Surya Baskara untuk Mentari Raisa

323 21 11
                                    

Please, jangan tinggalin aku kayak gini.
I beg you, Sa.

Kenalan dulu kali ya kita, nama gue Surya Baskara. Panggil aja Surya. Gue mau berbagi cerita sama kalian tentang kisah cinta gue dengan seorang cewek bernama Mentari Raisa. Sebenarnya, cerita ini memang buat dia. Biar dia baca hal-hal tersirat yang mungkin dia belum tau.

Bagi kalian yang belum tau, gue salah satu personel band yang lagi naik daun di Indonesia. Mungkin beberapa dari kalian yang belum pernah liat gue manggung, nontonnya inbox doang. Soalnya beberapa remaja seumuran gue udah pada kenal sama gue dan band gue, siapa lagi kalau bukan Enam Hari.

Enam Hari biasanya manggung di festival musik sih. Ranahnya belum sampai tv banget, tapi gak jarang lah lagu kita jadi soundtrack sinetron. Kalo lo pada suka nonton sounds from the corner di youtube, ada gue juga tuh disitu. Tonton ya live sessionnya, soalnya gue butuh duit juga buat makan.

Perkenalan gue cukup ya? Nanti di dalam cerita pasti gue selipin semuanya sampai lo bisa kenal sama gue lebih dalam. Gue mau ucapin terimakasih dulu dong buat kalian yang berniat baca ini. Dan maaf ya kalo bahasa gue jelek dalam bercerita, gak jago soalnya.

Ok, kita mulai aja ya. Cerita ini akan dimulai dalam hitungan detik. Kalo lo gak kuat, tolong siapin tissue aja jangan melambaikan tangan karena gue gak bisa liat lo kayak gitu. Seenggaknya tissue bisa jadi saksi bisu kalo lo ikutan masuk ke suasana cerita gue hari ini.

3
2
1

Semalem Raisa—cewek gue—nelfon. Dia bakal balik ke Jakarta minggu depan, tepat 3 tahun kita jadian. Gue yang waktu itu baru bangun dari tidur siang—iya gue tidur siang, nyet—masih gak bisa berpikir jernih sampai dia nanya ke gue, kenapa diem. Kira-kira begini kejadiannya

"surya?"

"hmmmm"

"suryaaa, kita bentar lagi ketemuuu hehe. Seneng?"

"seneng"

"kok gitu?"

"apanya?"

"jawabnya"

"iya, seneng kan? Ya seneng"

"surya, aku bentar lagi balik ke Jakarta loh"

"iya, gak apa-apa. Balik aja"

"suryaaa!!!"

"eh iya, iya. Balik ke Jakarta ya—Gue mikir sepersekian detik lalu–HAHHH BALIK KE JAKARTA SAAA? I mean... KAMU UDAH MAU BALIK KE JAKARTA?"

"iya sayang"

"MENTARI RAISA, BILANG DONGGG"

"udah dari tadi"

"ok, aku jemput ya. Di bandara."

Hening

"ya?" tanya gue lagi

"iya"

"maaf ya, aku gak bisa samper ke Sydney karena..."

belum selesai gue ngomong, dia langsung jawab singkat

"udah tau"

"iya, aku jemput di bandara aja ya"

"iya"

Tuttuttuttuttut...

Mungkin Raisa harap, telfonan kita malam itu berakhir panjang. Dia pasti mau cerita tentang seberapa senengnya dia untuk balik ke jakarta dalam waktu dekat dan ketemu gue setiap hari kapanpun dia mau. Tapi malah berakhir kayak gini, sambungan teleponnya diputus sama Raisa, setelah dia jawab iya.

Letting Go: dari Surya untuk RaisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang