Jika kesempatan yang menggiurkan datang padamu akankah kau tolak?
Mungkin hal ini aku jadikan sebagai motto hidupku.
Sekolah di sekolah elite, biaya sekolah gratis, terlebih punya sahabat super keren seperti YoonGi.
Aku hidup dan tumbuh di panti asuhan. Aku tak tau siapa orang tua ku. Namun, kata ibu panti aku ditemukan beserta sebuah kalung emas cantik yang sampai sekarang enggan aku gunakan.
Mengapa?
Karena bagiku jika sudah berakhir di panti asuhan artinya hidupmu sudah tidak diharapkan lagi.
Mungkin pemikiranku amat salah, tapi itulah yang terbersit dipikiranku dan aku tanamkan dalam benakku.Namun, entah dari mana awalnya sejak akan menginjak masa sekolah dasar aku mulai merasa banyak keberuntungan menghampiriku. Aku dibiayai sekolah di sekolah elite oleh seorang CEO terkenal. Saat duduk di kelas 4 SD aku bisa mengikuti kelas akselerasi. Dilanjut di masa Junior High School yang aku jalani juga dengan ikut kelas akselerasi.
Dan disinilah aku sekarang di kelas 3 Senior High School. Usiaku saat ini 16 tahun. Masa-masa berat bagiku.
Masa dimana mulai muncul rasa yang amat menyiksa.
Perbedaan kasta, perbedaan status ekonomi, dan pembullyan.Sering terdengar kata
"yak, anak kecil kenapa harus sekelas dengan kita! Balik sana ke kelas X!""Heh!!! Anak panti, pake apa lo sekolah disini! Dapet uang dari mana? Ngelonte sama siapa lo?"
"Semua yang tinggal di panti asuhan itu biasanya anak yang udah enggak diharapin lagi kehadirannya alias anak buangan"
"Pakai apa lo bisa temenan sama YoonGi?"
Nah untuk bagian yang terakhir aku baru merasakan selama 3 tahun di masa SHS.
YoonGi teman pertamaku, sampai lulus JHS aku sama sekali tidak memiliki teman.Miris?
Bagiku itu gak masalah asal mereka tidak membuatku terluka fisik.
Aku lebih sering tidak terlihat dimata teman-temanku.
Termasuk guru-guru pun melakukan hal yang sama.Mungkin guru-guruku melakukan hal itu agar teman-temanku tidak fokus padaku, mereka bermaksud melindungiku.
But, siapa yang tau?
Sudah lewat, sudah tidak penting.
Aku beberapa kali juga ditawari untuk ikut akselerasi lagi dijenjang SHS, cuma kalian tau pastinya di usia ini awal rasa apa yang muncul.
Ya, aku udah naruh rasa itu pada YoonGi diawal masa sekolah.
Dia yang tak tersentuh,
Dia yang cuek pada sekitar,
Dia yang lebih mentingin temen daripada fans-fans nya,
dan Dia yang menolongku dari niatan bunuh diriku dihari pertama sekolah.Untuk pertama kalinya aku begitu emosional,
Untuk pertama kali aku dikepung, dihujat, dipermalukan, dan terluka fisik.
Dan semua itu dilakukan oleh teman-teman kelasku di SHS yang selisih usianya terpaut 2 tahun dari aku.Usia 13 tahun, sekelas dengan murid-murid usia 15 tahun.
Sekolah di sekolah paling elite, semua siswa berasal dari keluarga berpengaruh.Jika sampai masa JHS aku biasa diabaikan, ini pertama kalinya aku dibully secara langsung, dipukul, dan dilecehkan.
Shock,
Dan ingin bunuh diri.
Berlari ke rooftop, berdiri di pagar pembatas dengan berlinang air mata, siap melompat.
Namun, sebuah suara menyadarkanku
"Jangan ngotorin sekolah gue dengan mayat lo tergeletak di bawah.
Kalo lo udah sampai di sekolah ini, lo wajib survive.
Atau kalo lo emang lemah hanya karena itu, lo tinggal keluar dari sekolah ini secara terhormat.
Bukan dengan bunuh diri gak jelas. "
PEDAS,
Tapi memang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
FanfictionKehidupan itu seperti mencari potongan puzzle agar lengkap. Entah itu akhirnya akan jadi puzzle yang menyenangkan atau jadi puzzle yang menyedihkan. Semua tergantung niat hatimu memilih yang mana. "Dasar anak haram!" "Jalang!" "Berhenti mendekat...