Chapter 5

5.2K 609 148
                                    

Previous Chapter...

Melihat Luhan yang berlari tidak tentu arah sambil menangis Sehun menggaruk alisnya, tersenyum canggung pada bocah di gendongannya yang sedang memperhatikannya, "Hari ini kau jadi anak ku hm? Kau senang? Senang karena ayah mu berubah menjadi setampan ini?", kemudian dia melirik Suho, mendesis ketika pria itu menghadiahinya dengan pose V beserta cengirannya yang menyebalkan, "Ini semua gara-gara kau hyung", katanya setengah kesal, namun kemudian dia tertawa saat teringat ekpresi terakhir Luhan sebelum berlari meninggalkannya.

Tidak apa-apa sekali-kali mengerjai Luhan, anggap saja sebagai ajang balas dendam karena wanita itu sangat sering menguji imannya yang tidak seberapa.

.

.

.

.

.

Rasa malu menjalar ke seluruh urat saraf Luhan. Sehingga membuatnya terus bersembunyi dari pria yang gemar memberikan shock therapy di jantungnya. Jika saja Sehun mengetahui Luhan memiliki jantung yang lemah, mungkin Sehun tidak akan sekejam itu memberikan Luhan kejutan yang luar biasa, kejutan yang tidak pernah terlintas di otak Luhan sebelumnya. Atau mungkin, Pria itu justru akan mengoyak dada Luhan dan mengambil jantungnya untuk dia kunyah agar hidupnya menjadi tenang tanpa ada gangguan dari wanita centil seperti Luhan.

Tiga jam berlalu setelah shock therapy yang Luhan alami, tubuh wanita itu masih bergetar dan sesegukan. Luhan hanya bisa duduk diam bersembunyi di ruangannya sambil memandangi layar komputer yang berwarna hitam -mati- tidak Luhan nyalakan karena dia tidak mampu mengangkat jarinya yang terus bergetar.

Luhan malu, menyadari jika selama ini dia menggoda suami orang yang sudah memiliki buah hati membuat Luhan ingin mengubur wajahnya sedalam mungkin karena dia tidak punya muka untuk bertatap muka dengan Sehun.

Jika saja ilmu pengetahuan tentang Sehun sudah Luhan ketahui semua mungkin Luhan tidak akan senekat sebelumnya. Tapi otaknya yang hanya berisi nama Sehun dan statusnya yang single membuat Luhan tidak pernah berfikir bahwa pria yang kerap ia goda itu merupakan ayah dari satu anak yang saat ini masih menghuni ruangannya.

Luhan bertanya-tanya, kenapa Sehun bisa membawa anaknya ke kantor dan mendudukkannya di meja kerjanya? Sementara itu jari dan otak Sehun hanya fokus pada lembar kertas di atas meja yang bila di jual maka kertas-kertas tersebut bisa membeli harga diri Luhan yang tidak terlalu mahal.

Luhan sangat murahan pada Sehun, Luhan tahu itu.

Melihat bocah itu bermain sendiri sementara Sehun sibuk dengan bolpoin di tangannya otak Luhan jadi berfikir gila. Yang ada dalam fikirannya adalah pertama, Sehun pasti memilili istri yang super sibuk sehingga tidak punya waktu untuk mengurus anak mereka. Dan kedua, Sehun pasti sedang bertengkar dengan istrinya sehingga istrinya yang mau menang sendiri tidak mau mengurus anak mereka hingga meninggalkan bocah itu sementara dia sibuk mencari suami lain yang lebih kaya. Ooh jika benar begitu Luhan akan mengajukan proposal berisi lamaran pada Sehun. Bukan lamaran kerja, tapi lamaran untuk menjadi istri pria seksi itu.

Tuk

Luhan memukul kepalanya, hatinya sedang patah tapi otaknya justru memikirkan hal gila yang akan membuatnya lebih sakit dari sekarang.

Luhan ingin melupakan Sehun, mengubur pria itu dari dalam ingatan nya.

Tapi sedetik kemudian dia menggeleng. Hasrat dan dahaganya sangat menginginkan Sehun untuk memenuhi dirinya. Luhan masih mendambakan Sehun meskipun kehadiran bocah itu sudah menampar keras kesadarannya bahwa dia tidak boleh menyukai suami orang apa lagi ingin merebutnya menjadi miliknya seorang.

DEADLINE [HUNHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang