Terkejoet

37 3 3
                                    

Aku ga sabar lihat wajah terkejoet mereka mendengar aku pindah.
--------------last-----------------

"WHHAAAATT!! Lu beneran pindah Nyet?! Ha elah ga asik lu mah.", kecewa Louis mendengarnya.

"Lu beneran udah bulet pen pindah, ga kasian apa sama kita. Ntar yang bantuin kita bikin PR kimia siapa?", bujuk rayu Clara.

"Iyanih tau lu. Bla bla bla..", mereka barsahutan tanpa henti. Iya, kayak nuri di kasih makan. 'Untung gue sabar sama kalian Bong, Pit.'

"Lu yakin bakal selamet di tempat baru tanpa kita? Lu ga kasian ama kita? Trus yang bikin kita bersatu itu kan lu, lalu kenapa lu pergi?", Clara masih membujuk tanpa henti.

"Guys, kalian kan bisa dateng ke rumah gue yang baru. Ga usah sok drama juga kalek, lama-lama gue bisa nangis beneran coeg. Pokoknya kalian musti rajin lagi belajarnya, kalau ada yang ga paham kita kan bisa videocall group.", kata aku sok dewasa lah ya.

"Bisa juga sih, tapi kan rasanya beda Nyet."Woi Louis, lagi serius malah nyat nyet lu.", bentak Clara.

"B aja keles.", Louis berusaha mencairkan suasana. Aku menghargai usaha Louis itu, tapi aku tak bisa melakukannya.

"Jen, biar lu tenang di rumah baru. Kita bakal ikhlas kok lo pindah, Clar, bener kata Jennie kita kan bisa VCGroup ya gak. Walau masih kesepian aja rasanya, tapi kita tetap Trio Sosialita kok gengs. Walau Jennie udah pindah kita masih tetap satu.", jelas Louis yang tumbenan bijak.

"Tumben otak lu encer Lou, tapi bener juga sih. Maaf Jen gue bikin beban ama lo."Lah kok jadi sedih-sedihan sih, pan gue ngajak ketemuan buat seneng-seneng bareng. Atau gue pulang sekarang aja kali ya.", jenaka aku yang ga ada lucunya.

"JANGAN JEN!! Iya iya iya, lo yang mimpin."Pesen nyok!"Nyook!!", Clara dan Louis berbarengan.

Yah, hari itu ga bakal aku lupain. Teman-teman yang selalu mensuport aku, rumah yang penuh kenangan, sekolah dimana aku bertemu mereka berdua. Yah kota ini sangat sulit aku tinggalkan, tapi aku harus tegar bisa aja di tempat baru ada kejutan yang lebih menarik yang direncanakan Tuhan. Aku ga tau.

Esoknya aku bangun lebih pagi, karena hari ini adalah hari kepindahanku. Yah, ada rasa sedih, semangat, senang, kesepian, dan apalah semuanya nyampur. Aku berharap di tempat baru itu seru.

"What! Ma, kita beneran tinggal disini?", tanya aku ga percaya.

"Iya sayang, buruan bawa barang-barang kamu. Kita ga punya banyak waktu!", suruh mama.

Masih dengan tampang terkejoet melebihi dua bocah yang kurindukan itu. 'Masa iya gue bakal tinggal di tempat ini?! Ga banget coba, ah auah Mama udah geser kali otaknya.'

Kalian penasaran rumah Jennie kayak apa?? Tunggu di chapter berikutnya.
---------------Comming Soon-----------------

Don't forget to Vote and comment guys. Karena Voment itu gratis dan Voment lah sebelum Voment itu dilarang.

"

Sebuah Ketikan UsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang