Prolog

54 23 19
                                    

"Aku takut saat malam tiba, karna aku tau BULAN akan merindu BINTANG yang ditelan kelamnya awan malam"

13 tahun sudah dilewati Bulan Sulistianingrum dengan kesendirian, Cinta pertamanya pergi meninggalkannya. Sekarang, kenangan-kenangan masa kecil dengan Bintang Dwireksa menghantui hidupnya. Semakin hari semakin pilu pula yang ia rasakannya selama 13 tahun terakhir ini. Untung masih ada Aurel Felixia, sahabat sekaligus saudara angkatnya.

Aurel seorang wanita muda yang sudah ditinggal ayah ibunya, orang tua Bulan mengangkat Aurel sebagai anak mereka dan juga sahabat yang Setia menemani Bulan. Aurel mencoba menghibur Bulan pada hari itu. Namun, lawakan yang diberikannya sama sekali tak membuat dia tersenyum.

"Lan, sudah seharian ini lu gak makan. Jangankan makan, untuk senyum pun belum terlihat seharian ini!" ujar Aurel yang merasa khawatir dengan kondisi Bulan pada saat itu.

"Lan, gua tau lu sedih. Tapi gak mesti kayak gini juga, Lan. Kamu harus makan, urusan Bintang kita serahkan sama papa kamu." Aurel mencoba menasehati Bulan untuk makan, yang seharian ini belum menyuapkan nasi.

"Rel, gua kangen sama Bintang. Gua gak tau lagi Bintang ada dimana, gua kangen dengan suara Bintang. Tapi, wajah Bintang sekarang pun kita gak tau gimana bentuknya," ujar Bulan dengan tangis pilu di wajahnya.

"Iya, gua tau. Tapi gak harus gini kan, Lan. Kemaren-kemaren lu gak sedih kayak gini, lu bisa tersenyum dan jalani hari dengan Indah. Kenapa sekarang malah gak mau makan gini, udah gitu senyum dari wajah lu belum ada terlihat hari ini!" keluh Aurel yang merasa prihatin dengan kondisi Bulan pada hari itu.

Aurel adalah sosok pendamping Bulan setelah Bintang meninggalkan Bulan. Aurel selalu berada di dekat Bulan, menjadi semangat hidup Bulan. Aurel selalu berusaha keras untuk melakukan yang terbaik untuk Bulan.

"Hari ini, genap 13 tahun Bintang ninggalin gua, Rel. Gua cuman ke inget doang dengan Bintang. Hari ini, gua gak semangat buat ngelakuin apa-apa!" jawab Bulan dengan suara yang lirih.

"Ya udah kalau gitu, lu makan dulu ya, Lan. Setelah makan, gua mau ngajak lu ke taman, buat nenangin fikiran lu, mau gak?" tanya Aurel sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulut Bulan.

"Iya, makasih ya Rel. Udah selalu ada buat gua selama ini. Makasih ya Rel," jawab Bulan sambil memeluk Aurel yanh sedang memegang piring.

"Iya iya, tapi lepasin pelukannya dong. Susah nih megang piring sambil lu peluk gini!" ujar Aurel.

Bulan pun melepas pelukannya, lalu makan disuapi oleh Aurel. Aurel hanya tersenyum melihat tingkah Bulan yang seperti anak kecil yang masih disuapi Aurel.

Setelah selesai makan, Aurel turun ke bawah, membereskan piring yang ia pegang. Lalu Bulan bersiap-siap berganti pakaian untuk pergi ke taman bersama Aurel.

Bulan dan Aurel pun pergi ke taman mengendarai mobil hitam, musik yang lagi trend terdengar jelas di dalam mobil tersebut. Apalagi lagu dari Jennie Blackpink yang berjudul Solo didengar mereka. Mereka berdua sangat menyukai musik, maka dari itu Bulan dan Aurel kuliah di jurusan musik.

Setelah sampai di taman, mereka langsung memarkirkan mobil. Mereka berdua pun turun lalu berkeliling-keliling taman. Melihat anak-anak kecil yang bermain dengan riangnya, melihat ibu-ibu yang sedang mengobrol dengan asyiknya, dan melihat-lihat banyaknya orang yang berjualan.

"Lan, mau jalan lagi atau mau beli minuman dulu?" tanya Aurel saat duduk di bangku taman tersebut.

"Gua haus nih, Rel. Kayaknya beli minuman dulu deh!" jawab Bulan sambil memegang tenggorokannya.

"Ya udah, lu tunggu disini. Gua beli minuman dulu!"

"okay," jawab Bulan sambil tersenyum.

Aurel pun meninggalkan Bulan sendiri. Bulan duduk di bangku yang ada di depannya, lalu mengeluarkan satu benda kecil dari dalam tasnya. Benda itu berbentuk Bintang berwarna jingga.

"Bintang, lu ada dimana sih? Gua kangen, gua gak bisa hidup tanpa lu kayak gini. Kenapa harus ninggalin gua sih, Bin? Apa lu gak kasihan lihat gua kayak gini terus?" keluh Bulan meratapi kenangan yang pernah terjadi saat bersama Bintang.

Tak berapa lama kemudian, ada sebuah sepeda yang melesat laju di depan Bulan. Kebetulan ada genangan air, orang yang mengendarai sepeda tersebut melewati genangan itu. Dan akhirnya, Bulan terkena cipratan air dari genangan itu, sehingga pakaian yang dikenakan Bulan menjadi basah.

"Hey, kalau naik sepeda tuh liat jalannya. Jangan laju-laju, gak liat apa ada genangan di depan gua!" pekik Bulan dengan nada yang begitu kesal.

"Eh, kok lu gak berhenti sih. Tanggung jawab woy!"

Namun, teriakan keras dari Bulan tak di hiraukannya lagi.

"Tapi, kok gua ngerasain something dari tuh cowok ya?" guman Bulan dalam hatinya.

Aurel pun datang menghampiri Bulan, dengan dua buah minuman yang dibawanya, Aurel terkejut melihat keadaan Bulan dengan pakaian yang basah.

"Woy Lan. Habis berenang di kali mana?" ejek Aurel sambil tertawa lucu.

"Enak aja berenang, tadi ada cowok naik sepeda di depan gua. Terus, dia lewat genangan air ini, airnya nyiprat ke badan gua!" jelas Bulan dengan kesal.

"Lah, kok gak lu kejar. Kenapa lu diem aja?" tanya Aurel penasaran.

"Gimana mau kejar coba, cowok itu naik sepeda, udah gitu laju banget. Masak, gua harus lari melenggang ngejar tuh cowok!" cetus Bulan yang masih kesal.

"Ya udah deh. Mendingan kita pulang aja, lu harus ganti baju tuh!" usul Aurel.

"Ya udah yuk pulang," balas Bulan.

Mereka berdua pun pulang, Bulan memasang wajah cemberut sepanjang jalan. Diam tanpa kata, menjadi suasana hampa di mobil itu. Aurel hanya tertawa dalam hatinya, mendengar kejadian yang dialami Bulan.

***

Happy reading!
Jangan lupa tinggalin krisarnya serta vote ya!

It's You [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang