Sedingin Es

21K 867 37
                                    

Michelle menarik kedua sudut bibir Aurista agar terlihat tersenyum padanya. Bukan tanpa alasan, ia sangat tahu kalau temannya itu tidak menyukai segala hal yang berbau buku, dan sekarang mereka berdua sedang berada di pusat perbelanjaan yaitu toko buku.

"Udah deh, mending lo cepatan beli buku yang lo maksud karena gue mulai nggak betah di sini."

"Baru juga kita sampai."

"Gue mending ngumpul sama mereka aja lagi, lo sih pakai tarik gue segala kesini, lagian Myta dan yang lain masih serius bicara mengenai perlombaan bulan depan. Kenapa nggak minta temanin Fia aja sih?!"

"No, gue maunya lo yang temanin."

"Biar gue yang bayar buku lo gitu? Langsung aja ke intinya nggak perlu mutar pembicaraan."

Michelle tertawa, "Nggak lah, gue beli sendiri. Makan aja tadi lo bayarin kita semua."

"Masalah makan sih kecil, gue hanya ingin terlihat baik di depan semua."

"Elo duduk di sini aja, gue bakal cari bukunya janji nggak pakai lama."

"Ya udah cepatan ya?! Awas lo kalau lama."

"Iya kesayangan gue."

Segera duduk, Aurista mengeluarkan ponselnya. Tertera banyak pesan yang masuk salah satunya dari Julian.

Dirinya selalu melakukan hal apa pun tanpa berpikir terlebih dahulu, salah satunya memberikan kesenangan pada mereka-mereka yang memang mengidolakannya, dengan cara memberikan nomor pribadi ponselnya.

Tidak masalah, selama itu tidak melebihi batas akan ia lakukan, dan sekarang Aurista mulai berpikir untuk segera mengganti kembali nomor ponselnya karena ia jelas merasa bosan di ganggu terus.

"Cewek cantik bro."

"Mana?"

"Itu yang duduk di depan kita."

"Samperin yuk!"

Ketika suara yang disengaja besar itu ingin mendekat, Aurista refleks beranjak berdiri dan berjalan menjauh.

"Dasar, semua cowok sama aja nggak bisa lihat yang lebih aja."

Mengedarkan pandangan, Aurista mulai mencari keberadaan Michelle.

"Di mana sih dia." Gumam Aurista mulai berjalan masuk di deretan rak buku.

Matanya berusaha mencari keberadaan Michelle, tapi tetap tak kunjung terlihat.

"Kamu kenapa sih? Aku mau di temanin beli baju masa kamu nggak mau? Aku ini pacar kamu."

"Pergi dari hadapan gue sekarang juga."

"Kamu kok gitu sih?!"

"Gue bukan pacar lo. Lepasin tangan lo dari lengan gue sekarang juga atau pilih gue yang melepaskannya dengan kasar?"

"Nggak mau ihhh!"

"Lepas."

"Kamu kok gitu sama aku?!"

"Nggak punya telinga ya? Dia bilang lepasin."

Aurista berharap suara barusan bukan berasal dari mulutnya, tapi ketika mata itu menatapnya dengan bingung, Aurista mulai ingin mengutuk mulutnya sendiri.

"Elo siapa?! Dia pacar gue ya suka-suka gue dong mau ngapain?!"

"Pacar yang tidak di akui?" Aurista mulai mengejek.

"Elo-" Perkataan gadis di hadapannya terhenti ketika tangan itu melepas kasar tangannya, dan kini sepasang mata itu berjalan ke arahnya.

Aurista yang kaget refleks mundur, hanya sesaat sebelum tangannya di tarik kasar dan di bawa pergi menjauh.

Crash Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang