A/N : Warning for Implisit Content. Thanks for reading. Voment? ^^
.
Terkutuk panitia MOS.
Marcus membuka-menutup teks di tangannya. Ini teks drama, dan Marcus masih tidak mengerti kenapa dirinya mendapatkan sebuah teks drama dari Fajar beberapa menit lalu.
Fajar tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Liburan tanpa menyalakan ponsel sama sekali membuat koneksinya dengan anak-anak klub badminton terputus. Intinya, liburan semester kali ini Marcus benar-benar ingin bebas, urusan klub di sekolah ditunda dulu untuk semester yang akan datang.
Nyatanya dia malah kebingungan dengan kertas di depannya.
Marcus ingin bertanya pada deretan anggota di depannya, tapi dia urungkan begitu mereka kompak membuat konsep ini-itu untuk menyempurnakan drama yang akan dibawakan klub badminton.
Yep, drama. Klub badminton yang basikya olahraga, bermain drama. Klub yang baru diresmikan tahun kemarin dan sampai saat ini hanya beranggotakan laki-laki, bermain drama.
Dan judul drama kali ini adalah "Legenda Candi Prambanan."
Marcus meremas rambutnya.
Nyari pemeran Roro Jonggrangnya dari mana? Ini klub isinya batangan semua!
Siapa juga yang mengusulkan judul drama ini selama dia pergi?
Pesan demi pesan dia urutkan di grupchat klub badminton sekolah. Matanya ikut membaca pembahasan yang akhinya sudah dia tahu apa hasilnya.
Ihsan X MIPA : Roro Jonggrang aja. Sekalian ketua abis dari Prambanan. Biar ga bingungan amat.
Mata Marcus mencari-cari sosok Ihsan Maulana Mustofa di antara sibuknya anak-anak klub badminton menyiapkan drama. Dia menemukan adik kelasnya itu tengah serius membicarakan sesuatu dengan Rian, sepertinya kostum. Tangan mereka berulang kali membentuk gerakan aneh layaknya pinggul perempuan.
Atau mungkin mereka sedang melakukan audisi siapa yang menjadi pemeran Roro Jonggrang, mengingat patung perempuan itu membentuk sikap tribangga sebagai ciri khasnya.
Marcus menghela napas. Ya, sudahlah. Lagi pula anggotanya niat menggarap serius proyek untuk MOS tahun ini sebagai hiburan di hari terakhir pengenalan anggota dari masing-masing klub.
Matanya kembali fokus pada kertas di tangan. Kali ini dia mencoba membaca teks itu dengan saksama.
Marcus Fernaldi Gideon as Bandung Bondowoso.
Gak mungkin Bondowoso sipit, woy! Siapa ini yang ngasting?
Marcus berhak marah. Mengunjungi Prambanan dan mengorek sedikit-banyak informasi sejarah di balik megahnya candi itu dilakukannya 2 x 24 jam yang lalu. Dia tidak bisa dibodohi seperti ini.
.
Waktu tinggal sehari lagi, mau tidak mau klub badminton mengurus persiapan ini sampai lembur. Marcus, sekalipun sudah hapal bagian perannya, memilih ikut menginap. Dia perlu mengawasi anggotanya agar tidak terjadi kegaduhan, dan sedikit merasa bersalah karena mematikan ponsel, tidak ikut membicarakan persiapan MOS selama liburan.
Dilihatnya sebuah poster drama mereka yang sepertinya baru saja dicetak. Ditempel di salah satu sudut mading, berjejer bersaing dengan poster drama klub lainnya.
Siapa yang jadi Roro Jonggrang?
Matanya tidak menemukan daftar casting seperti kebanyakan drama dari klub lainnya. Ya, tidak masalah, si. Dia tidak bisa menyalahkan anggota klubnya yang masih sedikit dan tidak iconic.