MANUSIA

96 17 0
                                    

Kadang kala kita sebagai manusia terlalu serakah.

Memberi untuk kembali diberi.
Menolong untuk kembali ditolong.
Mengasihi untuk kembali dikasihi.

Meski lisan sering kali berkata, jika semua yang telah diberikan adalah karena keikhlasan.

Maka mengapa sang hati seolah-olah murka? Saat pemberian tak juga dibalas dengan pemberian?

Lantas mengapa akal berontak, saat pertolongan yang dulu dberikan tak juga kembali kepadanya, saatsang jiwa merengek meminta pertolongan?

Lantas mengapa jiwa kembali menggeram ketika kasih sayang justru dibalas dengan tuba?

Ikhlas yang seperti apa yang sering lisan ucapkan? Ikhlas seperti apa yang dia maksudkan?

Bukankah makna ikhlas itu berarti hanya mengharapkan keridhaan dan pembalasan dari-Nya?

Namun sayang, nyatanya jiwa masih saja berontak! Memaki bahkan mendecih dengan angkuh, ketika apa yang dia gantungkan  kepada mahluk tak juga terwujud seperti yang  diingkan.

Sayangnya, dia terlalu arogan! Menginginkan semua perhatian dari para mahluk! Menginginkan pujian dan sanjungan dari para mahluk!

Dia meraung, ingin dilihat! Dia mendecih, ingin diperhatikan! Dia melakukan segala hal demi menjadi pusat perhatian. Melupakan kerhomatan dan wibawa nya sebagai mahluk yang diberi akal. Hanya demi sanjungan, hanya demi tepukan tangan hanya demi sebuah pujian yang murahan.

Acak-Acak IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang