# 1 Hujan Bulan Desember

9 1 0
                                    

Masih melekat kuat di ingatan seorang gadis manja, kala ia melihat langit siang itu berubah menjadi hitam menakutkan. Suara gemuruh bersahutan seolah semesta memberi tanda agar manusia segera mencari tempat yang aman, mendung hitam menyelimuti bumi. Hembusan angin terasa dingin ketika menyapu halus kulit gadis yang tengah duduk di kursi taman kota. Menunggu, itulah yang sedang dilakukannya. Bukan tanpa alasan dia menunggu seseorang hingga rela melawan rasa bencinya pada hujan kali ini. Karena seseorang yang ditunggunya ini sangat berarti dikehidupannya setelah neneknya. Seseorang yang dengan lancangnya telah berhasil mencuri hatinya saat dia tidak ingin seorangpun masuk ke dalamnya.

"Dera" gadis itupun menoleh kala namanya dipanggil oleh seseorang.

"Sini duduk dulu Ndra" ya, seseorang itu Narendra yang biasa dipanggil Rendra. Dia yang telah berhasil menduduki predikat orang sepesial di hidup Dera setelah neneknya.

"Der, ada yang ingin aku omongin ke kamu" ijin Rendra sebelum melanjutkan kalimatnya

"Ngomong aja kali Ndra, nggak biasanya kamu ijin dulu sebelum ngomong" ucap Dera yang diakhiri dengan kekehan.

"Emmm... sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu" ucap Rendra dengan menatap tepat di manik mata Dera

"Haa ? Kamu kenapa sih ? Perasaan kamu nggak ada salah sama aku" balas Dera dengan wajah bingungnya

"Perasaan ini juga bukan lebaran deh, kamu kenapa sih Ndra ? Dari kemarin aneh banget" sambung Dera saat ia tak mendengar jawaban dari Andra sebelumnya.

"Aku nggak papa. Ijinin aku buat meluk kamu" ijin Andra dengan wajah sendunya

Dengan wajah yang masih bingung, Dera menganggukkan kepalanya tanda dia mengijinkan Rendra untuk memeluknya. Demi apapun Dera bingung dengan semua ini. Apa yang dilakukam Rendra hari ini benar-benar berhasil membuat Dera khawatir. Dera takut  terjadi suatu hal pada Rendra sehingga membuat Rendra nya menjadi aneh seperti ini.

Dua puluh menit telah berlalu dan Rendra masih setia memeluk Dera dengan erat. Dera yakin pasti ada yang tidak beres dengan Rendra.

"Ndra.. Kamu kenapa ? Ada masalah ya ?" Tanya Dera bertubi-tubi yang dibalas gelengan oleh Andra.

"Terus kamu kenapa ?" Lanjut Dera. Masih tidak ada respon dari Andra

"Kamu cerita dulu gih, lepasin dulu ini. Pegel Ndra" pinta Dera dengan nada halus

Perlahan Rendra melepaskan pelukannya dan menatap Dera dalam. Satu tangannya meraih tangan Dera dan menggegamnya dengan erat, Andra berusaha mencari kekuatan di sana.

"Der" panggil Andra pelan

"Hmm.." respon Dera dengan menatap Andra sendu. Dia benci saat Andra seperti ini, dia benci saat Andra menjadi rapuh seperti sekarang ini.

"Papa sakit" ucap Andra hampir seperti bisikan.

Tubuh Dera menegang kala mendengar dua kata yang berhasil membuat Rendra menjadi rapuh seperti ini.

"Mama minta aku untuk pulang ke Jakarta dan menetap disana" belum hilang rasa keterkejutannya saat mendengar kabar papa Rendra sakit, dan sekarang Dera mendengar kabar mengejutkan lagi. Tubuhnya kaku, dia berusaha mencerna apa yang dikatakan Rendra barusan. Mulutnya seperti terkatup rapat dan susah untuk sekedar memberi respon. Dan kenangan pahit beberapa tahun silam dengan kurang ajarnya muncul kembali ke ingatannya.

"Sayang" panggil Rendra

"Hemm maaf Ndra. Tadi aku syok banget saat dengar papa kamu sakit" respon Dera setelah berusaha menghilangkan rasa takutnya

"Terus sekarang keadaan papa kamu gimana ?" Tanya Dera

"Kata mama semakin hari kondisinya memburuk" jawab Andra.

"Aku nggak mau pulang Der. Aku mau tetap disini. Aku nggak mau pulang kalau bajingan itu masih ada di rumah" ucap Andra dengan wajah penuh kebencian

"Ndra, kamu nggak boleh ngomong gitu. Biar bagaimanapun beliau tetap papa kamu. Darah papa kamu ada ditubuhmu Ndra. Seburuk apapun sifat dia, kamu harus bisa memaafkan" jelas Dera

"Tapi dia tidak lebih sari seorang bajingan Der. Aku nggak bisa maafin dia sampai kapanpun" ucap Andra keras.

Dera tidak bisa berkata-kata lagi. Hanya meremas tangan Andra dan menyalurkan kekuatan dari sana yang bisa Dera lalukan saat ini. Topik pembicaraan ini yang selalu mereka hindari. Andra sangat sensitif dengan topik pembicaraan keluarga. Pasti setalah Andra mengutarakan rasa bencinya dengan keras, dia akan menunduk dan diam. Jika sudah begini Dera harus mengalah, jika tidak emosi Andra semakin tidak terkendali. Biasanya setelah emosi Andra setabil baru Dera menjelaskannya pelan-pelan.

"Ekemm.." dehem seseorang

"Ehh..Tante Dewi" ucap Dera kaget hampir seprti bisikan, Dera berusaha untuk bangkit dan melepaskan tangan Andra. Tapi buru-buru dicegah oleh Tante Dewi -Mama Andra-.

"Nggak papa, biar Andra tenang dulu. Nanti kalau Andra sudah tenang, tante tunggu kamu di dekat kolam ikan ya ?" ucapnya tanpa suara, diakhiri dengan senyuman menghangatkan. Dera mengangguk dan membalas senyum itu.

Tiga puluh menit berlalu dengan Andra yang masih setia dengan posisinya.

"Sayang" panggil Dera berusaha menyadarkan Andra dari lamunanmya.

Dan berhasil, Andra merespon dengan menatap Dera sambil tersenyum tipis.

"Aku beli minum dulu ya ?" Pamit Dera.

Setelah mendapat respon dari Andra, Dera beranjak pergi dan membeli minum. Sebenarnya Dera juga ingin menemui Tande Dewi sekalian, akhirnya Dera menuju kolam ikan seperti yang dikatakan Tante Dewi tadi.

"Maaf nunggu lama Tante" ucap Dera dengan perasaan tidak enak

"Ahhh nggak papa Der. Sini duduk dulu" seperti biasa Tante Dewi selalu berkata sambil tersenyum.

"Ehh iya tante" ucap Dera dengan buru-buru duduk di samping Tante Dewi

"Jadi kamu pasti tau apa yang akan tante omongin sama kamu" tebak Tante Dewi

Dera mengangguk, merespon ucapan mama dari seseorang yang dicintainya.

"Tante minta maaf sayang. Bukannya tante egois memaksa kalian untuk berpisah, tapi papanya Andra...dia..." pecah sudah air mata Tante Dewi yang sebelumnya sempat ia bendung. Reflek, Dera memeluk Tante Dewi dan mengelus sayang pundaknya.

"Dera ngerti tente" ucap Dera pelan. Sesekali ia mendongakkan kepalanya untuk menghambat air matanya jatuh. Sebisa mungkin Dera harus kelihatan tegar di depan Tante Dewi dan Andra

"Makasih sayang kamu udah ngertiin situasi ini. Dan tolong kamu bujuk Andra untuk pulang ya ?" Pinta Tante Dewi

"Iya tante, sekarang kita kedepan yuk. Kasian Andra sendiri" ajak Dera

Setelah menghapus sisa air mata Tante Dewi, Dera dan Tante Dewi menuju ke depan untuk menemui Andra. Tidak lupa Dera membelikan Andra minum sesuai dengan ijinnya kepada Andra tadi.

"Ndra" panggil Dera. Andra menoleh kaget mendapati mamanya juga berdiri disamping Dera dengan senyuman kahasnya. Andra beranjak dan mendekati mamanya.

"Loh mama disini ?" Tak menghiraukan ucapan Dera, Andra malah menanyai mamanya.

Tante Dewi hanya merespon dengan angukan kepala dan senyum andalannya.

"Mama kesini mau jemput Andra kan ?" Tanya Andra

"Percuma ma, Andra tetap nggak mau pulang untuk bajingan itu" lanjut Andra penuh kebencian.

Selalu seperti ini, respon yang didapatkan Dewi. Dia tidak menyangka benci yang dirasakan anak berusia 15 tahun akan terus dibawanya sampai dewasa. Perlakuan Satya -papa Andra- sepuluh tahun lalu ternyata membekas di memori Andra.

Dera mendekat dan memegang pundak Andra, berkata lewat tatap matanya "semua akan baik baik saja".

Hujan Pertama Bulan DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang