4: Butterfly

720 88 13
                                    

Take Me to The Sky

BTS Fanfiction. Supernatural. Hurt

Sugarcypher | 2019

[ Inspired by Aya Kanno's book with title: "Love Song Flowing from A Wound" ]

*

*

*

Paginya aku langsung mencari Jimin. Apa pun yang terjadi, dia tak boleh datang saat manajerku berada disini. Aku berkeliling ke segala penjuru ruang apartement, bahkan hingga keluar dan dipandang seperti orang gila, celingak-celinguk tak jelas seorang diri. Masa bodoh, aku tak peduli omongan orang-orang. Pikiranku hanya satu— Jimin dan Jimin. Dimanakah kau berada?

Beberapa menit dicari tak kutemukan juga. Akhirnya setelah berlari kesana-kemari aku memilih menunggu di dalam ruangan. Duduk di depan piano. Dua jam lagi hingga manajerku akan datang. Saat itu aku sudah pasrah jika Jimin tiba-tiba saja muncul mendadak dan manajerku sudah berada disini. Sebuah kebetulan terburuk dalam hidupku.

Tapi aku berpikir kemungkinan lain: Bisa saja manajerku tak bisa melihat makhluk tak kasat mata itu, atau Jimin tak akan datang, atau aku akan memberitahukan pada Jimin terlebih dahulu bahwa jangan muncul jika manajerku sedang disini, atau yang terakhir— manajerku melihat Jimin dan aku berusaha menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi lalu siapa makhluk ini.

Tapi kemungkinan yang terakhir itu sangat kuhindari.

Aku pusing sendiri memikirkannya. Bahkan sarapan sereal yang kusiapkan sendiri tak kusentuh sedikit pun. Aku tak berminat untuk makan sekarang. Pikiranku terlalu kacau. Disaat begini memainkan sebait lagu mungkin akan membantu. Ya, hidupku tak jauh-jauh dari musik dan temanku ini— piano.

Jari-jariku mulai menekan tuts. Tak ada partitur disana. Hanya memainkan sembarang sesuka hati. Aku memejamkan mata, setiap kali ingin menikmati permainanku sendiri— aku selalu menutup mata. Kumainkan nada rendah, lalu tinggi, tak beraturan dan irama yang dihasilkan juga tak senada. Setidaknya itulah gambaran perasaanku saat ini. Dan sarapan pagiku adalah piano, huh lucu sekali.

"Irama macam apa itu?"

Astaga, refleks aku membuka mata. Membalikkan badan ke belakang dan kutemukan Jimin disana. Seseorang yang kutunggu akhirnya datang.

"Aku mencarimu!" kataku sinis sambil memicingkan mata.

Dia balas ikut memicingkan mata, "Kenapa? Apa urusanmu sampai mencariku?"

"Manajerku akan datang. Kau tak boleh muncul saat dia ada disini."

Sekarang Jimin malah membulatkan matanya, "Ah, manajer yang memberikan permen jahe itu? So sweet sekali. Apa yang dilakukannya disini?"

"So— apa? Apa maksudmu? Dia kesini hanya berkunjung saja. Kau paham, 'kan? Jangan muncul!" kataku sedikit keras.

"Memangnya kenapa jika aku muncul? Kau takut dia kabur?" sahut Jimin sambil menahan tawa.

Aku mendelik. Makhluk ini benar-benar keras kepala. Sudah kuduga dari wajahnya itu memancarkan aura seseorang-yang-tidak-bisa-dipercaya. Tentu saja dia menginginkan balasan.

"Dengar, Jimin. Kumohon bantu aku kali ini saja. Jangan muncul, paham? Setelah manajerku pergi, kau boleh melakukan apapun disini. Aku janji." kataku akhirnya.

Pokoknya isi kepalaku hanya: Jimin tidak boleh muncul saat manajerku berkunjung. Itu saja. Jadi aku tak peduli dengan apa yang kuucapkan tadi. Aku tak tahu kenapa menjanjikan hal yang sama sekali tak terpikirkan olehku sebelumnya. Tapi aku tahu niat anak ini, dia tak mau asal menuruti keinginanku saja. Jadi aku menjanjikan hal yang mungkin saja bisa diterimanya.

take me to the sky [minyoon] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang