PEREMPUAN TERKUTUK

167 7 1
                                    

PERAWAN BAHU LAWEHAN

AUTHOR : Hanggoro Putri
GENRE :DRAMA, SUPRANATURAL,FIKSI,MISTERI
RATE : M (21+)

Tik.

Tik.

Tik.

Suara tetesan air di dalam kamar mandi terdengar nyaring dari kamar utama yang kini dibiarkan gelap, sunyi, dan dingin. Dinding-dinding putihnya tak lagi berwarna terang karena minimnya cahaya, hanya menyisakan warna kelam dan sedikit mencekam. Dari jendela serangkai tirai putih melambai pelan tertiup angin, mengantarkan sinar keemasan matahari sore yang jika ditelusuri jatuh pada sesosok wanita yang tengah menunduk muram di tepian ranjang. Tangan putihnya gemetar mencengkeram erat dada terbungkus jilbab hitam, sepasang bahu kecilnya bergetar disertai rintihan kecil.

Lagi. Sudah ketiga kali, calon suaminya mati─mengenaskan. Masih segar dalam ingatannya Hasan terseret ombak lautan dan tak pernah ditemukan, lalu Ikhsan yang jatuh dari tebing gunung, tercabik binatang buas. Kini Deri tertabrak kereta, terbelah─hancur menorehkan luka di tempat yang sama.

Ia menggigit bibir bawah yang mulai terasa perih menahan tangis. Pertahanan itupun runtuh tanpa disadari. Debrina menjerit, menjerit sekuat mungkin meluapkan rasa sakit yang tak bisa ia gambarkan dengan sederhana.

Kerabat di luar kamar panik dan berdatangan ingin menemuinya. Namun pintu terkunci rapat, ketat, tiada akses seolah ia telah menutup dunianya untuk siapapun. Yang bisa mereka lakukan dari luar hanyalah memberi siraman nasehat, remeh temeh yang jujur saja tidak ada gunanya lagi bagi Debrina sekarang.

Masih lekat dalam ingatan Debrina, siang kemarin pria nahas yang dikenalkan Ayahnya pada suatu pertemuan itu datang ke rumah. Mengenakan setelan mahal berwarna abu, dengan rambut tersisir rapi menawan, dan aroma ambergris menguar dari kulit tan-nya yang maskulin. Wajahnya memancarkan senyum cemerlang luar biasa di mata Debrina, seolah memaksanya untuk terus jatuh cinta setiap hari pada pria yang sama.

Didampingi kedua orang tua dan kerabat dekatnya pria pujaan bernama itu Deri melamarnya.

Debrina mengenakan setelan berwarna merah pastel mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki lengkap dengan make-up tipis bernuansa peach natural yang sangat cocok dengannya. Dan ia pun siap menerima lamaran sang pujaan hati.

Tak ada keraguan di hati si gadis cantik bermata bundar untuk menerima lamaran sang kekasih. Ia mengangguk malu, kedua sudut bibir tipisnya terangkat manis tatkala menatapi wajah-wajah yang tersenyum lega melihat ia memakai cincin berukir nama Deri di sisi belakangnya, pertanda ia telah diikat oleh pria yang sekarang merasa paling beruntung di dunia itu.

Debrina adalah wanita cantik berkulit putih bersih bak salju, jika tersenyum pipinya bersemu merah seperti tomat. Setiap hari tubuhnya dibalut pakain besar, dan tertutup bebas dari pandangan buruk. Aura damai saat ia berbicara selalu terpancar bagai sihir siapapun yang diajaknya berdialog. Dia juga wanita soleha yang sangat menjaga ibadah, selain itu Debrina adalah seorang designer berprestasi di kotanya, Jogja.

Sementara Deri adalah pemuda baik, dewasa, penyabar, dan penyayang, mempunyai karir bagus di sebuah perusahaan asing, tipe ideal kalangan wanita yang mendambakan pasangan sempurna.

Dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak telah memutuskan untuk mengadakan pernikahan satu bulan dari sekarang. Dan setelah sesi obrolan ramah-tamah untuk mengakrabkan diri lantas keluarga Deri memohon ijin berpamitan pulang.

Tidak ada firasat buruk. Hanya Deri yang berdiri terlalu lama menatap tunangannya yang cantik, wanita itu pun salah tingkah. Sambil menunduk malu ia menegur Deri agar tidak berhenti menatapnya. "Jaga pandanganmu, aku belum halal untuk kau tatap seperti itu."

Perawan bahu LawehanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang