Seberkesan apa kamu bisa berkenalan dengannya?
Atau bagaimana cara kamu dan dia bisa mengenal?
Apakah kalian langsung jatuh cinta pada pandangan pertama?
Kenapa? Jatuh cinta padangan pertama itu impossible di dunia nyata? Kalau menurutku apa yang tidak mungkin di dunia ini. Orang tuaku tidak sengaja satu bis dan mereka berkenalan, kemudian ayah tiba-tiba melamar bunda. Boleh saja kalian tidak percaya meski kenyataannya memang begitu. Tetapi, aku tidak akan menceritakan kisah pandangan pertama orang tuaku, akan aku akan menceritakan kisahku sendiri. Kisahku dan dia.
Let's go...
1
2
3
19 Mei ~~
"NARAYA!!!"
"APASIH? BISA GA SIH GA USAH TERIAK-TERIAK DI SAMPING KUPING GUE, DARAAA?"
"Ga bisa," Dara menampilkan deretan gigi, menyengir.
Aku memukul lengannya pelan, melampiaskan kekesalan. "Memangnya kenapa sih?" Tanyaku.
"Nanti sore tungguin gue rapat ya, ntar kita pulang bareng plis plis plis," Dara tampak memohon menyatukan telapak tangannya menjadi satu, "ntar gue traktir thaitea extra boba," tambahnya lagi.
"DEAL."
"Murahan banget sih kalo disogok boba, Nar," cibir Dara sembari terkekeh.
"Bodo, yang penting extra boba ya."
---
Sore itu aku benar-benar menunggu Dara rapat, aku duduk dibangku depan ruang OSIS. Dara itu anaknya supel, suka bersosialisasi sehingga dia berminat menjadi anggota OSIS yang kata siswa lainnya sih nama lain dari pembatu sekolah, hehe.
Sore itu cuaca dan suasananya sangat bagus. Sekolah sudah agak sepi karena jam pulang sudah dua jam yang lalu. Tetapi demi thaitea extra boba aku rela menunggu lebih lama disekolah.
I love Smansa...
Dan pada sore itu juga aku berkenalan dengannya lewat cara paling sederhana.
BRAKKK
Aku menoleh dengan terkejut melihat seseorang yang baru saja keluar dari ruang OSIS dengan terburu-buru, lalu tak lama kemudian muncul Dara dari tempat yang sama.
"Tadi Jigan kemana?" Tanyanya kepadaku.
Aku memicingkan mata sedikit tidak mengerti, "Yang barusan keluar?" Tanyaku.
"Iya."
"Kesana," kataku sambil menunjuk ke arah parkiran di belakang gedung. "Kenapa?"
Dara menyerahkan selembaran kertas dan kunci motornya kepadaku, "Bantuin gue buat kasihin ini ke dia ya, Nar. Besok gue kasi thaitea extra boba lagi," tawaranya yang sangat tidak mungkin kutolak. Aku langsung bergegas menyusul seseorang yang Dara maksud tadi.
Ketemu!
Seseorang yang kulihat keluar dari ruang OSIS tadi sedang berdiri di parkiran sembari celingak-celinguk mencari sesuatu dikantong. Aku yakin dia pasti sedang mencari kunci motor.
Tadi siapa namanya? Kalau tidak salah Ji Ji gitu kan ya? Ah, aku memang suka payah mengingat nama seseorang.
"JINGAN," teriakku padanya, dia terlihat sedikit mengerutkan dahinya menatapku.
Apa ada yang salah? Namanya Jingan kan ya?
Aku berjalan mendekati, lalu menyerahkan selembaran kertas tadi dan sebuah kunci motor padanya.
"Jingan, ini tadi Dara nyuruh gue buat ngasi ke lo," ucapku yang membuatnya malah makin mengerutkan dahi.
"Kata lu tadi apa?" Aku bingung sendiri mendengarkan pertanyaannya, lalu ku ulangi lagi perkataanku yang tadi dengan sedikit pelan dan penuh penekanan, "Gue tadi bilang, Jingan. Ini. Tadi. Dara. Nyuruh. Gue. Buat. Ngasi. Ke. Lo."
"Jingan?" Tanyanya kebingungan.
Aku mengangguk, memandang aneh padanya. Kenapa dia ini? Kenapa malah bertanya namanya padaku? Memangnya salah ya?
"Iyaa, Jingan. Memangnya nama lo siapa?"
Ia menghembuskan napas kesal, "Nama gua Jigan. J-I-G-A-N bukan Jingan."
"Ya salah satu huruf doang," keluhku.
Dia terlihat tidak terima, "Salah satu huruf doang? Tau ga lu arti jingan apa?" Aku menggelengkan kepala, "Artinya bajingan, anjir. Gua ga terima lu panggil bajingan sambil teriak begitu, orang-orang pada ngeliatin gua," tambahnya lagi dengan kesal.
Aku melihat ke sekeliling, hanya ada beberapa orang saja dan mereka semua
eum
melihat pada kami berdua. Hehe.
"Ya maaf, lagipula juga cuma sedikit orang itu," belaku.
"Masih aja gua ga terima lu panggil Jingan, siapa nama lu?" Aku memutar bola mata malas mendengar perkataannya, kenapa orang ini drama sekali YA TUHANNNNNNN
"Lo ga lagi buru-buru?" Kataku mengalihkan perhatian dan yah berhasil, dia terlihat memukul kepalanya seperti orang yang baru mengingat sesuatu.
"Oh iya anjir, kok gue jadi lupa sih," Jingan atau Jigan ini berbalik badan dan menaiki motornya sembari memutar kuncinya, "Semua ini gegara lu ya gua jadi lupa," omelnya lagi kemudia pergi keluar sekolah.
"Kenapa jadi gue? Masih untung gue bantuin tu bocah. Ngeselin amat yang lo, Jingan," umpatku tak terima.
Hai hai hai👋
Jadi gimana nih? Suka atau agak aneh sama ceritaku? Kritik dan apresiasinya ya dengan kasi aku bintang 🌟Be happy
KAMU SEDANG MEMBACA
i love u 27
Teen FictionKisah yang singkat namun sangat kuingat~ Ini kisahku, kisah antara aku dan dia. Kisah pada masa-masa remaja yang penuh dengan keegoisan. Jadi, maukah engkau meluangkan waktu untuk membaca cerita ini? *Cover dari pinterest