Entah kenapa pelukannya kali ini terasa berbeda, enggan sekali untuk aku melepaskannya. Terus seperti ini Fandi.... kumohon jangan lepaskan. Kau mencintaiku, aku telah lama mengenalmu tapi kenapa kali ini terasa berbeda. Ada apa ?.... ah hanya perasaanku saja. Kucoba menerpa perasaan itu.
"sayang, aku mencintaimu, aku ingin hidup bersamamu hingga tua nanti, hingga hanya maut yang benar benar menjadi pemisah antara kita. Sayang jika nanti aku lebih dulu meningalkanmu kuharap kamu tetap setia padaku. Aku bahagia memilikimu". Kata Fandi. Sontak saja air mataku jatuh. Iya. Aku tahu kalau kau mencintaiku. Aku tidak sanggup berkata apa apa lagi. Diam dalam pelukannya lebih kupilih. Tapi aku tidak suka dengan caranya bicara seakan akan inilah pelukan terakirnya.
"aku beli minum dulu ya, kamu tunggu disini. Sebentar juga aku datang. Hanya beli minum dikedai seberang:" Fandi melepas pelukku. Ia lalu berlari kecil menuju jalan dan akan segera menyeberang. Belum saja ia menyeberangi jalan itu tiba tiba dia lari kearahku dengan kecepatan seperti sedang marathon. Pikirku. Fandi langsung memelukku kembali lebih erat dari pelukkan pertama saat memberi kejutan tadi.
"Luna, aku menyayangimu. Dan aku ingin kamu tidak lagi manja, karena tidak selamanya aku selalu ada disampingmu. Jadilah wanita yang mandiri, tetaplah pada cinta dan hatiku luna." Tidak kutebak Fandi berkata sedalam itu. Tidak ada sepatah katapun yang terlontar dari mulutku, perasaan aneh tadipun kembali datang. Fandi... aku tidak suka cara bicaramu . Fandi melepas peluknya, dia mengecup keningku sambil berkata "aku mencintaimu, jadilah wanitaku seutuhnya". Lalu dia berlari menuju jalan raya dan akan segera menyeberang. Sambil menunggu Fandi membeli minuman aku duduk dibangku sambil mengingat kembali kejadian yang baru saja aku alami. Ah bahagiaku tak terlukiskan.
Lima menit, Fandi belum juga datang, ah mungkin kedainya ngantri. Pikirku. Karena memang kedai tersebut selalu saja ramai oleh pengunjung taman kota ini atau bahkan sekedar pengendara yang kebetulan lewat. Tiba tiba aku dikagetkan dengan suara yang begitu terdengar keras dan membuatku terkejut. Brukkk.......entah bunyi apa itu aku tak tau. Tapi kulihat beberapa orang berlarian menuju jalan raya dimana tadi Fandi menyeberang ketika akan kekedai.karena aku penasaran ada apa aku memutuskan untuk mengikuti kebanyakan orang itu.
"tapi...kalau aku kesana, nanti Fandi nyariin, yaudah lah tunggu disini aja". Kuurungkan kembali niatku untuk melihat apa yang terjadi disana. Ah sial aku tambah penasaran. Kesana sajalah. Belum aku sampai dipertengahan jalan aku sudah mendengar terikan histeris bahkan jeritan dari orang orang dijalan sana. Rasa penasaranku semakin memuncak. Tiba saja ada seorang Ibu tua menabrakku. Langsung saja aku tanya kan ada apa disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daun itu jatuh dari rantingnya
NouvellesTidak ada satupun hal tersulit didunia ini selain melupakan. apalagi melupakan kenangan yang sempat singgah lalu tersirat pekat dalam hati. Ini tentangku tentang perjuanganku ingin move on tanpa harus melupakan. karena aku sadar melupakan kenangan y...