Si Gadis Kecil, Si Pemimpi

47 1 0
                                    

          Namaku fitri, penulis amatir yang berusaha membagikan kisah perjalanan hidup. Fitri adalah anak perempuan unik dari lahir, dia dilahirkan dimalam idul fitri dari ibu yang memperjuangkan nyawa untuk kehadiran buah hatinya. Aku anak perempuan satu-satunya, dulu sih aku anak bungsu dari 3 bersaudara. Dari dulu aku lebih dekat ke abang yang pertama, aku merasakan kasih sayangnya berbeda dengan abangku yang nomer dua. Menurutku dia sayang tapi dia agak menyebalkan, karena perbedaan kami selalu saja mencari perkara untuk suatu keributan yang tak penting. Aku si pemarah yang suka menggigit dan membanting barang-barang saat aku terganggu, dan abangku yang selalu usil ataupun sekedar memukul. Dulu kasih sayang dari kedua orangtua tak pernah kurang untuk aku dan abang-abangku. Papa dan mama selalu membuat kami merasa bahagia dengan hal-hal sederhana. Papa ku bekerja sebagai supir disalah satu pabrik sudah puluhan tahun lamanya, sedangkan mama ku adalah ibu rumah tangga menyambil berdagang perlengkapan muslim dan muslimah. Aku punya kebiasaan unik dulu, cerita ini aku dapatkan dari om, katanya diumur 2 tahun aku suka nonton televisi sambil menaikan kedua kaki keatas leher, ya badanku seperti huruf O, dan aku nyaman melakukan itu berjam-jam. Hobby ku dulu bermain dengan teman sepermainan tak ada gadget tak ada handphone dan youtube. Kami merasakan tertawa lepas, saling merasa bermusuhan, ataupun merasa diasingkan. Permainan kami sederhana, dokter-dokteran, congklak, bepean, sepeda, bola bekel, tak jongkok, tak umpet, benteng, dan tak gunung. Sungguh bahagia pernah merasakan sensasi emosi untuk bermain dijaman tanpa gadget.

          Aku sering ikut mama berdagang tidak jauh dari rumah berjarak satu kilometer. Dan setiap kali aku berangkat dan pulang aku selalu mengkhayal adik, aku mau punya adik untuk menjadi temanku, aku ajak dia main dan ku sayangi dia. Aku selalu melihat bulan dan berharap seperti itu kepada sang pencipta. Dan penantianku dikabulkan allah setelah aku menginjak kelas 5 SD. Mamaku merasakan gejala hamil, setelah diperiksa memang iya. Tapi ada kendala dari semua permasalahan itu, sebelumnya memang tak merencanakan akan bertambah anggota keluarga. Dan lagipula umur mama yang sudah tak lagi muda saat itu, mama juga pernah mengkonsumsi obat-obatan rutin untuk TB yang dinilai sangat berpengaruh untuk kesehatan janin. Mama sangat pasrah beberapa kali mama konsultasikan, pernah aku mendengar bahwa kalau tetap mama lanjutkan ada salah satu yang dikorbankan, atau mungkin si bayi akan lahir tidak sempurna, maka dari itu saran dari dokter adalah dikuret. Tapi mama tidak serta merta mengiyakan saran dokter. Mama pasrah dan ikhlas dengan apapun, bagaimanapun janin ini adalah amanat dari Allah menurut mama. Aku yang belum mengerti apa-apa sangat senang, tapi terkadang aku terlalu gemas pernah tidak sengaja menabok perut mama. Adikku lahir saat aku dikelas 6 SD perbedaan umur kami 10tahun. Aku agak sebal pertama kali melihat adikku, ntah kenapa tidak mirip rasanya. Mungkin karena aku melihat dia sewaktu dibidan dengan bayi yang masih merah dan belum dibersihkan mukanya.
Om ku adik dari mama selalu dan terus mengecek bagaimana keadaan mama dan adikku, alhamdulillah semua berjalan normal dan tak ada satupun yang kekurangan. Aku jadi orang yang sedikit berbeda kala adikku lahir, mungkin aku merasa kasih sayang keluarga lebih mengucur ke adikku sekarang, tapi tetap menjadikan aku anak perempuan satu-satunya.
Sampai akhirnya aku masuk SMP dan aku mulai terbiasa untuk hal-hal diriku sendiri, walaupun rasanya berbeda. Ada sedikit cerita waktu itu aku kagum dengan teman laki-laki di SDku dari kelas 3 dia sempat pindah sekolah dan ternyata dia kembali lagi dia menjadi penyemangatku untuk berlomba-lomba dalam pelajaran. Tiba saatnya perpisahan kelas 6 SD waktu itu kami mengadakan studytour ke taman buah mekar sari, kami yang anak-anak sangat senang karena itu hal pertama kali untuk kami dan juga momen perpisahan yang ntah kita akan bertemu lagi di SMP atau tidak. Saat itu waktu bebas kami dipersilahkan menaiki wahana yang ada disana, aku mengajak temanku untuk bermain bomb bomb car, "seru ya mon, naik yuk aku yang setir ya" kataku dengan percaya diri. Namun kejadian yang tak kuharapkan karena kesalahanku sendiri terjadi. Temanku tak sengaja menabrakan mobilnya ke mobilku dengan sangat kencang, sementara aku tidak memakai siltbelt. Terpentalah mukaku ke setir yang keras, dan gigiku patah. Aku langsung turun, dan pergi ke toilet. Aku berdiam cukup lama ditoilet, sementara teman-teman yang lain sibuk mencari keberadaaku. Aku sedikit merenung, dan berkata dalam hati "gigiku patah, aku harus bagaimana? Apa yang harus aku katakan kepada mama papa? Aku malu harus keluar dalam keadaan seperti ini" dan aku berfikir tak mungkin aku berlama-lama disini dan aku keluar dengan keadaan pasrah. Dan akhirnya rombongan kami pun pulang. Dirumah aku menangis sejadi-jadinya dan berkata jujur kepada mama. Dan keluargaku menanggapinya dengan senyuman dan ledakan "nanti ganti aja sama gigi kambing ya ni" aku dipanggil uni dan aku memanggil abang ku uda karena kami orang padang. Dan aku semakin menangis kencang dan merajuk dibercandain.

Mau tak mau suka tak suka aku harus tetap dalam kondisi itu saat SMP dan aku sudah mulai terbiasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau tak mau suka tak suka aku harus tetap dalam kondisi itu saat SMP dan aku sudah mulai terbiasa. Aku adalah gadis yang aktif, aku mencoba mengembangkan kemampuanku kearah positif aku mengikuti ekskul paskibra di SMP. Walaupun aku berada diposisi paling belakang kiri menempatkan posisi paling kecil dibarisan tapi aku selalu bersemangat untuk latihan. Dari sana aku bisa melatih kemampuan-kemampuan dasar dan merubah kepribadianku. Saat SMP inilah asal muasal kejadian yang tak pernah aku harapkan terjadi, mama ku mengeluh merasa ada benjolan dipayudara sebelah kirinya. Mamaku tak ambil pusing dan berkata mungkin hanya kelenjar getah bening aja, mama telat untuk memeriksakan apa sebenarnya yang terjadi. Benjolannya hanya sebesar biji pala, tapi kata mama itu terasa sakit kadang. Ntah karena mama takut atau tidak sempat memeriksa karena adikku masih kecil saat itu. Setelah mama diperiksa menang awalnya hanya kelenjar biasa saja, tapi lama-lama sudah berubah menjadi kanker stadium 2b sudah sebesar telur ayam rasanya kalau dipegang. Berbagai pengobatan mamaku sudah coba mulai dari alternatif terkenal sampai dengan pengobatan dokter. Mama pernah berobat ke salah satu ustad kondang untuk pengobatan pada jamanya dulu, aku pernah sekali diajak. Orang ramai sekali disana mereka seolah percaya bahwa ditangan ustad ini sebagai perantara kesembuhan dari Allah.

Aku tak punya banyak waktu dan kesempatan untuk selalu menemani mama berobat dan tau bagaimana perkembangan mama. Aku sangat menyesal rasanya karena harusnya aku yang ada disisi mama, karena aku adalah anak perempuan satu-satunya. Ntah karena aku cuek atau aku memang sibuk dengan sekolah dan lagipula mama tidak mengizinkan aku untuk ikut. Papa pun hanya sekali-sekali kalau sempat dan waktunya tepat karena papa juga sibuk kerja. Yang sering menemani mama itu uda aku nomer pertama, dengan motor pertamanya yang sengaja dibelikan dari mama untuk uda yang saat itu berkuliah yang lumayan jauh dari rumah. Ya mama senang anaknya bisa melanjutkan ke jenjang kuliah, mama hanya tamatan SPG dan papa hanya tamatan SLTP itu adalah hadiah dari mama agar uda semangat untuk berkuliah. Sementara uda yang nomer dua waktu itu juga dia sakit dibagian kepalanya, seperti tumor. Waktu itu kejadiannya dia ikut latihan bela diri dikepulauan seribu kepalanya terbentur, lalu tak sengaja pula sempat saat itu saat aku, papa dan uda pergi kedaerah kota tua kami ditabrak dari belakang oleh mobil mungkin lagi lagi kepala uda terbentur. Uda adan sempat dioperasi dan diangkat tumor jinak dikepalanya yang sebesar bola kasti. Ya memang tahun-tahun terberat untuk keluarga ku. Kami saling support kami saling membagi senyum dan candaan. Apalagi semenjak lahirnya adekku, dunia terasa berbeda mungkin Allah menghadirkan adek untuk penghapus duka dan pelepas senyum disaat semuanya terasa sulit. Semua yang dulu kami takutkan dihapuskan oleh Allah karena keteguhan dan doa doa yang selalu dilantunkan oleh malaikat tak bersayap mama, hari-hari terasa begitu indah dulu walaupun ada sedikit duka.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cancer To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang