"dikelabui masa lalu"

2 0 0
                                    

Hey, bukankah dulu aku pernah begitu ditaman ini ? Ah sial lagi lagi ingatan itu mampir dibenakku. Untuk saat ini kubiarkan ingatan itu merasuk otakku, ya aku suka mengenangnya. Hanya saat ini. Ini tentang dia yang selalu punya cara sederhana untuk membuatku tertawa. Dia adalah pria yang selalu kubanggakan.

Namanya fandi, mahasiwa hukum tergolong aktif difakultasnya. Aku menjalin kasih dengannya kira kira sudah 2 tahun. Selama itu aku belum pernah meragukan perihal cintanya kepadaku. Yang kutau dia sangat mencintaiku karena selama itu dia tidak pernah menunjukkan gelagat mendekati apalagi memacari wanita lain selain aku. Dan aku merasa beruntung bisa memilikinya, karena dia selalu punya cara yang tidak bisa kutebak untuk selalu membuatku bahagia. Aku sangat mencintainya. Kuharap kami bisa terus saling mencintai hingga usai usia. Selalu bahagia bersama dalam suka dan duka.

Hari itu tepatnya dua hari menjelang anniversary hubungan kami yang kedua tahun. Tapi aku kecewa ketika aku bertanya perihal itu kepadanya. Bukan jawaban yang kuinginkan yang terlontar dari mulutnya.

"sayang, kamu ingat lusa hari apa ?" tanyaku pada dia yang sedang asyik main game.

"besok hari rabu yang," jawabnya singkat.

"ish...bukan itu, maksudku ada apa di hari lusa itu ?" tanyaku lagi

"mmm... apa ya ? oia hari pahlawan ya." Jawabnya

(jelas saja jawaban itu membuatku malas umtuk menanyakan lagi perihal itu. Mungkin dia benar benar lupa dengan hari jadi kami).

Setelah pertemuan malam itu. Fandi seharian tidak memberiku kabar. Padahal biasanya ada chat whatsap walau hanya sekedar tanya sudah makan atau belum. "fandi... kamu kemana sih,." Gumamku dalam hati. Hari berikutnya pun fandi tetap tidak mengabariku. Telpon nya pun gak aktif. Kucoba menghubungi beberapa temannya yang kukenal karena dulu sempat dikenalkan oleh Fandi. Apa yang kudapat?. Tidak ada. Mereka tidak tau kemana Fandi pergi.

Aku merasa kehilangan dan gelisah selama dua hari itu. Tidak ada pesan kabar atau sekedar pesan singkat di hp ku. Apa mungkin dia sakit ? ah tidak. Pikiranku semakin kacau dibuatnya. Apa yang kulakukan rasanya kurang lengkap tanpa Fandi yang biasanya selalu merecokiku bakan saatku mengerjakan tugas kuliahku ditengah deadline. Ternyata aku selemah ini tanpa Fandi, dua hari tidak ada kabar saja aku banyak mengeluh dan gelisah. Fandi kamu dimana.

Akhirnya hari itupun tiba. Bukan bahagia yang kurasa, karena Hari ini Fandi tidak ada.

Tidak ada hal spesial hari ini, akupun merasa malas untuk bangun pagi. Bantal dan kasur lebih menggoda untuk saat ini. Ketika aku hendak pejamkan kembali mata ini, terdengar suara teriakan dari depan rumahku. Benar saja ada tukang pos yang berteriak sambil menyebut namaku. Awalnya tidak aku hiruakan karena siapa yang mengirimiku surat dijaman serba canggih ini. Pikirku dalam hati.

Karena penasaran akupun membuka kotak surat didepan rumahku. "hah surat ? siapa yang mengirimiku surat ini ?". tanyaku pada diriku sendiri. Surat tersebut unik ketika kubuka amplop imut itu tertuliskan "hayo belum mandi ya ? sana mandi dulu kalau mau tau permainan selanjutnya" terbaca olehku sebuah tulisan diamplop pertama. Dan dengan bodohnya aku mungkin karena kepolosanku saat itu aku menurut saja bergegas mandi bahkan aku sendiri tak tau siapa sipengirim surat aneh itu.

Setelah rapi, kubuka amplop kedua, lalu kutemukan lagi sebuah tulisan "kamu ketaman kota ya, aku tunggu disana, tunggu dibangku dekat pohon pinus nanti aku datang ". Isi amplop kedua. Langsung saja ku starter motor maticku menuju taman kota. Sesampainya disana, akupun merasa kebingungan apa yang harus kulakukan ditaman ini. Hanya banyak orang yang sedang jonging atau bahkan hanya untuk menghirup udara pagi ditaman ini. Akhirnya aku putuskan untuk mencari bangku yang dimaksud sipengirim misterius itu. Tak lama aku menemukannya aku duduk sambil melihat beberapa orang yang berlalu lalang.

Aku merasa gelap. Benar saja ada seseorang yang menutup mataku dengan kain atau apalah aku tidak tau lalu mengikat kedua tanganku kebelakang. Aku panik dan ingin berteriak namun tangannya terlalu kuat membungkam mulutku. Aku hanya bisa pasrah ketika dia membawaku berjalan entah kemana aku tidak tau. Takut setengah mati yang kurasa karena yang kutahu cara seperti itu adalah yang biasa dilakukan oleh penculik kelas kakap yang sedang mencari mangsa. "eeemm.. eeemmm..." teriakku karena tak mampu bersuara akibat bungkaman itu. Akhirnya tangan itu terlepas dari mulutku. Baru saja aku ingin berteriak minta bantuan, suara itu lebih dahulu keluar. Tapi mataku masih tertutup dan tanganku masih terikat.

"yakin, mau teriak...nanti kalo aku digebukkin warga gimana ?" (ah suara ini sangat tidak asing kudengar)

Itu suara Fandi. Aku yakin itu.

"Fandi..... apa apaan sih ngikat aku kayak gini,awa" katanya.

Seketika rasa takutku lenyap serta parnoku terhadap penculikkan yang tadi sempat terlintas dibenak. Fandi terus menuntunku berjalan entah kemana aku tidak bisa melihatnya.

"kamu jangan kemana mana, tunggu disini. Nanti kuhitung sampai tiga barulah kamu boleh buka mata" kata Fandi sambil membuka ikat tanganku. Aku menurut saja karena aku sendri tidak bisa menebak yang Fandi akan lakukan.

"yang... masih lama gak ?" teriakku sambil tertawa kecil. Karena kupikir ini konyol.

"1,2.........3..... sekarang kamu boleh buka mata kamu" terdengar suara Fandi tapi suaranya agak terdengar jauh. Tidak lagi didepanku.

"Happy anniversary sayang." Kata Fandi.

Untuk kesekian kalinya aku dibuat luluh olehnya. Ketika kubuka penutup mata itu aku terkejut dengan apa yang kulihat didepanku. Ah lagi lagi aku kehabisan kata kata untuk ungkapkan rasa yang kualami sekarang. Aku berdiri tepat ditengah bunga yang dususun dan dirangkai membentuk hati juga banyak tersebar balon balon dengan warna cantik disekelilingku. Terdengar beberapa alunan musik diujung sana. Mungkin itu pemain musik titahan Fandi. Sedih, bahagia, terharu semuanya bercampur aduk hari ini.

"Fandi... aku pikir kamu lupa hari kita." Air mataku jatuh mengalir dipipi dan membentuk parit disela daguku. Fandi memelukku erat. Sambil berkata.

"sayang, mana mungkin aku lupa dengan hari kita. Karena tepat hari ini dua tahun yang lalu aku menemukan dan mengikrarkan lafaz lafaz cinta dan janji setiaku. Happy Anniversary manja" katanya sambil sesekali meledekku. Ya ,,, aku manja. Hanya padanya. Dia memberiku bunga dan kado. 

Daun itu jatuh dari rantingnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang