Canggung

83 16 1
                                    

Happy reading!

Guru Kimia keluar kota. Jam pelajaran kosong. Alea berjalan menelusuri koridor untuk menuju kantin dan menginggalkan Marsa. Bayangan monster dari rumus matematika dan alien dari senyawa kimia masih berputar di otaknya. Pandangannya tertuju di satu titik. Didekat pohon mangga. Lapangan dipenuhi sekumpulan kelas tiga yang memakai seragam olahraga, juga sedang bermain basket di sana.

Sebenarnya Alea tidak melihat keseruan permainan basket itu, melainkan ke arah seseorang yang sedang duduk dipinggir lapangan. Sepasang bola mata teduh itu, yang menunjukan antusias melihat teman temannya bermain. Bahunya naik turun,seperti kehabisan tenaga.

Alea melotot, kaget. Memalingkan wajah membelakangi lapangan, baru saja laki laki itu menoleh kearahnya. Menatap bingung. Alea langsung berlari kencang sekali untuk menuju kantin.

Penjaga kantin menoleh kearahnya "Enon kenapa lari lari?" katanya merapikan tumpukan gorengan dihadapanya.

Alea mengatur napasnya yang parau akibat berlari. Dan mulai berdiri tegak. Tangannya menyentuh dada memastikan detakan disana kembali sedia kala.

"Pasti jam kosong ya non?!" tebak Bibi

Alea mendekat kearahnya dan mengangguk sambil membantu Bibi menata gorengan.

         Alea selalu begitu meluangkan waktunya untuk membantu Bi Ijah yang berjualan di kantin sekolahnya. Selain bekerja sebagai pedagang kantin, Bi ijah juga pembantu di rumah Alea. Kadang Alea merasa kasihan dengan pekerjaan paruh waktu Bi ijah saat jam 8 beliau kesekolah dan mejual dagangan dan saat jam 5 pagi harus kerumahnya untuk membereskan keperluan rumah Alea mulai dari sayuran hingga lainnya. Dan sore hari juga harus membersihkan rumahnnya lagi. Alea berfikir kapan Bi ijah bangun,dan kapan Bi Ijah istirahat. Bi ijah memang menjadi tulang punggung keluarga karena suaminnya telah meninggal dunia meninggalkan 2 anak kembar yang masih kecil.

"Bibi enggak capek apa? Sini Alea bantuin jualan, Bibi duduk aja" kata Alea menggiring Bi Ijah untuk duduk.

"Eh, nggak usah  Non, nanti Non malu lagi. Bibi takut kalau Non dikira anak Bibi" jawab Bi Ijah.

"Kenapa harus malu Bi? Lagian Alea udah nganggep Bibi Ibu kedua Alea kok!" Bi Ijah hanya tersenyum dan menggangguk. Dan terharu melihat kebaikan anak majikannya itu.

"Loh,Sudah selesai olahragannya?" Kata Bi Ijah ketika seseorang muncul.

"Biasa,Bu. Perut saya rindu sama gorengan ibu. Hehhe" jawabnya santai.

Mata Alea sejenak memandangi orang itu. Mata teduh dengan sepasang bola mata almond. Rambut pendek dengan sedikit poni yang menutupi dahi. Alea menggeleng cepat cepat.

"Yaudah Nak, silahkan dimakan." ujar Bi Ijah mempersilahkan cowok itu memakan gorenganya.

"Gorengannya enak Bu." kata cowok itu lagi.

Alea mengintip untuk memperhatikan bayangan cowok itu yang sedang memakan gorengan. Sambil menyibukkan menata nata gorengannya.

"Ah, ibu pakek resep biasanya, kok Nak. Tidak ada yang berubah" jawab Bi Ijah sambil tersenyum.

Cowok itu hanya mengangguk mendengar jawaban dari Bi Ijah sambil tersenyum. Setelah memakan gorengannya dan mengambil tisu untuk mengelap tangannya dari minyak, cowok itu mengambil sesuatu di sakunya. Ah,mungkin mengambil uang,pikir Alea. Tapi nyatannya bukan,cowok itu mengambil benda pipih berwarna emas.

ANGGALEA (Slow Up) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang