yang pekat. Memang, sehabis kerja aku langsung tidur, mungkin karena kecapekan dan tak dapat pelukan dari kekasihku yang menghangatkan.
Dini itu, diriku tercengang merasakan dinginnya malam, dengan sendirian, tanpa kekasihku yang menenangkan. Sontak, hatiku berdebar, menyambut ponselku yang berdering dari kekasihku yang memberi kabar.
"Baik-baik saja kan di sana? Maaf, aku tak bisa menemanimu malam ini."
"Tak apa sayang, angin malam ini cukup memberi isyarat bahwa pelukanmu masih selalu bersamaku."Percakapan berlanjut hingga fajar datang menantang.
Pagi sekali, kekasihku datang membawa sepucuk kasih yang semalam tak sampai. Memelukku begitu hangat, hingga membuat rinduku berhenti sejenak. Syahdu. Ku bisikkan kata itu padanya, lalu ku cium keningnya.
Bersambung...