4

1.6K 128 0
                                    

Jakarta, Indonesia.

7 Agustus 2025.
7.15 pm waktu setempat.

“Gre, sudah malam sayang kamu kok masih di luar?” Clo berdiri di samping Prilly dan merangkul bahu Prilly, membuyarkan lamunan Prilly dari kejadian 5 tahun silam.

“Mutter lihat dari tadi kamu melamun terus.” Clo mengusap pelan bahu Prilly membuat Prilly menyandarkan bahunya di pundak Clo.

“Apa kamu masih melamunkan hal yang sama? Kejadian itu sudah terjadi 5 tahun yang silam. Dia akan bersedih jika kamu masih terus melamunkan hal itu dan tidak ingin bangkit lagi.”

Prilly mengangkat kepalanya lalu menatap sendu ke arah Mutter, “Gre sudah berusaha Mutter, tapi sulit. Bahkan dia sendiri sudah menyuruh Gre untuk tidak memikirkan hal itu.”

“Tapi, Gre masih belum bisa Mutter. Kejadian itu membuat Gre merasa bersalah dengannya. Seandainya aja Gre tidak mengeluh kehausan kepadanya mungkin saat ini ia masih bisa menemani Gre disini.”

Clo membalikkan badan Gre agar menatap dirinya dan Clo menaruh kedua tangannya di atas pundak Prilly. “Kamu gak seharusnya merasa bersalah kepada dia. Itu sudah menjadi takdirnya dia Gre. Sekarang kamu harus bangkit dan melupakan kejadian itu. Jika kamu terus seperti ini, hidupmu akan terasa hampa dan terhinggapi oleh masa lalu itu.”

Prilly menggelengkan kepalanya, “Selagi dia gak ada di sampingku aku merasakan kehidupanku yang hampa Mutter. Hanya dia yang bisa membikin kehidupan Gre lebih berwarna.”

“Gre, dia ada di samping kamu tapi kamu hanya bisa merasakannya tidak bisa melihatnya. Dia sekarang lagi di tempat yang berbeda dengan kita dan dengan urusan yang berbeda dengan kita.”  Clo mengusap lembut rambut Prilly yang sekarang sudah ada di pelukannya.

“Kalo kamu rindu dengannya, samperin dia.”

Prilly melepaskan pelukannya, “Tapi, aku belum memesan tiket untuk kesana Mutter.”

“Vater sudah memesankan untukmu sayang.” Alaric datang menghampiri mereka dengan tangan yang membawa satu tiket pesawat untuk Prilly.

Alaric merengkuh tubuh mungil Prilly ke dalam pelukannya, “Kalo kangen itu disamperin bukannya malah meratapi nasib kamu karena kehilangan dia.”

Prilly membalas pelukan itu dengan eratnya dan tersenyum senang, “Vater memang selalu mengerti apa yang aku mau.” Prilly mendongakkan kepalanya menatap mata Vater, “Terima kasih Vater, Gre sayang sama Vater.” Kembali Prilly memeluk Vater.

Mutter yang melihat kebahagiaan di mata putri kesayangannya itu ikut tersenyum bahagia dan mengelus rambut Prilly yang ada di pelukan suaminya itu.

Vater melepaskan pelukan Prilly, namun tangannya menggenggam tangan Prilly. “Ya sudah sana kamu prepare. Pewasat take off jam 5 pagi.”

“Apa perlu Mutter bantu?” timpal Clo
Prilly melepaskan genggaman tangannya lalu menggelengkan kepalanya, “Gak perlu Mutter, sekarang masih belum terlarut malam kok.”

“Ya sudah kalo gitu, jangan begadang ya besok kamu berangkat pagi.”  Ucap Clo

“Kalo kamu sudah sampai di Berlin, kamu hubungi Arvin untuk menjemputmu dan kamu disana bisa tinggal di rumah kita yang lama.” Ucap Alaric

“Siap Mutter, Vater.” Lalu memeluk tubuh kedua orang tuanya itu.

Halo everybody, setelah berabad-abad cerita ini gak di lanjut akhirnyaa di lanjutt lagii
Seneng kann pastinyaa wkwk
Tinggal satu part lagi cerita ini kelarr guys hehe
Jangan lupa tinggalin jejak kalian dengan klik tombol bintangnyaa dan comment jugaa hehe
Thank you

See you next chapter gaes

Wahre LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang