Sepotong Roti

16K 796 38
                                    

Panas.

Satu kata itu mewakili Aurista pagi ini. Bukan tanpa alasan karena pagi ini ia datang tepat waktu sehingga mengikuti upacara bendera. Upacara rutin yang dilakukan setiap hari senin. Tapi tidak bagi Aurista. Ia sangat jarang mengikuti upacara karena sering datang siang. Dalam 1 bulan bisa dihitung paling banyak ya hanya mengikuti 1 kali. Dan parahnya kali ini ia kena barisan nomor dua dari depan. Biasanya dirinya selalu di belakang.

Menyebalkan. Dirinya jadi tidak bisa leluasa memainkan ponsel. Semua gara-gara Arif, guru olahraga yang memang selalu hobi mengganggu dirinya.

Semakin menurunkan topinya, Aurista berusaha menghindari matahari pagi yang mulai terasa menyengat kulit.

"Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara, peserta disiapkan."

Mengangkat kepalanya hingga Aurista melihat wajah itu lagi pagi ini.

Gadis itu melamun meski dengan gerakan tubuh yang terus mengikuti perintah.

Cowok itu menjadi pemimpin upacara pagi ini. Aurista bahkan bertanya pada dirinya sendiri, apakah cowok itu sering menjadi pemimpin upacara? Atau baru kali ini? Atau dirinya yang memang baru memperhatikan semuanya?

Sibuk dengan pikiran sendiri, hingga menit demi menit berlalu dan ia bahkan tidak sadar jika upacara telah selesai.

"Rista!"

Mengerjapkan mata, Aurista menatap sekeliling.

"Pagi-pagi melamun!" Ujar Michelle.

Menarik tangan Michelle dan membawa temannya itu menuju pinggir lapangan.

"Gue mau tanya, itu dia sering jadi petugas upacara?"

"Dia siapa?"

"Cowok menyebalkan itu, Eru."

"Sering kok, lo nya aja jarang upacara, kalaupun ikut lebih suka baris paling belakang. Ini masih pagi Rista, sebegini penasaran kah lo sama dia? Cowok yang biasa-biasa aja, populer juga nggak. Nanti ya, gue bakal tepatin janji kok untuk cari infomarsi dia lebih, tapi nggak sekarang. Kita mesti cepat masuk kelas."

Baru saja Aurista ingin protes ketika Julian berjalan menghampirinya. Melihat hal itu, ia tersenyum lebar.

"Kenapa disini? Kok belum masuk kelas?"

"Hai kak." Michelle menatap cowok itu dengan pandangan kagum.

"Hai juga."

"Ini lagi bahas tugas sekolah, kebetulan hari ini ngumpulinnya."

"Oh gitu, aku masuk dulu istirahat nanti aku tunggu kamu di kantin."

"Oke deh."

Setelah Julian pergi, Aurista berjalan ke kelas diikuti Michelle tentu dengan senyum lebar.

"Kak Julian itu ganteng banget, beruntung deh lo bisa dapetin dia."

"Elo salah deh, yang benar itu dia yang beruntung bisa dapetin gue."

"Ya ya ya terserah lo aja deh haha."

¤ ¤ ¤ ¤ ¤

"Hai Rista, nggak jajan?"

"Hai bu, hehe nanti aja."

"Tumben ke perpus? Ada yang bisa ibu bantu?"

"Lagi ingin aja bu, mau baca apapun yang menarik pandangan." Ujar Aurista dengan senyum penuh kebohongan.

Kalau saja dirinya tidak mendapatkan informasi apa pun, tentu ia tidak akan ke sini.

Aurista melihat cowok menyebalkan itu berjalan menuju perpustakaan. Tidak ingin membuang waktu, dirinya langsung kesini walau perutnya saat ini begitu lapar.

Crash Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang