5

55.2K 2.2K 22
                                    

Gilang tidak mengolok balik pada Vero yang mengatakan jika abang nya gila, dia terus tersenyum sambil merangkul adik nya menuju jejeran jajanan yang ada di sana. Sesekali mencium rambut adik nya reflek, mengabaikan beberapa orang menahan nafas saat melihat mereka.

Penampilan Gilang tidak pernah buruk walau sesimple apapun pakaian yang di kenakan nya.

Vero menyeret nya menuju jejeran kembang gula. Gilang biasa nya yang mengomel betapa bahaya nya makan kembang gula di malam hari pada gigi hanya membiarkan Vero mengambil satu.

"Abang, pengin makan takoyaki" Vero mengadu, menunjuk pada salah satu stand paling pojok yang ramai pengunjung.

"Rame banget. Nanti aja kalau pulang kita mampir dulu cari takoyaki nya" Vero hanya mengangguk menurut. Mengajak Gilang menuju wahana yang ada.

Tangan Gilang reflek meraih ponsel nya saat merasakan getaran notifikasi nya. Bibir nya tersenyum lebar saat melihat Nanda yang membalas pesan nya.

G.Nanda.T
Ini lagi nemenin adek gue di pasar malem

Gilang.M
Pasar malem yang ada di daerah lo?

G.Nanda.T
Bukan, pasar malem yang ada di alun alun

G.Nanda.T
Kak Gilang lagi ngapain?

"Anjirr! Dia tanya gue lagi ngapain!" Gilang hampir melompat jika Vero tidak menggandeng tangan nya. Mata Gilang tampak berbinar binar menatap Vero dan layar ponsel nya bergantian.

"Bang! Jangan gila di sini napa!" Vero berdesis pelan, tangan nya mengapit tangan kiri Gilang mencegah hal yang bisa saja membuat nya malu. Sekali kali mata nya melirik layar ponsel abang nya.

Gilang.M
Gue juga lagi nganterin adek gue ke pasar malem, di deket alun" juga...

G.Nanda.T
Eeh,, samaan dong...
Kakak ini lagi dimana nya?

Gilang.M
Lagi di stand makanan. Lo?

G.Nanda.T
Lagi di daerah wahana, ngawasin adek gue mancing ikan ikan-nan

Gilang menunduk, menatap Vero yang terus menarik jaket nya. Menunjuk satu tempat yang di kerumuni orang orang. Gilang menyimpan ponsel nya, menggenggam tangan Vero dan berjalan cepat menuju kerumunan itu.

"Misi, permisi..." Gilang berujar pelan, tangan nya masih menggenggam Vero agar tetap berada di samping nya. Dan saat Gilang berada di barisan paing depan, mata nya langsung melihat seseorang yang tertiban bianglala yang sudah di pindah kan. Pemilik bianglala itu terlihat menelepon ambulans mencari bantuan.

"Bang, bantuin..." Vero bergumam pelan, mata nya sudah berkaca kaca, mulai takut dengan apa yang ada di hadapan nya.

"Tetep di samping abang, jangan kemana mana, kalau mau nglakuin sesuatu ijin dulu sama abang, oke?" Vero mengangguk, baru lah Gilang maju ke depan masih sambil menggenggam tangan Vero.

Gilang mengeluarkan dompet nya, memberikan kartu identitas jika dia adalah dokter saat seseorang memegang tangan nya yang hendak memeriksa korban.

"Saya dokter," Seseorang itu hanya mengangguk percaya. Membiarkan Gilang memeriksa daerah dada dan bagian perut nya. Gilang mendekatkan telinga nya di dada korban, mencoba mendengar detak jantung nya walau samar samar.

Dilepaskan nya tangan Vero. Gilang memberikan ponsel nya pada Vero, menyuruh nya melakukan panggilan dengan Ryan yang sudah di pastikan masih berada di kamar tidur karyawan rumah sakit.

Vero menurut, "Aku harus bilang apa?"

Gilang menoleh pada Vero, menimang apakah harus menyuruh Ryan datang dengan mobil pribadi atau ambulans rumah sakit. "Minta bantuan, suruh Ryan membawa ambulans RS ke sini"

Tangan Gilang menekan perut nya, "hemopneumothorax *(terbentuk nya kolam darah di antara dinding dada dan paru paru)?" Gilang bergumam.

Mata nya melirik Vero, mengambil alih ponsel nya dan mulai berujar, "Dia kayak nya ngalamin hemopneumothorax sama cidera limpa. Gue nggak yakin, nggak ada sesuatu yang bisa gue jadiin alat di sini"

"..."

"Terlalu lama! 10 menit. Suara paru paru nya bahkan berkurang di sisi kiri"

"..."

"Oke,," Gilang menutup panggilan nya, melempar ponsel nya pada Vero yang duduk di samping nya. Tangan nya dengan cekatan memeriksa cidera lain nya. Tangan nya berhenti saat memegang kaki kiri nya, dia membuka pelan celana bagian bawah yang di kenakan korban.

"Udah ancur" Gilang bisa mendengar Vero sudah menangis sesegukan di samping nya. Mata nya melihat sekeliling, berharap ada sesuatu yang bisa membantu.

"Tolong ambilkan papan itu" Gilang menunjuk ke arah papan triplexs panjang yang ada di bawah mesin.

Gilang mengambil tali tambang yang terlilit di bekas jatuhan bianglala tadi. Mematahkan triplexs nya menjadi dua lalu mulai melakukan pembebatan di kaki nya, meminimalisir pergerakan yang nanti akan terjadi.

Gilang menatap jam tangan nya, "Kenapa lama sekali?"

Ryan datang di samping nya, ikut menaikkan korban ke brankar yang sudah di siapkan di samping tubuh korban.

"Lama,huh? Gue bahkan masih punya waktu tiga menit dari sepuluh menit yang lo janjiin ke gue" Ryan mendengus, membiarkan petugas membawa korban ke ambulans. Ryan, Gilang dan Vero mengikuti nya dari belakang.

"Gue nggak bisa ikut," Ryan yang sudah masuk ambulans menatap Gilang lama lalu melirik Vero sekilas.

"Oke, masih ada dokter yang lain di sana..." Ryan mengangguk, menutup pintu ambulans setelah mengacungkan jari kelingking pada nya. Gilang yang melihat nya hanya tertawa sekilas dan kembali berfokus pada Vero yang masih menangis di samping nya.

"udah nggak pa pa, kita pulang ya?" Vero hanya mengangguk. Tangan kanan Gilang menggenggam tangan Vero, sedangkan tangan kiri Gilang memainkan ponsel nya, membuka notifikasi yang sudah muncul sedari tadi.

G.Nanda.T
Kak, lo emang slalu bisa di andelin kalo ada kecelakaan

G.Nanda.T
Gue udah bilang belom sih kalo lo itu hebat?









Note.
Pusing ngedit bagian chat nya -.-"


(20/12/2018. 00:42)

Limerence [PINDAH KE DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang