5

44 23 19
                                    

"Tidak perlu membuat kebohongan, sejauh apapun disembunyikan, karena pada akhirnya akan terbongkar juga."

Budayakan vote sebelum baca dan coment sesudah baca ya...

Hoamm...

Gadis berambut hitam itupun bangun lebih awal hari ini. Beruntungnya dia karena tubuhnya sudah sedikit membaik.

Nadya turun dari kasur empuknya, memakai sandal dan turun kelantai satu untuk menemui ibunya terlebih dahulu untuk meminta izin agar diperbolehkan bersekolah hari ini.

Ibunya terlihat sedang memasak didapur yang ditemani bi Sri, "Bu, Nadya mau sekolah ya?" Tanyanya, yang ditanya pun langsung melihat kearah putri kesayanganya itu. "Ibu gak izinin kamu" tegasnya.

Nadya bingung, kenapa ibunya menjadi seperti ini "Nadya mau sekolah bu... lagian udah baikan kok, ibu kok jadi lebay sih, ah ga seru" ucap anaknya yang sedang merajuk.

Ibunya pun tidak tega, dilihatnya putri kesayangan yang tengah berada dihadapanya, lebih baikan, dan terlihat sehat, tidak tega jika Mirna melarang anaknya yang tengah bersemangat seperti ini "Iya ibu izinin, asal kamu di anterin pak Anggara berangkat sekolahnya" ucapnya tak terbantahkan

"Emang pak Anggara udah dateng?"tanya Nadya kepada ibunya itu.

"Udah, lagian dia cuma cuti satu hari kemarin" kata Mirna sambil menuangkan nasi goreng kedalam piring putih

"Iya bu" jawab Nadya tersenyum hangat. Setelah mendapatkan izin dari ibunya, Nadya pun segera beranjak dari dapur dengan langkah lebarnya, sesekali bersenandung.

Nadya menaiki tangga dengan semangat, mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sedikit lengket

Memakai seragam putih birunya dan segala perlengkapan atribut, mengecek terlebih dahulu persyaratan yang harus dibawa hari ini agar tidak kena hukum lagi seperti kemarin.

Sesudah semuanya lengkap gadis itu pun mengambil sepatunya dan memakai tasnya, bercermin terlebih dahulu, ah, dia terlalu cantik untuk sekedar bermake up. Hanya berbekal taburan bedak bayi dan sedikit vaselin dibibir mungilnya agar tidak terlihat kering dan pucat tentunya.

Menuruni anak tangga dengan tangan yang masih menjingjing sepatu hitamnya, ibunya sudah menunggu dimeja makan.

"Ini neng nasi goreng specialnya" bi Sri menyerahkan nasi goreng yang baru saja ia bawa dari dapur kepada anak majikannya ini.

"Makasih bi" jawab Nadya ramah, ia pun menyuapkan satu sendok nasi goreng selesai memakai sepatunya, tetapi dering telepon terlebih dahulu menyeruak.

Dilihatnya handphone berwarna rosegold yang berada diatas meja makan itu.

+62 896-9987-1372 is calling...

Ternyata ada sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenalinya. Harus kah dia mengangkatnya? Coba saja, siapa tau penting, begitu pikirnya.

Diangkatnya telepon tersebut, tapi si penelepon tidak kunjung memberikan suaranya.

Hingga akhir nya "Hallo?" Ucap Nadya.

Karena tidak ada balasan dari sebrang, Nadya memutuskan untuk menutup teleponnya. Mungkin hanya salah sambung, atau mama minta pulsa, tidak ada kerjaan sekali pagi-pagi sudah niat mengerjai orang lain.

"Siapa nak?" Tanya Mirna sesudah Nadya menutup teleponnya.

"Gak tau bu, salah sambung kali" jawab Nadya.

Serendipity | Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang