4

7.3K 222 2
                                    

Sakha memang GILA,bahkan mungkin lebih dari gila.

Di cintai seseorang apa lagi kita juga mencintainya pasti membuat kita merasa terbang di awan-awan. Tapi kalo yang mencintai manusia macam Sakha, itu bisa di katakan terbang atau tertindas ke dasar bumi.

Cinta atau obsesi.

Sarah juga tidak tau?.

Sarah meraba wajah sembabnya saat lebih dari dua jam ia menangis di bawah kungkungan Sakha.

Sarah pastikan bahwa matanya pasti bengkak.

Tapi setidaknya Sarah bersyukur karena Sakha tak melakukan lebih dari ciuman dan tak lebih dari melakukan beberapa tanda merah pada dadanya.ini memang salah,tapi Sarah bisa apa coba?

Kalo apa yang Sarah jaga selama ini buat suami nya nanti sudah hilang,Sarah pastikan ia akan loncat dari balkon kamar Sakha.

Sarah menolah,tak ada lelaki gila itu.kemana dia? Pasti pergi saat Sarah tertidur.

Kamar Sakha terbuka lebar,wanita paruh baya itu mengulum senyum sambil membawa nampan berisi makanan.

"Non Sarah,bibi bawain makanan.kata Aden harus di makan dan di habiskan" ujarnya sambil meletakan nampan diatas nakas.

Tak bisa Sarah pungkiri,jika dia memang LAPAR.

"Sakha kemana bi,memangnya?"

"Den Sakha lagi pergi.katanya ada urusan sebentar. Non Sarah juga jangan dulu pulang,nanti aden yang mau anter.kalo gak nurut nanti aden marah. marahnya aden tuh nyeremin non.bentar lagi juga pulang"

Sarah terkekeh,wanita paruh baya ini ternyata cerewed "iya bi.ini aku makan dulu ya"

Ponsel Sarah berbunyi,tanda ada notifikasi masuk. Sarah membulatkan matanya sempurna saat membaca pesan itu.

Dari mana mamanya tau kalo dia bolos sekolah ?

Siapa yang udah mengadunya ?

Mungkin Sakha..? Tidak mungkin dia.

"Kenapa makanan nya di diemin aja.apa gak enak?"

Sakha duduk di sebelahnya.tuh lihat,sikap dan sifatnya benar-benar kaya bunglon.kadang nakutin, kadang kalem,kadang manis semanis gulaku,kadang lembut dan masih banyak kata kadang lagi.

"Sakha,apa kamu ngomong ke mama kalo aku bolos?"

"Engga"

"Beneran,tapi mama tau kalo aku bolos.kan kamu tau Ka,kalo mama gak suka aku bolos"

"Gak usah di pikirin" ujarnya sambil membelai rambut Sarah.

Gimana gak mikirin coba,mamanya kan gak suka Sarah bolos dan pasti kena omel panjang lebar.

Habis itu Sarah pulang kerumah,tentu di antar Sakha sampai depan pintu.

Dan benar sajakan,Saras mamanya malah sudah di rumah.iya sih ini sudah sore,tapi mamanya kan suka pulang malam.

"Kenapa kamu bolos"

"Sakha mah yang bawa Sarah pergi.mama jangan marah"

"Mama gak akan marah kalo kamu gak bikin anak orang bonyok" ujarnya.

"Bonyok" gumam gadis itu "siapa yang Sarah gebukin mah?"

"Ya si Andre lah Sar"

"Itukan Sakha mah,yang bikin Andre kaya gitu.masa aku yang di salahin" seru Sarah dengan wajah gak terimanya.

"Ya kamu seharusnya tau dong Sar,Sakha itu cinta banget sama kamu.jadi kamu kudu jaga jarak sama cowo lain"

Kenapa mamanya berubah alay gini sih? Pikirnya.

"Mama tau dari siapa kalo Andre habis di gebugin Sakha.apa dia ngadu?"

Saras menggeleng "ada yang ngasih tau ke mama. yang jelas bukan mereka berdua"

"Lalu siapa mah?"

"Mama gak tau.nomor ponselnya baru masuk di hp mama dan sering gonta ganti"

Sarah mengacak rambutnya pusing.siapa sih yang udah se enak udel ngadu-ngadu kaya anak kecil.

Mandi mungkin pilihan terbaik untuk menenangkan pikiran yang ruwet.

Setelah mandi bukan malah tenang,tapi makin ruwet tatkala mamanya masuk kedalam kamar.

"Mah,apa ini gak terlalu cepet" ujarnya sambil menggosok-gosokan handuknya pada rambut yang basah.mamanya bilang akan segera menikah.

"Engga lah,mas Hendra kan teman SMA mama dulu"

"Tapi mah,om Hendra itu....."

"Mama gak percaya sama omongan kamu.dia itu baik dan juga perhatian sama kamu Sar.masa kamu gitu sih"

Sarah menghela nafas,sampai kapan mamanya tidak akan percaya padanya jika lelaki itu pernah melakukan tindakan senonoh padanya.

"Lalu,kapan mama akan menikah?"

"Secepatnya,mungkin dua minggu lagi kalo gak ada apa-apa.Dan hanya di lakukan secara sederhana saja tentunya"

Sarah menggenggap erat tangan wanita yang sudah melahirkan nya kedunia "mah,semoga ini pilihan yang terbaik buat mama.Dan semoga mama bisa bahagia dengan om Hendra.maafin Sarah yang belum bisa bahagiain mama"

Saras memeluk anak semata wayang nya "makasih sayang.kamu selalu ada buat mama saja,udah bikin mama seneng.maafin mama juga yang jarang ada waktu buat kamu"

Didalam lubuk hati Sarah yang dalam,dia sebenarnya tak merestui mamanya menikah dengan lelaki itu.tapi Sarah dapat melihat pancaran kebahagiaan di wajah dan mata sang mama,jadi Sarah harus mengalah demi mama nya.

Saras keluar dari kamar anaknya.

Sarah bersandar pada ranjang sambil menerawang kedepan.

Bagaimana kehidupan nya nanti setelah tinggal satu atap dengan lelaki yang sudah masuk dalam daftar Sarah benci.

Ia tersentak saat pintu kaca penghubung balkon diketuk seseorang.

"Sakha" gumamnya saat membuka pintu.bahkan Sarah juga terkejut saat lelaki itu memeluknya begitu erat.

"Aku mau tidur sama kamu" ujarnya serak tapi yang jelas Sakha dalam keadaan sadar tidak mabok.

"Sakha,tapi itu gak boleh"

"Ssstttt..pliiis Sar.aku kangen banget sama kamu"

Sarah langsung mendongakan kepala nya dalam dekapan Sakha.apa dia tidak salah dengar?bukan kan tadi juga baru berpisah.bahkan siang tadi Sarah tidur di kamarnya.

"Sakha..."

"Pliis Sar.aku udah ngantuk banget" ujarnya sambil menarik tubuh ramping Sarah ke atas ranjang.

Sarah hanya memandang wajah lelaki yang sial nya tampan itu.

"Sar,cepetan tidur" ujarnya dengan mata masih terpejam.

"Ak..aku gak bisa tidur kalo di peluk kenceng gini" protes nya karena Sakha begitu erat memeluk, seakan Sarah akan pergi.

Dan pelukan nya pun mengendur dengan Sakha masih memejamkan mata tanpa banyak kata,bahkan tak bersuara.

Sarah juga gak tau kenapa lelaki ini bisa kesini dan numpang tidur.padahal kalo di bandingkan kamar nya dan kamar Sakha,jauh lebih waah kamar lelaki itu.

Lelah memandang Sakha yang sudah terlelap, membuat Sarah juga ikut terlelap.


Tbc:

POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang