(16) Blok!

122 24 1
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH NIRA DENGAN TENANG DAN NYAMAN

(16)

Blok!

Sekarang, Nira masih berada di rumah sakit, merasa bosan dengan kegiatannya yang itu-itu saja, cewek itu mengambil ponselnya dan mulai membuka aplikasi-aplikasi sosial medianya secara bergantian. Tak ada yang menarik, akhirnya cewek itu menekan gambar video hendak video call dengan Sakura dan Rika, tapi mereka berdua tidak aktif, akhirnya dia beralih ke Beni tapi sama saja, telfonnya di reject kemudian Beni mengiriminya pesan.

"Bentar, gue lagi sibuk"

Nira kembali mencari kontak yang kira-kira bisa diajak video call dengannya, nama Fajri langsung menarik perhatiaanya, dengan cepat cewek itu langsung menelfonnya, suara sambungan telfon berbunyi hinggal beberapa kali tapi cowok itu juga me-reject-nya. Dan kali ini bukan Nira namanya jika dia hanya menelfon sekali, dia tidak tahu kalau Fajri sibuk atau tidak intinya adalah dia hanya ingin Fajri mengangkatnya, toh jika memang dia sibuk, Fajri juga akan mengiriminya pesan kayak Beni.

Hingga lima kali meneflon, cowok itu tetap me-reject-nya. Nira akan kembali menelfon tapi tiba-tiba foto profil Fajri tidak terlihat ketika di telfon hanya tertulis "memanggil".

"Hahaha.. Fix gue di blok" kata Nira pada dirinya sendiri dan langsung bangun dan tertawa seperti orang gila.

Sejarah baru dalam hidup Zinnirah di blok oleh seseorang, walaupun dia cukup sadar karena dia terus menelfon Fajri, itu karena dia tidak peka bahwa jika sudah di reject berarti Fajri sedang sibuk dan tak ingin di ganggu.

Nira heboh sendiri di kamar rumah sakit itu, sedangkan Zahdan yang sejak tadi memperhatikan tingkah anaknya hanya bisa diam.

"Nir" suara lemah Zahdan mengembalikan sedikit kesadaran cewek itu.

"Iya pa" jawab Nira mendekat kepada Zahdan.

"Papa minta maaf ya, karena selama ini papa sangat kasar kepadamu, papa hanya ingin kamu sembuh seperti teman-teman kamu yang lainnya."

"Itu bukan kesalahan pa, papa nggak usah minta maaf"

Cewek itu memegang tangan kanan Zahdan seolah-olah memberinya kekuatan bahwa Zahdan dan dirinya bisa melalui semua cobaan ini.

"Papa tidak akan melarang kamu untuk tidak ke sekolah lagi, papa yakin kamu bisa melaluinya dan kuliah di tempat yang kamu inginkan dan menjadi apa yang kamu cita-citakan"

Nira mengangguk, jadi begini rasanya ketika apa yang kita lakukan di dukung oleh orang-orang hebat kita, Nira merasa bahagia saat ini terlepas dari inseden pemblokiran WA beberapa menit yang lalu.

"Papa tau nggak, aku di blok seseorang di WA"

"Kok bisa?"

"Hehehe.. kayaknya aku yang salah deh, soalnya aku menelfon dia berkali-kali"

Zahdan dengan wajah pucatnya tersenyum lalu perlahan mengangkat tangannya dan mengelus puncak kepala anaknya.

"Walaupun di blok seperti itu, papa yakin, anak papa tidak akan baper"

"Hahaha... iya dong pa, aku ini bukan cewek baperan"

Beban Nira seakan terlepas semua merasakan ketenangan ketika bersama Zahdan dalam suasana yang santai seperti yang saat ini. Nira berharap Zahdan segera sembuh dan bisa bercengkrama dengan keluarga di rumahnya lagi. Nira merindukan itu.

"Yang sering datang kemarin ke rumah sakit itu teman SMP kamu kan?" tanya Zahdan ketika mengingat kemarin Fajri yang sering datang menjenguknya.

"Iya pa, dia tambah tampan kan. Hehehe"

Zinnirah (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang