a bad purpose || 14

1.3K 48 0
                                    

Letta membalikan tubuhnya untuk melihat orang yang baru saja memanggilnya. Saat matanya bertemu dengan tatapan Langit, gadis itu kembali menunduk. "Ka La ... Langit!" Gugupnya saat melihat Langit berjalan ke arahnya.

"Kamu dari mana, Letta?" Langit mengulang pertanyaannya.

Letta terdiam, lidahnya terasa kelu. Dia merasa bingung harus menjawab apa? Tidak mungkin kan dia mengatakan pada Langit kalau dia baru saja dari depan, menemui Fano dan baru saja melakukan perbuatan hina itu. Haish, Letta jadi keringat dingin karena rasa takutnya mengingat kejadian tadi. Kenapa Langit tahu-tahu bertanya seperti itu? apa Langit melihatnya?

"Jam istirahat sudah berakhir, bel masuk juga sudah berbunyi sejak tadi, kamu kenapa masih di sini?"
Saat Langit kembali mengeluarkan pertanyaan lain Letta akhirnya dapat bernapas lega, karena rupanya Langit hanya ingin mengingatkannya tentang jam istirahat yang telah berakhir, bukan karena pemuda itu mengetahui sesuatu yang Letta takutkan.

Letta menatap ke sekeliling kelas yang sudah tampak sunyi. Tidak ada lagi siswa-siswi yang berkeliaran di koridor sekolah. Rupanya mereka sudah kembali ke aktifitas mereka, belajar. Berapa lama ia di mobil Fano sampai dia lupa waktu? Apakah selama itu? Sampai-sampai Letta tidak sadar jika jam masuk sekolah telah berbunyi sejak tadi.

"Masuk gih, jangan sampai kamu terkena teguran karena masih berkeliar di sini!" Suruhnya pada Letta.

Letta menatap Langit sejenak, lalu mengangguk, "Iya, Ka!" Lalu memutar tubuhnya kembali dengan helaan napas lega. Untung saja Langit tidak bertanya apa-apa lagi kepadanya. Sehingga Letta tidak perlu repot-repot memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Langit.

***

Fano turun dari mobilnya saat dia sudah memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Memutar-mutar kunci mobil pada jarinya, Fano bersiul sambil masuk ke dalam rumahnya. Lelaki itu merasa puas dan senang dengan apa yang didapatkannya tadi, di sekolah Letta. Tersalurkannya gairah seksualnya pada tubuh gadis SMA itu membuat pria itu tidak pernah merasa puas. Dia bahkan sudah menenangkan Fano kecil di bawah sana, tapi kenapa dia masih saja ingin melakukan itu lagi.

Ahhh, Fano rasanya semakin gila saja. Baru pertama merasakan bagaimana nikmatnya melakukan itu dan mendapatkan gadis perawan seperti Letta, membuat lelaki itu kecanduan akan hal intim yang sering dilakukan orang dewasa.

Melangkah memasuki rumah, pikiran Fano selalu saja tentang tubuh Letta yang membuatnya menggila.

"Surprise!"

Fano menghentikan langkahnya di ambang pintu yang menghubungkannya pada ruang tamu saat mendengar suara teriakan seorang gadis. Pikirannya tentang Letta langsung teralihkan saat mendengar suara itu. Terkejut, Fano memandang gadis yang telah berdiri di hadapannya. "Kamu kenapa bisa di sini?" Fano melangkah cepat dan mendekati gadis berpakaian terbuka itu.

Gadis itu cemberut, "Kamu nggak senang aku di sini?" Memeluk Fano dan mengalungkan tangannya pada leher Fano, gadis itu tersenyum. "I miss you, My Fano!" ujarnya senang, lalu melepaskan tangannya dari leher Fano.

Fano mengabaikan kekehan senang gadis itu, dia lebih memilih menghempaskan bokongnya pada sofabed ruang tamunya, lalu memandang gadis yang juga ikut menjatuhkan diri di sampingnya. "Aku pikir kamu sedang masa pendidikan di L.A?" tanyanya, merasa heran dengan kehadiran gadis itu yang tahu-tahu sudah berada di rumahnya.

Gadis itu tersenyum dengan keheranan Fano. "Coba tebak?" Dia mengambil bantal sofa dan memeluknya. "Kenapa aku bisa di sini dan menemui sahabatku?" tanyanya, menyuruh Fano menebak. Fano sebenarnya sama sekali tidak berminat menebak. Tapi dia tetap melakukannya.

"Emm.. kamu ingin liburan atau ayahmu sedang ada urusan bisnis dan kamu dengan manjanya merajuk ingin ikut," Fano mengacak surai rambut kecoklatan gadis itu. Lalu terkekeh dengan kalimatnya karena berhasil menggoda sahabatnya.

a bad purpose (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang