2

775 23 16
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
(QS. Al Hujurat{49} ayat : 6)

-----0-----


Pernahkah kau merasakan ketika suatu kesalahan yang tak pernah kau perbuat dilontarkan kepadamu?

Misalnya, 'mencuri'.

Aku cukup memahami kata itu ketika umurku masih 5 tahun. Siapa sangka aku belajar dengan cepat memahami situasi yang ada? Tidak ada.

Dan jujur kuakui, aku pernah dituduh demikian. Kesalahan itu dilemparkan begitu saja kepadaku tak berniat menanyakan alasannya. Tapi, untuk apa juga mereka menanyakan alasannya? Toh, aku tidak pernah sekalipun melakukannya.

Kejadian itu berawal saat aku, kakakku yang bernama Nada, dan temanku sedang bermain di teras rumahnya. Aku dan temanku saat itu sibuk bermain masak-masakan yang tidak kami tahu apa yang sedang kami masak. Waktu itu, kami terlalu sibuk membolak-balikkan jenis daun-daunan yang dipotong kecil-kecil di atas panci kecil yang terbuat dari plastik.

Sedangkan kakakku? Ah ya, aku tidak terlalu mempedulikannya dia ada dimana. Aku terlalu senang dengan apa yang aku lakukan bersama temanku.

Lalu tak lama kemudian, Kakakku yang bernama Nada itu pun bergabung dengan kami dan menyaksikan bagaimana kami ahli dalam bidang memasak ini.

Setelah selesai memasak, kami pun beristirahat. Temanku mengajak kami untuk membeli makanan ringan di warung kecil yang berada di depan gang.

Ia pun berlari ke arah sepedanya yang terparkir tak berada jauh dari  tempat kami bertiga. Ia melihat isi dari keranjang sepedanya. Sementara aku, hanya memperhatikan gelagatnya.

"Uang aku mana ya?" Tanyanya entah kepada siapa.

Mendengar pertanyaannya itu, sontak membuatku beranjak dari duduk nyamanku dan mendekatinya.

"Kamu letakin uang disini?" Tanyaku dengan raut wajah yang bingung.

Ia tidak menjawabnya. Wajahnya pucat pasi. Ia mulai menangis dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Ia terus saja menanyakan keberadaan uangnya. Aku mengusap punggungnya untuk menenangkan dirinya. Nada juga ikut merasa prihatin dengan teman kami.

Disaat suasana seperti itu, Nada dengan lantangnya menuduhku sebagai pencurinya. Aku tidak percaya dengan apa yang diucapkan Nada kepadaku, tapi ia telah menuduhku mengambil uang itu.

Dan bodohnya, temanku mempercayainya akibat hasutan dari kakakku. Ia segera meminta kepadaku untuk mengembalikan uangnya. Aku bersikeras menyalahi tuduhan yang diberikan kepadaku.

Untuk apa aku mengambilnya? Aku masih memiliki orangtua yang bisa memberikan aku uang untuk membeli jajanan.

Lantas, mengapa aku yang dituduh?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jangan Bersedih...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang