“Tatapan sendunya, wajah cantiknya, dan kebaikanya tak akan tergantikan”
Madrasah pertamaku dan saudara-saudaraku tak lagi kuat, tubuhnya melemah. Mama harus rela menghabiskan waktu, tenaga dan uang untuk kesembuhan, demi keluarga. Mama tak pernah menceritakan seberapa sakitnya, tapi yang aku lihat dari matanya seolah terasa sangat menyakitkan. Mama memang hebat menyembunyikan luka, luka hati dan sedihnya perasaan. Untuk tindakan medis puting payudara mamaku diambil, karena dari sana mengeluarkan cairan putih dan agak bau. Kami harus telaten menjaga kebersihan payudara mama. Luka saat puting diangkat tidak serta merta sembuh aku merasakan kepedihan mama. Sebagai wanita melihat sesuatu yang berharga hilang dari tubuhnya apalagi pernah memberikan air asi untuk anak-anaknya pasti sakitlah rasanya. Sebulan sekali mama selalu kontrol kerumah sakit, kadang mama juga sering ke pengobatan alternatif. Dulu ke pengobatan alternatif tapi menurutku agak sesat karena si mbahnya memberikan obat dibawa pulang telur ayam kampung dan dupa. Telur ayam kampung itu disuruh dibuka setelah sholat hajat dan dilihat apakah ada yang aneh saat dibuka ternyata ada jarum dan paku didalamnya, rasanya tak mungkin penyakit ini diciptakan manusia, sedangkan dupanya dibakar sore hari. Tapi jelas kami tidak melakukannya untuk kami itu sudah musrik. Setelah itu mama fokus dengan pengobatan medis, saat itu tentulah belum ada bpjs. Mama akhirnya memutuskan untuk pindah kerumah sakit khusus kanker, ternyata setelah itu saran dokter mama harus dikemoterapi. Mama menjalani terapi sebanyak 6 kali. Sungguh berat perjuangan mama, rambut mama yang tadinya ikal panjang bagus iya mamaku cantik sama seperti aku. Rambutnya jadi botak, badannya mengecil, kulitnya menghitam dan kriput, kukunya menjadi hitam.
Aku selalu menerka dan bertanya pada mama "kemoterapi itu kaya apa sih? Sakit ya? Kok sampe bisa se begitu dahsyatnya efek samping dari kemoterapi?" tapi mama tak bisa menjawab nafas mama selalu terengah engah. Mama tak bisa banyak bergerak dan tak bisa banyak aktifitas setiap selesai kemoterapi. Untuk makan mama selalu susah sehabis kemoterapi, muntah mual dan mama jadi selalu menangis. Terkadang tengah malan mama selalu terbangun dan menjerit. Aku tak bisa apa apa hanya bisa menenangkan dan menemani mama. Aku selalu menghibur mama. "ma nanti kalau udah sembuh lebaran kita pulang kampung ya ma" mama hanya tersenyum menahan sakit.
Terkadang aku berbincang dengan allah disujudku "ya allah bisakah aku saja yang menanggung semua ini? Mama harus tetap hidup adikku, uda dan papaku membutuhkan mama. Sedangkan aku pasti tak sanggup untuk menggantikan posisi mama sampai kapanpun ;"Mama menjadi penguatku". Setelah kemoterapi mama harus disinar. Alhamdulillah kami fikir kondisi mama sudah membaik, setelah melewati rangkaian pengobatan.Waktu demi waktu berlalu, hingga tak terasa sudah 4 tahun mama berjuang melawan kanker. Alhamdulilah kami kira itu sudah berlalu. Badan mama sudah segar kembali, rambut mama sudah tumbuh kembali. Ah kami bahagia tak terkira, syukur pun tak berhenti kami panjatkan kepada tuhan sang maha penyembuh. Ternyata tidak, semua hanya fana semata. Hanya sementara, kesembuhan mama hanya untuk menghapus luka kami. Waktu itu mama merasakan badannya sangat tidak enak merasa sakit lagi tapi bukan dibagian sana. Dadanya terasa sesak. Iya akhirnya mama dibawa kerumah sakit dan diopname. Selama 4 hari aku belum tau kabar mama, yah seperti biasa aku saat itu disuruh jaga adek dirumah dan fokus untuk sekolah. Apa boleh buat, aku hanya sendiri dan sepi sangat sepi rasanya disana aku mulai tersadar. Waktu itu ada acara musik dan ada sebuah lagu dari d’massive judulnya ku merindukanmu. Lagu itu sangat menusuk hatiku. Kira kira beginilah liriknya yang menyentuh hatiku “Aku ingin engkau selalu ada, aku ingin engkau aku kenang. Selama aku masih bisa bernafas masih sanggup berjalan ku kan slalu memujamu. Meski ku tak tau lagi engkau ada dimana, dengarkan aku ku merindukanmu” air mataku berderai amat kencangnya. Itu lagu cinta pertamaku yang benar benar tersentuh sampai saat ini. Lagu itu sangat bermakna buat aku gadis kecil yang sangat rindu mama karena tidak tau bagaimana keadaan terbaru mama saat itu. Maklum jaman dulu belum ada smartphone dan belum ada video call, handphone saja aku tak punya. Menahan rindu dan tangis terisak itu sangat sesak ke dada. Pikiran ku mengawang “mama lagi apa? Keadaan mama bagaimana? Aku mau susul mama Tapi untuk ruangan dan jalan kerumah sakitnya pun aku tak tau.” Pikir bocah umur 15 tahun kala itu.
Hari ke 5 dirumah sakit, abangku datang dan meminta ku untuk bersiap-siap kerumah sakit bersama adek juga. Katanya mama yang meminta, mama rindu dengan kami sudah lama. Dan setibanya kami datang kesana ternyata hati ku semakin tertusuk. Kondisi mama benar-benar down, mama tidak sadar. Mama menahan kesakitan yang teramat, disaat kami datang dan bersalaman mama sempat menepis tangan adek ku tak sengaja tentunya. Mungkin perasaannya sedih melihat sibungsu, air matanya terlihat menetes sebelah. Dengar dengar kabar angin katanya mama seperti dan mengusir lelaki tinggi besar didekat pintu masuk, kami fikir positif tukang sapu atau tamu. Tak henti-hentinya aku mengeluh pipi mama. Aku mencek seluruh bagian tubuh mama, kuciumi tangannya, ku basah bibirnya dengan air sedikit sedikit. Bagian yang selalu menjadi surga pun tak habis-habisnya aku pijat dan aku cium, fikir ku ma maaf belum bisa membahagiakanmu. Satu persatu pun tetangga dan kerabat datang menjenguk mama. Sampai akhirnya ada dari dunsanak mama aku memanggilnya ibu cendrawasih, dia seperti mengecek dan melihat tanda tanda yang ada pada diri mama. Dan ibu berkata nak kamu banyak banyak berdoa ya semoga allah berikan keajaiban buat mama kamu, air mataku pun tak dapat lagi ku bendung. Segala doa dan penyesalan ku panjatkan kepada Allah Swt, berharap Allah mengijabahkan doa gadis yang masih memerlukan sosok seorang ibu.“Masa-masa sulit itu harusnya kamu bisa berada dekat keluarga, karena harta yang paling berharga adalah keluarga”
Aku sungguhlah menyesal banyak waktu ku terbuang untuk hal sia-sia. Tak banyak waktu ku untuk keluarga, bahkan disaat mama sakit pun aku tak ada disampingnya. Aku yang hanyalah anak gadis satu-satunya yang tentu banyak jadi harapan dan tumpuan dari mama. Belum sempat mama mengajariku berbagai banyak hal didunia. Belum sempat mama menasihatiku untuk menghadapi dunia. Aku belum sempat untuk mengutarakan banyak kata kepada mama bahwa aku sayang dan butuh sekali mama. Seakan langit ikut bersedih gerimis dan angin berhembus kencang keruangan terasa disaat aku membaca sholawat nariyah. Haripun kian larut malam, aku menginap dirumah tante yang tidak jauh dari rumah sakit. Dan siangnya aku dijemput kembali kerumah sakit. Ya seperti biasa aku menyalami mama, mencium pipi kanan dan kiri lalu duduk disamping mama sambil membasahi bibir mama yang mengering. Sesekali mama meronta menahan sakit yang teramat sepertinya. Aku seolah ingin berteriak kepada Allah, “ya Allah pindahkan saja sakit mama kepadaku ya allah, adek masih perlu kasih sayang mama”. Suster beberapa kali datang untuk mengecek keadaan mama dan memberi obat penenang sepertinya. Setelah dikasih obat mama bisa beristirahat dengan tenang. Ku tatap wajahnya yang sayu, cantik rupanya dengan rambut kriwil pendek yang sudah mulai banyak tumbuh. Hujan seakan tau hari itu akan menjadi hari perpisahan. Saat mama bisa tertidur pulas aku pergi ke sudut ruangan, sepi dan menyendiri. Banyak cerita yang ingin kusampaikan kepada semesta, yang tak bisa sama sekali ku ucapkan kepada siapapun. Lalu sorepun menjelang, kami sekeluarga dipanggil ke ruangan dokter.
Dokter yang menangani mama pun mengatakan : ”kami sudah berusaha yang terbaik untuk ibu, tapi kita serahkan semua kepada Allah. Sekarang kekuatan doa yang bisa merubah takdir. Mau dipindah ke rumah sakit semahal apapun ibu tidak akan bisa karena hampir seluruh organ dalam ibu sudah terendam air. Ibu sudah sangat berjuang, ibu sangat hebat dia sangat kuat melalui hari-harinya kami selaku dokter pun tidak menyangka perjuangan ibu sampai ke titik terminal dari kanker. Istilah itu adalah titik terakhir dari semua stadium. Pasrahkan semua kepada Allah kami akan berusaha semampu kami. Semoga ada keajaiban yang datang untuk ibu” kata-kata itu selalu terngiang ditelinga ku sampai saat ini. Sehabis adzan maghrib suster datang untuk memeriksa tekanan darah dan denyut nadi mama. Aku dan papa tepat berada disamping kanan kiri mama. Kondisi mama sangat turun drastis, bahkan untuk ukuran denyut nadi sangat dibawah sekali. Suster seolah memberi pertanda. Aku tak kuat, aku tak tahan lagi rasanya aku pun memberi senyum kepada papa, papa menahan tangis seolah-olah kuat dengan apapun yang terjadi. Aku keluar, ntah aku pergi kemana yang jelas aku ingin keluar aku ingin teriak aku ingin menangis sejadi-jadinya. Sementara didalam ruangan mama ditindak ntah dengan alat pemompa jantung dan alat-alat lainnya. Dan medis pun memberi pertanda bahwa ibu telah berpulang di tanggal 19-juli-2010.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cancer To Love
Short StoryKisah ini menggambarkan perjalanan hidup saya, mengapa saya hidup dan bagaimana kanker bisa menjadikan cinta untuk saya. Kisah motivasi untuk menyemangati keluarga yang berjuang melawan kanker. Kanker tidak melulu persoalan mengerikan dari sana tumb...