"Iya bentar lagi pulang bun, iya aku tutup dulu telfonnya ya bun."
Setelah menutup telfonnya, ia berjalan ke arah parkiran tempat dimana motornya berada. Namun baru beberapa kali melangkah, pandangannya terkunci pada sesosok gadis yang tengah berdiri. Iya berdiri, namun terlihat jelas kedua kakinya bergetar, seolah merasa sangat takut.
Seolah ada yang mengendalikan tubuhnya, ia berjalan menghampiri gadis itu. Mendekat, dan semakin terlihat bahwa gadis itu ketakutan. Telapak tangannya berada di kedua daun telinganya. Dengan memberanikan diri, ia menepuk pundak gadis ini.
"Mba, eh sorry mba, mba kenapa?"
Gadis ini menoleh, membuat kedua alisnya naik menandakan kebingungan dengan apa yang salah dengan gadis dihadapannya.
"Hah? Um..engga, gapapa kok."
"Maaf ya mba, eh, maaf udah bikin kaget mba nya."
"Engga kok gapapa."
Setelah percakapan singkat itu, gadis dihadapannya melenggang pergi begitu saja. Ia merasa tidak enak menegur seorang gadis seperti itu.
************
"Gila ya lan, dia pikir muka gue setua apa coba sampe dipanggil 'mba' ??"
Shasha, yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk pink menghentikan kegiatannya saat menyadari Alana tertawa terbahak-bahak. Ia menaruh handuk itu di atas kasurnya dan mendekatkan ponsel nya ke telinganya.
"Sumpah kalo dia ada disitu berarti dia nonton pensi kan? Emang gak liat lo di atas panggung gitu tadi?"
"Gak tau gue, yang jelas tadi gue kaget tiba tiba ada orang negur gue dari belakang dan bilang gue mba mba."
"Tapi seenggaknya dia gak bikin lo malu, Sha. Coba kalo dia gak negur lo pasti lo masih berkutat nutup kuping lo itu kan?"
Shasha menghela napasnya, "Iya sih lo bener juga.."
"Tapi, lan, gue gak asing sama mukanya."
"Gak asing gimana, Sha? Maksud nya lo kenal? Lo pernah ketemu sama dia?"
"Mungkin..."
"Ngaco lo, Sha. Coba inget-inget lagi siapa tau bener. Lo liat dia dimana?"
Shasha mencoba mengingat lebih jauh, namun hasilnya nihil. Apa memang hanya perasaannya saja padahal ia belum pernah bertemu orang itu sebelumnya?
"Aduh gue lupa banget, lan. Apa cuma perasaan gue aja kali ya?"
"Iya Sha, perasaan lo doang kali."
"Hmmm... yaudah deh, lan gue tutup dulu. Gue mau tidur. Bye,"
"Bye,"
Shasha menaruh ponsel di atas meja nya. Otaknya terus berpikir, sepertinya ia pernah melihat orang itu, namun ia lupa dimana. Semakin otaknya berpikir lebih keras, rasa kantuk semakin menghampirinya dan membuat Shasha tertidur.
********
"Atas nama Shaqilla.."
Shasha menutup novel yang tengah ia baca dan berjalan menuju kasir untuk mengambil minumannya. Di hari yang cukup terik ini, Shasha memilih mampir sebentar ke Starbucks setelah pulang dari toko buku. Shasha berniat membaca novel yang baru saja ia beli sambil menyeruput minuman kesukaannya.
Tetapi saat ia tengah memegang minumannya setelah mengambilnya dari meja kasir, Shasha terdiam. Minumannya berwarna putih. Sedangkan yang Shasha pesan adalah Mocha Frappuccino yang seharusnya berwarna kecoklatan. Shasha hendak bertanya kepada Sang Barista. Namun sebelum ia bertanya, Barista tersebut tengah memanggil seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
August
Teen FictionKarena sebuah janji di bulan Agustus itu, membuat seorang wanita percaya bahwa alam akan menyatukan mereka kembali. August Copyright © 2019 by telecasterblossom