-1

423 54 6
                                    

Bip bip! Bip bip!

Suara alarm jam digital memenuhi kamar besar yang serba ada itu. Sedangkan di atas kasur berukuran king size Lee Chaeyeon masih nyaman berada di dalam pelukan hangat selimutnya. Tidurnya nyenyak.

Tapi jelas, tidak ada yang bisa mengalahkan suara alarm di pagi hari.

Bip bip! Bip bip! Bip bip!

“Urgh…” suara alarm itu mendengung kencang, semakin berisik, Lee Chaeyeon pun kalah dibuatnya. Pasrah, ia pun membuka matanya, samar-samar pandangannya tapi ia paksakan tangannya meraih alarm sialan yang bunyinya mirip paus melahirkan itu. Ctek, sekali pencet alarm itu langsung mati.

Chaeyeon pun bangun dari kasurnya yang empuk, duduk sembari mengucak-ucak mata. Setelah nyawanya terkumpul, ia pun mengambil kacamatanya yang berada di meja nakas.

Dilihatnya jam digital yang bunyinya mirip paus melahirkan tadi. 06:30.

“Huh,” Chaeyeon menghembuskan nafas.

06:30. Jam enam lewat tigapuluh. Bulan enam tanggal tigapuluh.

Lee Chaeyeon cuma bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Dasar, pas sekali kebetulannya.

“Lebih baik aku mandi,” gumam Chaeyeon. Setelah merapihkan tempat tidur dan selimutnya, ia pun bergegas menuju ke kamar mandi. Membasuh tubuhnya dengan bersih. Ketika ia keluar dari kamar mandi, ia kembali melihat ke arah jam digitalnya. 06:45.

Masih ada waktu untuk menyisir rambut dan sedikit sarapan.

Chaeyeon membuka lemarinya, terpampang lah berbagai macam setelan jas dan kemeja formal, sementara baju santai dan celana kasual terlipat rapih di rak bawah. Mengambil setelan jas berwarna biru dongker dan kemeja berwarna putih, Lee Chaeyeon langsung bergegas memakai baju itu dan membuka rak satu lagi, mengambil kaus kaki.

“Aduh,” Chaeyeon meringis ketika tak sengaja membentur ujung tempat tidur ketika sibuk memakai ikat pinggang.

Setelah semua siap, ia langsung mengambil sisirnya dan berdiri di depan cermin yang sedari tadi menunggu untuk merefleksikan rupanya.

Ia sisir rambut cokelatnya itu perlahan, sementara matanya begitu fokus melihat ke arah pantulannya di cermin. Ia menelusuri struktur wajahnya sendiri, perlahan-lahan tersadar betapa kacau rupanya pagi ini.

Ah, aku benar-benar butuh istirahat.

Tak mau berlarut-larut dalam pemikiran sendiri, Lee Chaeyeon segera menyudahi aktifitas menyisirnya. Ia langsung berjalan keluar dari kamar setelah mematikan lampu. Buru-buru menerjang dapur, mengambil 2 helai roti dan mengolesinya selai cokelat dan stroberi, ia jadikan satu tangkup dan buru-buru memakannya. Setelah semua siap ia langsung mengambil kunci mobil dan buru-buru melesat keluar dari rumah itu.

Well, saatnya kembali bekerja dan menyambut apa saja yang akan datang di hari yang baru.

---

Kwon Eunbi kini sudah siap. Di tangan kanan ada putri semata wayangnya, Wonyoung yang sudah rapih dan wangi dalam balutan seragam sekolahnya, sementara di tangan kiri ada tas kerjanya dan tas sekolah milik anaknya.

“Wonyoungie sudah siap?” tanya Eunbi. Anaknya mengangguk.

“Sudah, Eomma. Ayo, aku mau bulu-bulu ke cekolah!!” ujar Wonyoung semangat. Eunbi tersenyum.

“Uuuh, cantiknya anak Eomma hari ini,” gemas, ia mengangkat Wonyoung dan mencium kedua pipi anaknya. “Ayo, kita berangkat sekolah.”

me in youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang