Eps 4. Saingan Sabil

2.5K 170 5
                                    

#CINTA_TITIK_NOL

"Assalamu'alaikum!"

Ketiga kepala reflek mengarah ke pintu demi mendengar suara salam yang nyaring.

Pak Haji dan Sabil menjawab serempak. Tak lama Geyda menyusul pelan. Tak fokus gegara Sabil mengambil keputusan sepihak yang membuatnya terkaget-kaget.

Dua sosok masuk menyalami Pak Haji. Satu perempuan berjilbab syar'i dengan gamis berornamen blink-blink di depannya hingga ke bawah. Seumuran Pak Haji.

Satunya lagi pemuda berparas teduh dengan jenggot tipis di dagunya. Wajahnya bersih bagaikan anak pondokan yang tak terkontaminasi oleh kemaksiatan. Ehm.

"Eh Ummi, udah sampai. Ini ada tamu lagi nyari kontrakan," kata Pak Haji. Perempuan yang dipanggil 'ummi' menyapa Sabil dan Geyda ramah lalu menemani suaminya. Pak Haji itu.

Sementara sang pemuda kasep itu tersenyum tipis. Menyalami tangan Sabil dan hanya mengangguk kepada Geyda.

"Ini Farhan, anak bungsu saya, Aa Sabil. Dia lagi liburan dan kebetulan sedang nyusun skripsi. Kuliahnya di UIN Bandung." Pak Haji menjelaskan.

"Oh iya ... mudah-mudahan lancar kuliah dan skripsinya Kang Farhan, jangan kayak saya...."

"Emang kuliahnya kenapa Mas?" tanya Farhan berusaha ramah.

"Putus di tengah jalan. Gara-gara..."

Dugg!. Kaki Sabil diinjek sepatu kets Geyda keras.
Sabil menoleh keperihan. Geyda melotot .

"Gara-gara kehabisan biaya .... Makanya sekarang saya nyari kerja saja dulu. Kumpulin duit buat lanjutin kuliah yang terbengkalai." Pak Haji dan ibunya tertawa.

"Insya Allah lanjut Mas Sabil. Amiin."
Kali ini Farhan sambil tersenyum sumringah memperlihatkan giginya yang putih berbaris. Geyda yang meyaksikan terlongo. Apa ini malaikat lagi mampir?? Ganteng pisan.

Dugg! Gantian kaki Sabil menginjak sepatu Geyda. Gadis itu meringis menyipitkan matanya. Pasti Sabil memergoki tatapan penuh pesonanya ke arah Farhan.

Farhan pamit sebentar, melirik Geyda sesaat dan masuk ke dalam.

"Suami istri?" Eh diulang lagi tuh pertanyaan. Kali ini Bu Haji yang nanya.

"Bukan Mi, tapi temenan di Bogor. Lagi baru diterima kerja di perusahaan mochi di gang Kasuari. Nu eta bogana Haji Syakir."
Bu Haji mengangguk-angguk.

"Ooh ... Haji Syakir? yang aktif di IPHI?"

"Muhun."

"Tapi Abi, kan kamar yang kosong cuma satu? Kumaha nanti. Salah satu harus ada yang ngalah nggak mungkin bareng."

"Ya Bu, saya akan tetap ambil. Nanti yang tinggal Geyda saja, saya cuma numpang naruh baju. Kalau tidur mah ...." Sabil terpotong kalimatnya.

"Eh bentar ... bentar. Abi, kamar si Bibi kan kosong sampai bulan depan. Sementara dia nengok cucunya yang baru lahir nggak papa dipakai dulu sama si Eneng. Neng geulis siapa namanya tadi??"

Pak Haji baru ngeh. Tadi kan Farhan bareng ibunya nganter si Bibi ke terminal bus. Pembantunya itu mau pulang ke Tasik nengok cucunya selama sebulan.

"Geyda, Bu Haji."

"Wah nama yang geulis. Cocok sama wajahnya yang geulis oge." Dibilang demikian Geyda tersipu. Sabil mencebik lucu.

"Oh ya boleh ... boleh untuk sementara. Kasihan daripada nyari-nyari kontrakan lagi. Kan kebetulan itu yang ngontrak di pintu tengah bulan depan juga sudah habis bisa dilanjutin nanti sama si Eneng," ujar Pak Haji.

CINTA TITIK NOL (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang