chapter 3

1 0 0
                                    

"Sial! Dimana Zein?! Disaat genting seperti ini dia malah menghilang" gerutunya
"Aku tidak tahu dia dimana sekarang, untuk saat ini sebaiknya kita mundur dan membuat rencana." Ucap pria satunya.
"Ya, kau benar. Kita mundur sekarang!" Teriaknya dan mereka pun pergi meninggalkan gedung itu.


  Sarah diam mematung saat matanya bertemu langsung dengan lelaki itu malah sebaliknya, ia hanya memandang datar Sarah. 'Ada apa dengannya?' Kata Sarah dalam hati.

Mr. Richard menyuruhnya memperkenalkan diri. Akhirnya lelaki itu memutus tatapan mereka. Hening melanda kelas

"Namaku Stevan Dizar. Terima kasih" selesai memperkenalkan diri secara singkat, padat dan sangat jelas itu, kelas kembali ramai setelah dipersilahkan bertanya oleh Mr. Richard, kebanyakan suara ricuh berasal dari para siswi yang terkagum-kagum akan ketampanan wajahnya.

Skip time
Bel istirahat berbunyi, kelas Sarah yang biasanya akan sepi saat jam istirahat kini begitu ramai oleh para siswi dari si junior sampai si senior yang datang ingin melihat wajah siswa baru.
Sarah yang melihat hal itu hanya duduk diam dikursinya, sedangkan Ruby masih berada dilautan para siswi sekitar Dizar. Percuma ia memanggil sahabatnya itu karna ia yakin Ruby tak akan mendengar suaranya.

Menghembuskan nafas pelan, apa aku harus ke kantin sendirian?, pikirnya. Yah, tak ada jalan lain.

Berjalan menuju kantin, sesampainya ia disana, suasana yang tadinya ramai berubah menjadi riuh, khususnya para siswa yang mengenalnya. Menghembuskan nafas kembali ketika salah satu siswa yang berkumpul disana melambaikan tangannya -Denny-

"Hai Sarah, tumben kau sendirian kesini? Dimana Ruby?" Ucapnya sambil celingukan mencari Ruby.

Sarah tahu ia akan ditanyakan seperti itu. Ia tak menampik kalau Ruby sangat populer. Ia memiliki wajah khas campuran eropa asia, tubuh ideal dan tinggi, rambutnya coklat kepirangan dengan mata biru agak sipit sepertinya. Ditambah lagi, ia berasal dari keluarga yang berada. Banyak siswa yang menyukainya termasuk Denny yang sudah dari dulu menaruh rasa karna mereka memang sudah berteman sejak kanak-kanak. Tetapi Ruby hanya menganggapnya sahabat. Sakit bruh :'(.

Sarah menggeleng"Tidak, dia sedang bersama perempuan lain mengerubungi Dizar. Mungkin sekarang, sudah tambah banyak" ucap Sarah cuek. Ia melangkah duduk disebelah Rey -sahabat dekat Denny- dan memesan makanan. Mereka-Sarah- sudah berteman sejak awal masuk SMA. Tentunya dikenalkan oleh Ruby. Sarah yakin jika kini Denny sedang menahan amarah. Rey yang berada disebelah Denny berniat menjahilinya "ehem.. sepertinya ada saingan baru. Tadi aku tidak sengaja bertemu dengannya dan ku rasa ia lebih cool dan punya aura yang wah, sepertinya kau kalah telak, yang sabar ya, Bro" ucapnya dengan rasa prihatin dibuat-buat. Denny berdiri dan menarik kerah baju seragam Rey "apa katamu?! Aku yakin lelaki itu akan kalah dengan pesonaku!" Rey yang mendengar itu pun hanya tertawa melihat reaksi yang dikeluarkan Denny. Walaupun ia sudah menebaknya.
"Denny, lepaskan Rey dan kau Rey, berhentilah menjahilinya. Aku kasihan pada kantin ini nantinya" ucap Sarah sarkas dengan santai menyantap makanannya. Ucapannya itu malah menambah emosi Denny"kalian jahat sekali padaku! Seharusnya kalian mendukungku bukannya menjatuhkanku seperti ini"

"Maaf, kami menolak membantumu" ucap serempak Rey dan Sarah dengan wajah datar. Denny yang mendengarnya pundung dipojokan dengan aura gelap. Sedangkan, Rey dan Sarah hanya tertawa. Tak lama, bel pun berbunyi. Mereka berpisah dipertigaan koridor. Ia memandang samping jendela yang bertepatan dengan taman belakang sekolah. Berhenti sejenak menikmati bunga yang mekar dengan indah dan kembali berjalan menuju kelas.

Bel pulang berbunyi namun tak mengurangi murid perempuan untuk pergi pulang. Sebaliknya, malah bertambah banyak dari yang tadi. Sarah tak peduli lagi, ia lebih memilih pergi ke rumah sakit menjenguk laki-laki yang ia selamatkan. Entahlah, ia terlalu penasaran.

Dirumah sakit, ia langsung masuk ke ruangan pria yang ia tolong yang ternyata sudah sadar dan kini sedang duduk menyandar. Tiba-tiba ia bangun, berjalan mendekati Sarah. Kejadian itu berlangsung cepat, entah apa yang terjadi barusan tapi sekarang lengan pemuda itu sudah ada di lehernya-memitingnya- dengan kuat hingga Sarah sesak napas. Tatapannya tajam dan dingin.

"Siapa kau?" Ucap pemuda itu tajam dan menusuk ditelinga Sarah.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi?!"

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CommuovereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang