4. Hai, Nanta

73 78 15
                                    

[ini foto orang yang Ara iri-hin. Kalian bisa tambahin se- apa mereka. Baca sampai akhir ya biar tahu maksud ku😉]

Sorry for typo 🙃
.
.
.
.
.

Sore ini hujan tengah mengguyur kota lagi seperti hari-hari sebelumnya. Walau begitu masih banyak orang yang tidak menyadarinya jika bulan ini memang sudah masuk musim penghujan, melupakan kata pepatah yang sangat legendaris yakni 'sediakan payung sebelum hujan'. Karena itu, Ara mengeluh akan hal ini.

Sebenarnya Ara bukannya membenci hujan, hanya saja ia lebih suka hujan turun di hari Minggu pagi agar ia tidak harus bersusah payah menyelesaikan pekerjaan rumah yang menumpuk, karena orang rumah tahu di waktu hujan hal yang bisa dilakukan hanyalah berleha-leha. Berleha-leha sembari ditemani mie kuah rasa soto yang hangat dan acara gosip yang selalu hadir di pagi hari. Bukannya malah hadir di sore hari yang malah membuat ia malas mandi.

Hm, Ara memang orang yang tak pandai bersyukur. Apa Ara lupa kata-kata Opah dalam serial kartun Upin Dan Ipin yang mengatakan jika 'hujan kan Rahmat dari Tuhan'?

Drtt drtt

Tiba-tiba getaran ponsel yang berada di saku bajunya membuat Ara buru-buru mengeluarkan kan benda itu, kemudian menggeser lingkar hijau.

"Yakin enggak dijemput?"
Suara bernada sinis langsung terdengar di indra pendengaran Ara, membuatnya berdecak pelan.

"Ya enggaklah,lawong hujan kok.
Jemput lah!"

"Jimpit lih. Dasar upil kuda"

"Yakan hujan, ojek jarang ada"

"Tunggu dua jam lagi"

Ara mendengus saat mendengar nada panggilan terputus. Ratnakuntilanak tuh emang gini, udah nyebelin, suka ngoceh enggak jelas, terus sifatnya bossy banget. Tapi,

Kak Ratna lah yang memang selalu bisa Ara andalkan jika ia sedang butuh sesuatu.

Dira, kakak pertama Ara sudah tidak mungkin lagi bisa Ara andalkan, karena dia sudah memiliki keluarga kecil yang pastinya lebih ia prioritaskan.

Sedangkan Annes, kakak ke-tiganya adalah orang yang selalu menghabiskan waktunya di dalam kamar beserta buku-buku tebal. Dia tidak bisa mengendarai mobil, tidak pandai bergaul, dan kurang suka berada di khalayak ramai. Sebelas dua belas sama seperti Ara, bedanya dia memang sangat pintar.

Dan yang terakhir adalah Nadin, adik terbawel yang pernah Ara temui dan orang yang ia cap sebagai orang yang tidak bisa apa-apa kecuali mengerang memanggil Mama dan mengadu. Adik tidak berguna dan menyusahkan saja, pikir Ara.

Ratnakuntilanak memang menjadi pahlawan nya kadang-kadang, tapi dibanding itu dia lebih sering jadi nenek lampir sih.

:::::

"Besok kamu ikut enggak, Ra?"

Ara menunda mengunyah nasi beserta ayam goreng di mulutnya, ketika mendengar pertanyaan yang tiba-tiba Papa lontarkan.

"Aduh, Mama lupa kasi tahu kamu ya kalau besok malam ada acara di kantor Papa? Jadi gi-"

"Enggak" potong Ara cepat.

"Iiiihhhh kata guru aku enggak sopan tau motong-motong omongan orang tua Iiiiihhh" ucap Nadin menatap sinis Ara "Apaan tuh, udah besar enggak tahu sopan santun" lanjut Nadin yang sukses membuat mata Ara melotot.

"Bocil diem"

Kan, lihat sendiri kan betapa menyebalkannya Nadin! Jadi, jika punya adik seperti ini enaknya diapain? Dibungkus pakai karung lalu buang di zaman megalitikum?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

i love u 27Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang