Malam Tahun Baru

2 0 0
                                    


Haru, pilu, selalu menghantam pikiranku yang semakin kaku oleh dinginnya malam yang membuatku beku. Di samping gagalnya semua acara bakaran di rumah, kekasihku yang jauh di sana tak diizinkan keluar rumah pada malam hari. Sontak, cahaya biru yang menyerupai aliran listrik, merobek langit seraya menginformasikan bahwa malam itu akan terjadi hujan. Dugaanku benar, malam itu tanah yang kering menjadi subur. Basah kuyup oleh tangisan dewa di langit menyambut pergantian tahun.
Sekarang beda lagi masalahnya, tanah yang subur, tumbuhan yang segar kembali, justru membuatku tak berbunga seperti mereka. Di samping aku harus bepergian ke rumah sendirian, hujan terus mengguyur jagad raya tanpa ampunan, malam itu sangat hening bagiku. Sepi tanpa kekasih, sendiri melewati beberapa lubang jalan yang semakin hari semakin besar. Namun, ada satu yang membuatku tergugah untuk segera melanjutkan perjalanan. Aku jadi teringat pesan kekasihku, "Sayang... Kalau pulang hati-hati yaa, aku selalu bersamamu kok, tenang saja...". Dan mungkin, sekarang aku yakin, bahwa dinginnya malam itu tak terasa menembus kulitku. Di tubuhku sudah terpakai jaket tebal, yang merupakan jelmaan dari pelukan dari kekasihku. Hujan gerimis yang menyapaku, kuyakini sebagai tangisan dari kekasihku karna menangis tersedu-sedu bisa berjalan bersamaku menuju rumah masa depannya. Sontak, aku tak menghiraukan tangisannya. Pelukannya yang hangat lebih nyaman dibanding tangisan yang terus menerus menyerang. Hingga tak terasa, rumah impian sudah di depan mata. Aku pun turun, lalu menyampaikan salamnya untuk kedua orangtuaku.

Berlanjut...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tenangkan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang