Myra tak menyangka akan mendapati hal ini. Cintanya bertepuk sebelah tangan.
Ia menyerah pada kenyataan, jika Sakti akan menikah dengan gadis pilihannya.
Lelaki yang ia cintai hampir seluruh hidupnya, lebih memilih orang lain daripada dirinya.
Menatap sendu ke arah seberang rumahnya. Hiasan khas pesta pernikahan sudah bertengger manis di kediaman rumah Sakti.
Hari ini pukul sepuluh pagi, Sakti akan mengucapkan ijab qobulnya. Tentu Myra tak pernah sanggup melihat hal itu.
Hatinya sudah retak, saat mengetahui Sakti mencintai gadis lain. Lalu retakan itu semakin membesar begitu Myra menggenggam undangan pernikahan mereka.
Jika boleh berharap ia ingin namanya lah yang bersanding dengan nama Sakti. Bukan gadis itu. Lalu sekarang ia harus dipaksa mundur.
Myra memantapkan hatinya lalu berjalan menuju rumah seberangnya.
"Myra! Dari tadi dicariin sama Sakti." Suara seorang wanita paruh baya yang tersenyum lembut ke arahnya.
"Iya, Ma. Tadi Myra masih ngambil sesuatu di rumah." Myra menampakkan senyum tulusnya meski harus dipaksakan.
"Mama nggak tahu lagi harus ngomong apa, My. Mama minta maaf atas nama Sakti," ucap mama Rana memegang kedua tangan Myra yang ditangkupkan menjadi satu.
"Bukan salah, Mama. Mungkin Sakti memang bukan jodohku, Ma. Myra harus ikhlas, kan?" Myra nyengir, walau dalam hatinya ia berdarah-darah.
"Andai Sakti bisa liat betapa besarnya rasa cintamu sama dia."
Myra mengusap tangan Rana. "Nggak perlu berandai, Ma. Memang kita nggak berjodoh."
Rana menyusut airmata yang menggenang di sudut matanya. "Makasih untuk semua cintamu, My."
Tetap saja Myra tak kuasa menyusut airmatanya sendiri. "Myra mau ke atas dulu, ya, Ma. Sakti pasti grogi."
Myra kembali melangkahkan kakinya ke lantai dua, menuju kamar Sakti.
Myra menahan napasnya, melihat penampilan Sakti yang terlihat extraordinary saat ini.
Ya Tuhan! Andai saja penampilan Sakti diperuntukkan untukknya, betapa bahagianya Myra.
Lelakinya akan menjadi milik orang lain. Bukan miliknya. Dan kenyataan itu kembali menyentakanya.
Menghembuskan napasnya perlahan, Myra mengetuk pintu kamar Sakti yang saat ini sedang mondar-mandir dengan mengigiti kukunya.
"Sakti!" Seruan Myra sukses menghentikan pegerakkan Sakti yang mondar-mandir. "Hei, grogi, ya?" tanya Myra lembut.
Sakti berhenti mengigiti kukunya dan tersenyum lebar. Lagi-lagi Myra harus menahan napasnya. Senyuman itulah yang membuat gadis ber-dress polos berwarna biru jatuh cinta pada Sakti.
Myra tak mampu lagi menyembunyikan detak jantungnya yang menggila. Ia masih tetap mencintai pria ini.
Sakti menghambur ke pelukan Myra, dan memeluknya erat. "Easy, dude! Semuanya akan baik-baik aja." Myra mencoba menenangkan Sakti.
"Kamu yakin, My?" tanya Sakti melepaskan pelukannya, meski Myra tak rela sekalipun.
"Tentu! Kan kamu sendiri yang kudu berusaha. Satu tarikan napas, maka semuanya selesai."
"Kamu bener, My." Sakti menghembuskan napasnya.
Myra menyentuh rambut Sakti dan membelainya. "Apa rambutku berantakan?" Myra menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUPUS (Novela)
RomanceSalah satu upaya Myra menyelamatkan hatinya adalah kabur ke Belanda, tepat di mana Sakti akan mengucapkan Ijab Qobul. Tapi bukan berarti ia bisa mengaburkan perasaannya hanya sebatas adik, seperti yang selalu Sakti ucapan. Sampai di mana ia kembal...