[16] Keputusan - END

4.1K 572 41
                                    

-Keputusan [END]-

::Hear Our Heart::

.

.

.

Hyung,” Hoseok mulai bersuara, “Kau... mendengarku?”

Yoongi masih tak menjawab dengan senyum yang terukir di wajahnya, ada kegelisahan yang semakin menguar kala detik semakin bergerak maju dan keheningan itu belum juga tuntas.

"Jangan bermain-main, hyung!"

"Menurut kalian, aku harus kembali ke BTS atau tidak?"

.

.

.

Tak ada yang mudah, semuanya tak akan selalu sesuai dengan apa yang kau harapkan.

__Hear Our Heart__

Suara gesekan sikat gigi dan air mengalir terdengar saat ini. Rutinitas yang biasanya memang terjadi di pagi hari. Lelaki berkaos oblong putih dengan rambut hitam itu tampak masih setengah tertidur dengan tangan terus bergerak menyikat giginya, pagi ini kakaknya sudah ribut setengah mati hanya untuk mencari ponselnya yang terselip di sofa dan membangunkannya hanya untuk menuduhnya telah menyembunyikan benda itu. Dasar kekanakan.

Yoongi menghela napas. Mata sipitnya kini memandang wajahnya dari pantulan kaca, tak lama kemudian ia berhenti menyikat lalu membersihkan mulutnya dari sisa pasta gigi. Ia lalu menarik pembersih wajah dan melakukan tradisi paginya, lelaki itu tak pernah absen merawat kulitnya.

“YOONGI, IBU SUDAH MENYIAPKAN SARAPAN! JANGAN TERLALU LAMA DI KAMAR MANDI, KELUARLAH KITA SARAPAN BERSAMA!”

Ibunya berteriak memanggil lelaki itu. Yoongi tak menjawab, bukan malas... itu hanya karena wajahnya kini penuh dengan busa sabun, membuka mulut lebar-lebar akan membuatnya menikmati sarapan busa sabun yang sangat tidak diinginkannya. Ia hanya bergerak cepat dan segera keluar dari kamar mandi dengan wajah dan ujung rambut yang sedikit basah. Ia berjalan menuju ruang makan dan segera duduk di sana dengan santainya.

“Aku benar-benar masih ngantuk,” gerutunya sambil menatap kakaknya yang kini bermain dengan ponselnya.

“Aku ini sangat baik hati membangunkanmu, jadi kau bisa tidak melewatkan udara pagi sebagus ini.”

Yoongi mendengus dengan pembelaan laki-laki itu, “Hyung, kau sudah menambah dosamu hari ini dengan menuduhku mengambil ponselmu.”

“Kau bukan Tuhan yang lancang membicarakan dosa, makan saja makananmu supaya tubuh kurus dan pendekmu bisa berkembang,” ujarnya menambah kekesalan Yoongi, “Eh, tapi kau kan sudah tua. Mana mungkin bertambah tinggi, tambah pendek sih iya.”

Yoongi menarik napas dalam.

Oke, ‘Kalau saja tak ada ibu sudah aku tebas kepalanya. Mentang-mentang postur tubuhnya tinggi.’

Yoongi merasa sedikit kesal bahwa ia dan kakaknya terlahir dengan beda keadaan. Kakaknya benar-benar dianugerahi tubuh tinggi yang sangat ia inginkan, sedangkan ia hanya berakhir dengan tinggi 174 cm saja. Pantas saja dulu banyak yang tak percaya bahwa dia anak basket yang lihai.

“Kalian ini sudah besar, tapi setiap ketemu tetap saja bertengkar,” ujar ibunya sembari meletakkan sup di atas meja.

“Seharusnya ibu menjodohkan hyung saja, dia butuh perempuan untuk membuat hidupnya tak ceroboh.”

“Hey, jangan berbicara wanita kalau kau saja tak punya.”

Yoongi tertawa kecil, “Hyung, ada ratusan ribu wanita yang mengantri di hadapanku. Jangan samakan aku dengan kau yang tak laku!”

Hear Our Heart! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang