Day 2

1K 100 32
                                    


Hari kedua magang untuk Saint. Semuanya berjalan normal diawali dengan Saint yang bangun pagi sambil senyum-senyum tidak jelas. Ya, dirinya langsung ingat dengan satu hal bahwa nanti saat dia magang mungkin akan bertemu dengan Perth lagi. Lalu dirinya mandi dan sarapan bersama dengan ibunya seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi sarapan kali ini berbeda karena ibu Saint yang beberapa kali mengomel karena kemarin dirinya pulang menaiki bus.

"Ma... Saint tidak apa-apa menaiki bus" ucap Saint untuk meyakinkan ibunya yang sedikit berlebihan.

"Lagian Saint kemarin tidak sendirian, ada teman Saint" entah kenapa saat Saint mengatakan kata "teman" tiba-tiba dirinya merasa aneh lalu tersenyum. Ibunya yang menangkap gelagat aneh pada anaknya langsung mengernyitkan dahinya.

"Teman?"

"Khap Ma. Teman baru Saint" Saint tersenyum semakin lebar.

"Ceritakan pada Mama"

Dan akhirnya pagi itu Saint bercerita tentang Perth. Saint sangat bersemangat saat bercerita dan tanpa sengaja ibunya kini menatapnya sambil tersenyum.

"Apa temanmu benar-benar sebaik itu?" tanya ibu Saint.

"Tentu Ma, Saint bisa menjaminnya kalau Perth adalah teman yang baik"

Kembali ibu Saint hanya tersenyum hangat menanggapi ucapan anaknya. Jarang sekali anak tunggalnya ini menceritakan tentang temannya dengan bersemangat seperti ini.

"Lain kali ajaklah temanmu itu main ke sini" tawar ibu Saint.

"Apakah boleh?"

"Tentu saja. Mengapa tidak boleh Saint" ucap ibu Saint.

"Tapi Saint tidak mau mengajak Perth ke rumah. Nanti Saint takut Perth akan menjauhi Saint setelah tahu rumah Saint seperti ini"

Oh, ibu Saint langsung tahu permasalahannya kini.

"Saint dengarkan mama"

Saint langsung menatap kedua mata wanita paruh baya yang sedang duduk di hadapannya.

"Tidak peduli orang itu kaya atau miskin jika orang itu benar-benar ingin berteman denganmu itu semua tidak ada apa-apanya" nasehat ibu Saint.

"Jika temanmu itu benar-benar ingin berteman denganmu mama pikir itu tidak akan menjadi masalah yang besar"

Perlahan alis Saint terlihat terangkat sebelah.

"Apa maksud mama, mama meragukan Perth?" tanya Saint.

"Bukan seperti sayang... baiklah jika kamu tidak mau membawanya ke sini dalam waktu dekat. Tapi Saint harus berjanji kalau suatu saat Saint harus membawanya ke rumah" akhirnya ibu Saint mengalah. Saint pun menganggukkan kepalanya mengerti. Dan acara sarapan mereka berlanjut.

-

-

-

Saint kali ini berangkat benar-benar menaiki bus. Tentu saja tadi sempat terjadi perdebatan lagi antara ibunya yang ingin mengantarkannya seperti kemarin. Tapi Saint bersih keras untuk tetap berangkat dengan menaiki bus. Sebenarnya Saint mempunyai alasan lain yang tersembunyi. Siapa tahu dirinya bisa bertemu Perth di dalam bus yang ia naiki. Tapi sepertinya dewi fortuna terlalu sibuk untuk memihak Saint kali ini. Pasalnya, sampai Saint sampai di tempat magangnya, dirinya tidak melihat sama sekali keberadaan Perth.

Ada yang berbeda pagi ini. Kemarin kalau para karyawan wanita yang bekerja di sini hanya berbisik-bisik ketika melihat Saint, maka hari ini mereka sudah berani menyapa dengan memanggil nama Saint dan bahkan beberapa dari mereka dengan sengaja mengedipkan sebelah matanya yang malah perbuatan itu membuat Saint merinding.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

14 Days is EnoughWhere stories live. Discover now