Inter

395 30 0
                                    

Liburan kelas tahun ini, kelas Himiko berkunjung ke sebuah pulau--- Pulau Jabberwock. Awalnya liburan ini berjalan baik-baik saja hingga sebuah insiden terjadi.

"Kau tahu hal itu, Ouma-kun?" Tsumugi menyilangkan kedua tangan di depan dada. Ia tidak bisa menahan gejolak emosi di dalam batinnya.

Ouma terkekeh pelan lalu berkata, "Tentu aku tahu. Semua kelas pun tahu loh!" Senyuman Ouma melebar. "Mungkin saja Rantaro juga tahu hal itu."

Tsumugi tidak bisa tahan. Ia mendekati Ouma lebih dekat ---menekuk lutut lebih rendah--- seraya mengancam mahluk yang lebih pendek darinya.

"Jangan coba-coba membohongiku. Aku tidak segan-segan bertindak lebih dari yang kau tahu," ancam Tsumugi. Ia memperbaiki posisinya, menunggu respon Ouma.

Sekali lagi Ouma terkekeh. Ia berpikir sejenak lalu tersenyum simpul. "Kalau begitu, begini saja...

"Aku akan bantu sebisaku selama liburan ini. Sepakat?" Senyuman Ouma melebar. Justru terlihat ia yang mengancam sekarang.

Merasakan hawa itu, Tsumugi bergidik lalu mengalihkan perhatiannya. "Baiklah... Lagipula aku tahu Ouma-kun bohong soal semua teman kelas mengetahui hal itu," tutur Tsumugi. Setelahnya ia beranjak pergi.

Kedua mata Ouma meredup. Ia melihat lautan tidak jauh dari tempatnya, memikirkan banyak hal lain. Bukan, satu hal yang sedari tadi menyelinap di dalam pikirannya.

"Ya, memang bohong sih."

Tanpa Ouma sadari sedari tadi sosok bertopi penyihir ---Himiko Yumeno--- mendengarkan pembicaraan sekilas mereka. "A-ada apa dengan mereka berdua?"

Ketika Himiko berniat beranjak pergi tanpa ketahuan....

"Himiko-chan! Kau sedang apa di sana?" Tenko dan Angie muncul terlalu mendadak. "Hei, Himiko-chan! Kau dengar---"

Ouma refleks melihat sekeliling dan menemukan sekilas bayangan dibalik batu karang besar.

"Himiko?"

Gawat! Jeritan Himiko tidak akan berhenti sampai di situ.

****

Sebelum insiden tersebut terjadi....

"Tenko-san, Angie-san, kalian sekamar?" Himiko melihat Tenko dan Angie yang sibuk menyeret koper ke dalam kamar 104.

Tenko berhenti menyeret kopernya. Ia melihat raut wajah khawatir Himiko. "Emm, ya, mungkin. Yah ... tapi bagaimana, ya...." Secepat kilat Tenko menyikut Angie yang sedari tadi menyeret kopernya. "Pstt ... Angie!" bisik Tenko sedikit emosi.

Angie refleks berbalik. "Eh, ada apa, Tenko-chan? Kau tidak bisa menjelaskannya pada Himiko-chan?" Wajah Angie terlihat seperti merendahkan Tenko. "Apa perlu aku jelaskan?"

"Aargghhh ... kau tidak bisa diajak kompromi, Angie!" ketus Tenko berubah cemberut. Matanya kini beralih melihat Himiko. "Anu ... Himiko-chan, emm... begini---"

"Tenko-chan belakangan ini suka sakit perut. Karena takut membuat Himiko-chan kerepotan, Tenko-chan terpaksa sekamar denganku. Padahal Tenko-chan sudah mempersiapkan banyak hal untuk bisa sekamar dengan Himiko-chan," tutur Angie. Ia melirik Tenko penuh kemenangan. Tenko jadi geram melihatnya.

"Sudah kukatakan jangan beritahu sejelas itu!" Tenko mencubit kedua pipi Angie. Sementara Angie tertawa melihat respon Tenko.

Untuk Himiko sendiri.... "Ooh, begitu. Syukurlah Angie-san yang sekamar dengan Tenko-san. Aku tidak bakal bisa menangani Tenko-san bila ada di ruangan yang sama." Penjelasan yang mampu menohok Tenko.

Kedua tangan Tenko beralih haluan mencubit kedua pipi Himiko. "Aw, aw, Tenko-san! Lepaskan!" titah Himiko kesal.

"Ogah! Himiko-chan bikin kesal sih. Untung imut." Himiko hanya mengerucutkan bibir, cemberut. Sementara Angie tertawa melihat kelakuan dua sahabatnya tanpa merelai.

Usai debat kecil-kecilan dengan Tenko, Himiko menyeret koper miliknya ke dalam kamar 105. Di dalam kamar Kaede menyambut Himiko hangat.

"Himiko-chan, senang bisa sekamar denganmu!" seru Kaede sembari menjabat sebelah tangan Himiko dan mengayunkannya beberapa kali sebelum berhenti. "Apa barangmu sudah kau ambil semua?"

Himiko mengangguk pelan. "Umm, ya. Senang bisa sekamar juga denganmu, Kaede-san," sahut Himiko. Ia menurunkan topi hingga wajahnya tertutup sebagian. Kaede terkekeh melihat sikap Himiko yang seperti itu.

"Himiko-chan manis, ya.... Aku juga ingin semanis Himiko-chan." Ucapan yang membuat semburat merah kecil menghiasi kedua pipi Himiko.

"Ha-hanya perasaanmu saja, Kaede-san." Kaede mengangguk dengan senyum sebagai jawaban.

Tok! Tok! Tok!

Himiko dan Kaede melihat pintu penghubung dengan kamar 103. Penasaran, Himiko membuka kunci pintu tersebut.

"Siapa, ya---"

"Ah, Yume Oni ternyata!" Suara yang tidak asing lagi beserta sosok yang mampu membuat Himiko kesal sekaligus merasa malu sendiri di satu waktu.

Tapi kali ini Himiko terkejut melihatnya. "E-eh! Kenapa kau di kamar sebelah?!" Interogasi Himiko dimulai dan berakhir karena diacuhkan oleh Ouma sendiri.

Ouma menemukan Kaede melambai singkat jauh di belakang Himiko. "Akamatsu-san juga ada di sini, Shuichi!" Sejenak menengok ke dalam kamar sendiri lalu ia tersenyum simpul melihat Himiko.

"Seperti takdir, ya....."

Bisikan yang berhasil memalingkan wajah Himiko dengan semburat merah di kedua pipi. "T-terserah kau saja, setan," ucap Himiko menahan rasa malu.

Namun, anehnya Himiko tersenyum setelah menutup pintu penghubung dua kamar tersebut. Takdir, yah, gumam Himiko pelan.

Dan begitulah awal mereka tiba di Pulau Jabberwock hingga siang menampakkan insiden yang membuat Himiko membatu beberapa saat.

****

Kembali ke waktu insiden terjadi. Himiko bergegas berlari dari tempatnya. Menghiraukan Tenko dan Angie yang diliputi keheranan sampai rasa penasaran terjawab melihat sosok Ouma nampak di mata mereka dari balik batu karang.

"Hei, Ouma! Ouma!" Tenko terus memanggil mahluk setara iblis itu, namun ia belum mendapat jawaban. Rasa penasaran Tenko menggebu. "Uuuhh ... Angie, apa terjadi sesuatu dengan mereka berdua?"

Angie menempelkan jari tepat di bawah dagu, berpikir dalam artian. "Hmmm... Entahlah. Tapi dari situasinya terlihat seperti itu," ulasan Angie membuat Tenko mulai mendidih akan rasa ingin tahu.

"Oke, kalau begitu kita harus mencari tahu masalah mereka!" Kobaran semangat yang sulit dipatahkan Angie lagi.

Angie mengangguk pelan. "Baiklah. Biar gampang Tenko-chan minta penjelasan Himiko-chan. Aku akan minta penjelasan dari Ouma-kun." Tenko menanggapi baik untuk usulan itu.

Dengan sigap Tenko berbalik haluan mengikuti jejak Himiko menghilang. "Aku akan susul Himiko-chan, ya. Nanti kita ketemu lagi." Tenko berlari meninggalkan Angie sendiri.

Angie dengan senyum tipis miliknya mengamati Ouma di sana. "Baiklah... aku suka sesi wawancara."

Sementara itu Ouma masih membeku di tempat. "Apa anak itu mengikutiku dari tadi?"

INTER-CONNECT 🙌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang