1

1.2K 33 4
                                    

Pagi ini aku sudah rapi, saatnya berangkat ke kampus. Aku tidak mau melewatkan jadwal perkuliahan pagi ini.

Tak tak tak tak tuk tak tuk

Jangan ditanya itu bunyi apa, sepatu berhak 5 cm aku pakai hari ini. Karena aku ingin tampil menarik di depan Roni, pujaan hati ku. Aku dan Roni sudah menjalin hubungan semenjak awal mulai kuliah.

Dia begitu tampan, banyak para mahasiswi mengincarnya. Namun Roni menjatuhkan hati kepada aku saja.

Sampai di kampus, aku langsung menduduki diri di kursi, tidak lama kemudian para mahasiswi begitu histeris, ada yang berteriak, ada yang memanggilnya sambil memuja. Oh my God. Membuat mood pagi ku buruk untuk menyambut pujaan hati ku.

"Hy honey" ucap Roni sambil merapikan rambutku kebelakang telinga.

"Hy too... " balas aku singkat.

"Kita makan yuk. Aku lapar" ajaknya.

"Gak ah, nanti aja. Lagian aku gak mau telat sama jadwal kuliah pagi ini"

"Mm.. Ya udah. Aku pergi makan dulu ya. Bener gak mau makan?"

"Gak. Udah sana. Penggemar kamu udah histeris gitu"

"Hehe.. Gak cemburu?"

"Gak lah, ngapain juga cemburu. Gak aku banget

Hhhh, "ya udah. Aku makan duluan ya"

"Ok"

Perkuliahan pun dimulai, dan aku mengikutinya dengan santai.

Hubungan aku sama Roni memang begitu tidak seperti sepasang kekasih yang lainnya. Mereka bisa santai dan aman jika pergi berduaan. Sementara aku jangan ditanya lagi, aku hanya bisa melihat pemandangan mereka saja.

Roni kadang juga berusaha untuk menolak, namun apalah daya para penggemarnya benar-benar luar biasa ,dia bahkan tidak memperbolehkan aku jalan bersama Roni.

Perkuliahan selesai, aku bersiap untuk pulang kerumah.

Keluar dari gerbang kampus, aku tidak menemukan Roni. Biasanya dia selalu menunggu aku selesai kuliah.

"Ya sudah, aku pulang sendiri aja"

Aku terus berjalan menuju simpang kampus. Tak tuk tak tuk suara sepatu ku, Sampai di ujung kampus, aku melihat beberapa gerombolan pria berbadan besar sedang berkelahi.

Dbruak, bruk, brak bruk bruuukk...

Pukulan bertubi-tubi menghantam wajahnya. Pria yang berbadan agak besar lemah tak berdaya karena kalah pukulan dengan pria gondrong itu.

"Haduh, kasihan banget pria itu. Tolongin atau gak ya..." aku ingin membantunya, aku pun mempercepat langkah ku untuk menghentikan mereka yang ingin menghajar pria yang kalah itu.

"STOOOP" teriak aku. Sepatu ku lepas mengarahkan lemparan ku nantinya kepada pria berambut gondrong.

Pria gondrong itu menoleh dan menatap diriku tajam.

"Sekali lagi kamu pukul dia... Akan aku laporkan kamu ke polisi" gertak aku.

Pria itu pun tertawa sinis kepadaku.
"Eh, kau.. Mau ikut campur?" tanya dia dengan suara yang besar, membuat keberanian ku menciut.

"Ka.. Kalo iya memang kenapa? Berani cuma keroyokan"

Pria gondrong menegakkan badannya, ternyata tubuhnya sama saja dengan pria yang kalah tersebut.

"Waduh badannya besar, kalo aku melawan dia, bisa-bisa badan ku patah dan remuk" batinku.

Pria gondrong mendekati ku, sementara aku berjalan mundur. Kalau begini caranya lebih baik aku kabur.

Abang PremanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang