بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
'Hati ini tidak seperti batu
Tetap tegar walau dihantam ribuan palu'-----0-----
Gadis berkacamata itu menjejakkan kakinya di depan pintu gerbang SMA Nusa Bakti, sekolah negeri ternama di kotanya. Beberapa siswa-siswi berlalu lalang di sampingnya untuk memasuki SMA favorit tersebut. Sementara, gadis itu masih terpaku di tempatnya.
Bukan. Gadis itu bukan takjub akan sekolahnya, melainkan ia masih ragu akan pilihannya untuk berhijab. Hatinya dilema tatkala ia mengusap hijab hitam yang ia kenakan hingga menutupi dadanya.
'Ya Allah, mantapkan hatiku ini. Jangan ada keraguan di dalamnya.'
Ia terus saja berdoa di dalam hati sampai ia tidak menyadari bahwa beberapa detik yang lalu, bel SMA Nusa Bakti telah berbunyi. Dengan sigap gadis itu setengah berlari di antara kerumunan siswa-siswi berpakaian hitam-putih yang sama dengannya. Ia mensyukuri tubuhnya yang pendek dan kecil karena ia bisa keluar dengan selamat dari banyaknya manusia yang ingin masuk ke dalam sekolah.
Teriakkan dari anak-anak OSIS memekakkan telinga gadis behijab syar'i itu untuk menyuruh para siswa baru agar segera berkumpul di lapangan dan membuat barisan yang rapi.
"Dek, cepet kumpul di lapangan buat barisan!" Teriak salah seorang perempuan yang memakai almamater OSIS. Perempuan itu mengenakan hijab segiempat yang ada belahannya di tengah. Jadi, apabila tertiup angin, akan terlihat leher mulusnya.
'Naudzubillahi min dzalik'.
Gadis berkacamata itu ingin memberitahu perempuan tersebut. Tapi, sepertinya ia harus mengurungkan niatnya itu karena beberapa kakak seniornya sudah berteriak marah. Anak OSIS mengatur barisan calon siswa baru dengan rapi. Sesekali mereka membentak untuk anak laki-laki yang sulit diatur.
Pengap.
Panas.
Gerah.
Itulah yang dirasakan siswa dan siswi baru selama 15 menit di lapangan. Sementara, anak-anak OSIS berkumpul di depan mereka entah mendiskusikan tentang hal apa. Mereka tidak berani mengeluh karena sedikit saja mengeluarkan suara, akan mendapat sorotan mata yang tajam dari para seniornya.
"Panas banget, Ya Allah!" Bisik seseorang tepat di belakang gadis itu.
Semula ia tertegun, namun tidak berani menoleh ke belakang untuk mengetahui siapa gerangan yang berbicara seperti itu.
"Oke, karena jumlah kalian ratusan, kami membagi kalian menjadi beberapa ruangan berdasarkan abjad nama," ucap sang ketua OSIS, menurut gadis itu.
"Silahkan kalian bubar dan cari ruangan kalian masing-masing. Nanti akan ada kakak OSIS yang masuk ke ruangan kalian. Kakak OSIS itulah yang akan menjadi kakak asuh kalian selama PLS tiga hari ini," ucapnya menambahkan.
Dengan serempak mereka mengangguk lalu membubarkan diri. Gadis itu memilih untuk berdiam diri sejenak karena ia tidak ingin bertabrakan dengan siswa lainnya. Ia mencari-cari teman SMP-nya sedari tadi. Iya, memang ada siswa yang berpakaian yang sama dengannya. Tapi, itu jelas bukanlah temannya. Mungkin perlu diralat. Teman sekelasnya di SMP.
Ia celingak-celinguk kebingungan hingga seseorang menepuk bahunya. Gadis itu tersentak lalu menoleh kepada sang pelaku dengan kesal. Baru saja ia ingin menumpahkan rasa kekesalannya kepada dua orang gadis di hadapannya, salah seorang dari mereka sudah mendahuluinya.
"Kamu kemana sih? Dari tadi juga kita nyariin kamu," ujar salah seorang dari mereka yang memakai hijab instan berwarna hitam yang hampir senada dengan warna kulitnya yang hitam manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bersedih...
SpiritualTentang seorang gadis, Yang bertahan hidup dengan segala kesedihannya. Tentang seorang gadis, Yang bercerita dengan kalimat puitisnya. Tentang seorang gadis, Yang memberikan bahagianya untuk orang lain. Cerita ini berkisah tentang pahit manisnya keh...