3

376 61 25
                                    


Bunyi bel istirahat mengalun indah ditelinga seluruh murid SMA Shiganshina. Setelah lama lelah berkutat dengan buku untuk menghitung fungsi, trigonometri, bahkan menghapal anatomi, akhirnya sebuah kebahagiaan kecil dapat dirasakan oleh mereka.

"Hey, Eren. Mau main bola tidak?" ajak seorang murid dikelas Eren berkepala plontos bak pilus gar*uda.

Yang dipanggil tidak menggubris, membuat salah satu diantara tim pengajak unjuk gigi.

"Hoi Eren. Aku tahu kau memang tidak bakat main bola. Nah, berhubung kelas kita membutuhkan tim hore, ayo setidaknya datang untuk menyemangati kami!" ucap lelaki bermuka kuda menghina secara halus.

Yang dihina masih tidak menggubris.

Seisi kelas terdiam, dibuat takjub melihat. Jean Kirstein, remaja muka kuda yang sering kali ngajak ribut Eren, baru saja memercikkan api yang biasanya langsung dibalas ngegas oleh Eren, dikacangi. Padahal biasanya, tiada hari tanpa mereka berdua adu mulut. Namun hari ini, Eren tidak ambil pusing. Fokusnya tidak terkacaukan. Manik hijaunya senantiasa membaca paragraf demi paragraf buku kesayangannya.

Ya. Eren Jaeger, bocah labil bersulut pendek, baru saja memadamkan percikkan api Jean dengan keacuhannya.

Tak sudi dikacangi, Jean mendatangi meja Eren. Dengan barbarnya menggebrak dan menarik buku Eren paksa.

Kaget dengan perlakuan teman—ralat, musuh bebuyutannya satu ini, Eren dengan cekatan menahan apa yang seharusnya ia pertahankan.

Terjadi adegan tarik-tambang ala-ala tujuhbelasan. Kali ini, dengan buku ‚L E V I' menjadi tambangnya.

"Lepaskan muka kuda! Aku sedang asyik membaca!"

"Akan kulepaskan jika kau ikut ke lapangan sekarang!"

"Ogah! Dibilang aku sedang membaca! Tidak bisakah kau melihat!? Setahuku kuda memiliki pengelihatan yang tajam?"

Dibanding-bandingkan dengan kuda, Jean tidak terima. Hidungnya mendengus, kakinya menyiapkan kuda-kuda seperti kuda (ya, sepertinya Jean memang memiliki keturunan kuda dalam dirinya.) adegan tarik-menarik semakin memanas. Connie, bocah kepala pilus gar*uda, hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku kawannya. Dalam hati ia mengeluh, waktu main kita harus berkurang karena Jean ingin sekali mengajak Eren.

Tidak ada yang berani melerai mereka. Bahkan Armin sedari tadi sudah ambil langkah mundur dari lokasi kejadian.

"Kembalikan bukuku!"

"Tidak sampai kau ikut ke lapangan!"

"Kalau mau main, main saja sana! Tidak usah memaksaku!"

"Aku tidak memaksa!"

"Bagian mana yang tidak terlihat seperti memaksa, wahai muka kuda!?"

Dan, sreet.

Dua-tiga lembar halaman tanggal dari induknya. Beruntung buku yang Eren baca menggunakan hardcover, jadi ilustrasi sosok Levi yang sedang menulis tidak harus terbelah dua. Namun naas nasib isi bukunya. Harus rela robek hanya karena pertikaian bocah.

Seisi kelas tiba-tiba sunyi. Connie dan kawan-kawan bolanya sudah meninggalkan kelas ketika mendengar suara sobek yang nyaring.

Armin menatap horror. Eren melotot murka.

"Jean..." tangannya mengepal. "Kau!"

Baku hantam tidak bisa dihentikan.

.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L E V ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang