"Kali ini apa yang kau kerjakan, Min Yoongi?" Kamu mendaratkan pinggulmu tepat di sampingnya. Namun lelaki itu tak menggubrismu. Ia tetap fokus pada notebooknya.
Kamu lantas tersenyum getir. Kamu mengerti, jika sudah seperti ini, itu berarti Yoongi benar-benar tidak bisa diganggu.
Sudah cukup lama kamu menjalin hubungan dengannya. Jangan tanyakan bagaimana kamu bisa berpacaran dengan lelaki dingin berkulit pucat itu, ceritanya panjang dan itu terjadi begitu saja.
Saat itu kamu sedang duduk di halte. Dari sebrang jalan, Yoongi berlari ke tempatmu dan tanpa basa-basi, ia langsung mengajakmu berkencan. Kamu sangat terkejut. Kamu yang saat itu notabennya juga menyukai Yoongi, langsung saja menerimanya tanpa pikir panjang. Karena kesempatan tak akan datang dua kali.
"Aku harus pergi, kau pulang sendiri saja ya." Ujar Yoongi tak lama kemudian. Dia bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkanmu begitu saja. Dia pergi begitu cepat hingga kamu tak sempat mengucapkan,
"Hati-hati.." Ujarmu pelan dari jauh, memandang punggungnya yang perlahan mulai menghilang.
Kamu menghela napas panjang. Yoongi memang sering seperti ini, mengacuhkanmu seolah dirimu sudah tak penting lagi baginya.
Di dalam kamu merasa sesak, namun airmatamu masih bisa tertahan. Inilah resiko jika kamu berkencan dengan lelaki dingin sepertinya.
Kamu sendiri juga tak tahu kenapa bisa tahan menghadapi sikapnya yang seperti itu, apa semua ini karena cintamu yang begitu dalam hingga kamu rela menyiksa batinmu?
"Semoga kau tak lupa kalau besok adalah hari jadi kita yang ke 3, Min Yoongi." Lirihmu kemudian.
***
Keesokan harinya.
Lagi-lagi kamu melirik ponselmu, berharap Yoongi mengabarimu. Namun harapan hanyalah tinggal harapan, lelaki itu bahkan tak mengirimu pesan barang satu teks pun.
Apa lelaki itu lupa? Atau memang sengaja?
"Y/n, kau sudah mengerjakan bagianmu?" Tanya temanmu.
"Sebentar lagi selesai." Ucapmu.
Hari ini kamu ada tugas kelompok dengan temanmu di kampus. Dan kamu ingin cepat menyelesaikan bagianmu, takut kalau Yoongi tiba-tiba datang dan mengajakmu pergi. Namun nyatanya Yoongi tak kunjung menjemput ataupun mengabarimu.
"Kalau begitu, boleh minta tolong belikan kami kopi di cafe sebrang sana? Tenang, aku yang traktir. Setelah itu, kau bisa pulang dulu deh. Sisanya kami yang urus." Ujar temanmu.
Kamu pun cepat menganggukkan kepala setuju. Memang dari awal kamu ingin pulang lebih awal lantaran kamu ingin cepat bertemu kekasihmu, Min Yoongi. Lagipula, di samping itu, rejeki tidak baik jika ditolak, kan?
***
Saat kamu keluar dari cafe, kamu tak sengaja melihat Yoongi. Kamu langsung berbinar dan berencana menghampiri kekasihmu. Namun belum sempat kamu melangkah, kamu tiba-tiba menghentikan tungkaimu.
Dari jauh, kamu melihat Yoongi memeluk seorang wanita. Mereka berpelukan erat satu sama lain dan sama-sama mengulas senyum. Dan kamu tahu betul siapa wanita itu.
Seketika badanmu membeku, jantungmu memompa lebih cepat, dadamu terasa sangat sesak dan nyeri bersamaan. Kopi yang tadinya ada di tanganmu telepas begitu saja dan tumpah berserakan,
"Kang Ji Hyeon.."
Mantan kekasih Yoongi.
***
Kamu terus berjalan tak tentu arah. Airmatamu terus mengalir tanpa henti. Seakan rasa sakit yang kamu tahan selama ini meluap begitu saja. Dadamu benar-benar sesak dan sakit. Kamu terus melangkah tanpa tujuan dengan isakan yang memilukan.
Yoongi brengsek! Lelaki itu mengkhianatimu!
Melihat bagaimana cara Yoongi merengkuh wanita itu tadi semakin membuat dadamu berdenyut meronta perih. Lelaki itu bahkan tak pernah memperlakukanmu seperti yang ia lakukan pada wanita itu.
Apakah Yoongi masih mencintai wanita itu? Lalu mengapa ia mengajakmu berkencan? Apakah dirimu hanya pelarian? Apa itu sebab mengapa Yoongi sering kali bersikap acuh padamu? Hubunganmu bahkan bisa berjalan cukup lama. Apa jangan-jangan selama 3 tahun ini hanya dirimu saja yang berjuang? Hanya dirimu saja yang mencintainya? Kalian sudah lama bersama namun kamu masih belum bisa memahami lelaki itu lantaran dinding yang Yoongi bangun terlalu tinggi dan kokoh. Sangat sulit untuk ditembus.
Kamu tak sadar berjalan terlalu jauh, hingga dirasa kakimu sudah sangat lelah untuk melangkah. Kamu duduk di tepi jalan raya seperti orang bodoh. Kamu tampak sangat kacau.
Lagi-lagi kamu terisak. Namun airmata itu sudah tak bisa keluar lagi, seolah airmata itu sudah terkuras habis hari ini.
Tak lama kemudian ponselmu bergetar. Seseorang menelponmu. Dan nama Yoongi tertera di layar itu. Dadamu kembali di hantam. Ini sangat menyakitkan. Sungguh!
Kamu menghirup napas dalam, kamu berusaha untuk tak menangis dan setenang mungkin, kemudian mulai mengangkat panggilan itu.
"Dimana kau?" Tanya nya di sebrang sana
Kamu menatap sekeliling, kemudian tersenyum miring kala menemukan bahwa dirimu sendiri juga tak tahu sekarang berada dimana.
"Tentu saja di kampus." Jawabmu bohong dengan suara yang sumbang akibat tangisanmu tadi.
"Kau mau membohongiku? Aku sudah mencarimu di seluruh sudut kampus tapi aku tak bisa menemukanmu. Dan saat aku bertanya pada temanmu, mereka bilang kau sudah pergi."
Kamu diam sejenak, mencoba mencari alasan lain,
"Ah, tadi aku ada urusan mendesak." Jawabmu kemudian.
"Ada apa dengan suaramu?" Tanya nya tiba-tiba. Yoongi menyadari suaramu yang sumbang
"Aku.. sedang flu." Lagi-lagi kamu berbohong.
"Sekarang kau dimana? Aku akan menjemputmu."
"Ah tidak usah. Aku saja yang ke sana, kau dimana sekarang?"
"Yasudah kalau begitu, aku tunggu kau di restaurant xxx. Jam 7 malam. Aku akan mengenalkanmu pada seseorang."
Deg!
Dadamu serasa di hantam keras. Jantungmu kembali merasakan nyeri saat mendengar kalimat terakhir.
"Iya." Jawabmu lemah.
'Tut'
Tidak mengejutkan kalau yang mematikan panggilan sepihak adalah Yoongi. Lelaki itu memang sering begitu. Tanpa kata penutup, langsung memutus panggilan.
Kamu menatap jalanan kosong. Perasaanmu hancur berkeping-keping. Buliran bening kembali keluar dari pelupuk matamu. Dan akhirnya, kamu menangis untuk kesekian kalinya.
Ini sudah berakhir. Hubungan kamu dengan Yoongi akan segera berakhir. Hubungan kalian tak akan bertahan lama setelah ini.
____
To be continued..