# 2 Hujan Pertama Bulan Desember

8 1 0
                                    

Rendra membalas tatapan Dera dan tersenyum kecut. Dera yang selalu mengerti perasaannya kini juga ikut membujuknya untuk pulang. Apakah gadis itu tidak mengetahui jika papamya sudah menyiapkan berbagai rencana jahat yang akan memisahkan mereka. Oh Shit ! Bahkan Rendra tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti berantakan tanpa Dera.

"Jadi kamu juga mau aku pulang sayang ? Kamu harus tau pria itu licik Der, dia pasti sudah menyi...." perkataan membara Andra terpotong ketika satu jari Dera hinggap di bibirnya.

"Ndra, dengerin aku" ucap Dera lembut sambil menuntun Andra duduk kembali.

"Papa kamu butuh kamu Nra. Dia butuh dukungan dari seorang anak laki-lakinya ini" tutur Dera dengan memberi jeda disetiap kalimatnya.

"Bajingan itu nggak butuh aku. Dia nyuruh aku pulang karena dia punya rencana licik yang mau dia jalankan" bantah Rendra

"Aku juga nggak mau pisah sama kamu, aku sudah janji sama nenek kamu untuk jagain kamu. Aku sudah memutuskan untuk tetap tinggal disini dan membawa mama tinggal disini Dera" lanjut Andra

"Ndra, aku nggak pernah minta kamu untuk tetap tinggal. Tentang janji yang kamu buat dengan nenek itu sudah kamu tepati. Kamu sudah menjagaku selama kamu disini kan ? Sekarang keluargamu lebih butuh kamu sayang. Pulang ya ?" Jelas Dera dengan menahan air matanya

"Tapi kamu gimana ?" Ucap Andra khawatir

"Apa yang kamu khawatirin dari aku sih Ndra ? Aku baik-baik saja. Kalau kamu takut aku kenapa-napa, kamu tenang aja. Masih ada Olin dan kak Raya disini. Kamu percaya kan sama mereka ?" Jelas Dera

Hening, Andra tidak lagi membantah ucapan Dera. Apa yang dikatakan Dera memang benar adanya. Dia tidak perlu kahawatir dengan keselamatan Dera karena disini Dera masih punya orang-orang terdekat yang bisa menjaganya dengan baik. Tapi bukan hanya keselamatan Dera yang dikahawatirkan sekarang. Bagaimana dengan trauma gadis manis itu ahh lebih tepatnya gadis cerewet itu ? Arghhhh... memikirkannya saja sudah membuat kepalanya pusing. Bayangan bagaimana tubuh rapuh Dera dengan air mata yang berlinang juga raut wajah ketakutan itu melintas begitu saja dimemorinya. Andra tidak bisa meninggalkan Dera. Tapi keadaan memaksa keduanya untuk berpisah. Lagian ngapain sih bajingan itu harus meminta Andra pulang ?

Tiga puluh menit berlalu, ketiga manusia yang berada di taman kota itu larut dalam pikirannya masing-masing. Dewi dengan setia menunggu Dera untuk membujuk Andra. Dia berharap Andra mau pulang dan bertemu dengan suami tercintanya.

"Der" suara Andra memecah keheningan

"Ya Ndra ?" Jawab Dera

"Kamu percaya kan aku sayang banget sama kamu ? Ahh bukan bukan bahkan cinta" ungkap Andra

"Aku percaya Ndra" jawab Dera dengan senyuman

"Aku akan pulang Der. Sehebat apapun aku menolak untuk pulang, kamu pasti akan tetap membujukku kan" putus Andra akhirnya.

Dengan berat hati Andra memutuskan untuk pulang. Dia pulang bukan untuk papanya, tapi Andra pulang untuk menjalankan rencana yang telah dia rancang sebelumnya.

Setelah beberapa saat menunggu jawaban dari Dera, akhirnya Dera memberi respon dengan memeluk tubuh Andra erat. Dalam pelukan itu Dera berharap semua akan baik-baik saja. Andra akan kembali kepadanya nanti. Dera percaya Andra bisa mengatasi masalahnya. Tak terasa kristal bening mulai membasahi pipi Dera. Sedih ? Pasti, siapa yang tidak sedih ketika seseorang yang kita cintai pergi dan entah kapan  akan kembali. Sekarang Dera merasa sendiri, bayangan masa lalu yang berusaha Dera kubur dalam-dalam kini muncul di ingatannya lagi. Dera takut, semua akan pergi meninggalkannya.

"Jangan nangis sayang" ucap Andra sesekali mengusap air mata Dera.

"Jangan pernah lelah menungguku sayang. Aku janji akan kembali. Nanti jika waktunya sudah tiba, tunggu aku disini, ditempat ini di waktu yang sama" ujar Andra

Dera mengangguk, akan selalu diingat janji Andra kali ini. Dia percaya Andra nya akan kembali disini ditempat ini dengan perasaan yang sama.

Andra beranjak mengajak mamanya untuk pergi. Tapi sebelumnya Andra memeluk Dera sekali lagi sebelum mereka benar-benar berpisah. Saat pelukan itu terlepas, setetes air langit jatuh di kening Dera. Dera tersenyum kecut.

"Hujan pertama di bulan desember"  batinnya

Rintik air mulai berlomba lomba jatuh ke bumi dan meresap ke tanah. Aroma tanah yang bercampur dengan air menghasilkan arom khas musim penghujan. Dimana orang-orang merindukan aroma ini. Hawa dingin meresap ke kulit hingga menyentuh tulang. Mungkin sebagian besar orang menyukai suasan ini. Tapi tidak dengan Dera. Bukan, Dera bukan takut dengan hujan. Tapi Dera benci dengan hujan. Dimana saat hujan satu-persatu seseorang yang berarti dihidupnya pergi meninggalkannya sendiri dengan ketakutan akan kerasnya dunia. Dan sekarang rasa benci itu kian menjadi ketika seorang yang dicintainya pergi ketika tetes pertama hujan dibulan ini. Tubuh Dera bergetar, dia tidak bisa lagi untuk sekedar tersenyum. Jiwa Dera ketakutan. Bagaimana bisa hujan yang begitu di nantikan orang-orang malah membawa pergi seseorang yang dicintainya.

Tautan tangan itu terlepas, rupanya Andra telah beranjak dari tempat ia berdiri disamping Dera tadi. Rasa kehilangan juga menyeruak masuk ke jiwa Dera dan menambah kebenciannya tentang hujan.

Kamu pergi bertepatan dengan tetes pertama hujan bulan Desember di keningku. Kamu benar benar pergi dan entah kapan akan kembali.

"Jangan benci hujan, sayang" bisik Andra

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan Pertama Bulan DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang